Semarang, Antara Jateng - Bupati Rembang Abdul Hafidz menyebut bahwa kompetitor berada di belakang berbagai aksi warga yang menolak pendirian dan beroperasinya pabrik semen di daerah setempat.

"Saya kira mereka (penolak pabrik semen di Rembang) seperti itu karena ada yang di belakangnya, kompetitorlah," katanya usai mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Bank Jateng di Hotel Gumaya Semarang, Selasa.

Kendati demikian, Bupati Rembang Abdul Hafidz tidak secara gamblang menyebut siapa kompetitor yang dimaksud.

Ia mengungkapkan bahwa selama ini aksi penolakan pabrik semen Rembang berlangsung keras dan masif serta dalam jangka waktu lama.

Menurut dia, jika ditelaah lebih dalam, jumlah warga yang menolak pabrik semen tidak sampai lima persen dari seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pabrik semen.

"Mereka yang menolak itu ada yang dari Blora dan Pati, sedangkan warga yang menolak itu sangat kecil sekali tidak sampai lima persen," ujarnya.

Warga terdampak pabrik PT Semen Indonesia berada di lima desa yakni Desa Tegaldowo, Desa Pasucen, Desa Kajar, Desa Kadiwono, dan Desa Timbrangan.

Bupati Rembang Abdul Hafidz menceritakan bahwa penambangan di Pegunungan Kendeng sekitar area pabrik semen di Rembang sudah ada sejak 1996 dan praktik penambangan dilakukan perusahaan-perusahaan besar dengan tanpa mempedulikan dampak lingkungan
"Saya justru ingin pabrik semen (PT Semen Indonesia) menjadi contoh bagi penambang lainnya, bagaimana cara penambangan yang baik tidak merusak lingkungan, bagaimana reklamasinya," katanya.