Veteran Perang Irak diduga Pelaku Penembakan di Bandara Florida
Sabtu, 7 Januari 2017 15:43 WIB
Fort Lauderdale, Florida Antara Jateng - Seorang veteran perang Irak mengeluarkan senjata dari koper dan menembaki kerumunan orang di area pengambilan bagasi Bandar Udara Fort Lauderdale, Florida, Amerika Serikat, sehingga menewaskan lima orang.
Aksi tersebut terjadi pada Jumat, atau beberapa bulan setelah pelaku memasuki kantor Biro Investigasi Federal (FBI) dengan perilaku tidak wajar.
Esteban Santiago (26), sang pelaku yang kini ditahan setelah melakukan penembakan, akan menghadapi dakwaan federal akibat tindakan penembakan massal, kata George Piro, agen khusus FBI yang berwenang di Miami.
Piro tidak menutup kemungkinan adanya kemungkinan motif terorisme dalam kasus Santiago dan tengah menyelidiki catatan perjalanan terbaru sang pelaku.
Santiago, yang pernah mengabdi di militer Amerika Serikat, tiba di Ft. Lauderdale sesaat sebelum pukul 13.00 waktu setempat dari Alaska. Saat itu dia langsung mengeluarkan pistol semi-otomatis berkaliber 9mm sebelum menembak dengan membabi buta.
Sejumlah saksi mengatakan bahwa Santiago baru berhenti setelah kehabisan amunisi.
"Ini adalah tindakan jahat yang tidak berperikemanusiaan," kata Gubernur Florida, Rick Scott, kepada sejumlah wartawan.
Selain korban tewas lima orang, delapan orang menderita luka tembak sementara tiga puluhan lainnya juga harus dilarikan ke rumah sakit karena cedera akibat berbeda.
Piro mengatakan bahwa Santiago, pada bulan November tahun lalu, sempat datang ke kantor FBI dengan perilaku yang tidak wajar. Saat itu dia dibawa ke kantor polisi, yang kemudian menyerahkannya ke sebuah fasilitas medis untuk evaluasi kesehatan mental.
Seorang sumber kepada Reuters mengatakan bahwa Santiago saat itu mengatakan bahwa pikirannya dikendalikan oleh badan intelejen Amerika Serikat untuk menonton video-video milik kelompok bersenjata ISIS.
Santiago bekerja bagi angkatan bersenjata Amerika Serikat dari 2007 sampai 2016 di Garda Nasional Puerto Rico dan Garda Nasional Alaska.
Dia sempat ditugaskan ke Irak pada 2010 sampai 2011 dan memperoleh enam penghargaan sebelum dipindahkan ke unit cadangan tidak aktif pada Agustus tahun lalu, demikian catatan dari Pentagon.
Bibi Santiago, kepada stasiun televisi MSNBC, mengatakan bahwa setelah kembali dari Irak, dia menjadi orang yang berbeda.
Aturan di Amerika Serikat memang memperbolehkan seseorang untuk membawa senjata api ke dalam perjalanan udara, sepanjang senjata tersebut dikunci dalam bagasi. Amunisi juga boleh dibawa.
Penembakan pada Jumat merupakan insiden terbaru dari sejumlah aksi lain yang terjadi di Amerika Serikat sepanjang beberapa tahun terakhir. Beberapa di antara pelaku mengaku terdorong oleh pandangan ektrim soal agama, sementara lainnya merupakan penderita gangguan jiwa.
Aksi tersebut terjadi pada Jumat, atau beberapa bulan setelah pelaku memasuki kantor Biro Investigasi Federal (FBI) dengan perilaku tidak wajar.
Esteban Santiago (26), sang pelaku yang kini ditahan setelah melakukan penembakan, akan menghadapi dakwaan federal akibat tindakan penembakan massal, kata George Piro, agen khusus FBI yang berwenang di Miami.
Piro tidak menutup kemungkinan adanya kemungkinan motif terorisme dalam kasus Santiago dan tengah menyelidiki catatan perjalanan terbaru sang pelaku.
Santiago, yang pernah mengabdi di militer Amerika Serikat, tiba di Ft. Lauderdale sesaat sebelum pukul 13.00 waktu setempat dari Alaska. Saat itu dia langsung mengeluarkan pistol semi-otomatis berkaliber 9mm sebelum menembak dengan membabi buta.
Sejumlah saksi mengatakan bahwa Santiago baru berhenti setelah kehabisan amunisi.
"Ini adalah tindakan jahat yang tidak berperikemanusiaan," kata Gubernur Florida, Rick Scott, kepada sejumlah wartawan.
Selain korban tewas lima orang, delapan orang menderita luka tembak sementara tiga puluhan lainnya juga harus dilarikan ke rumah sakit karena cedera akibat berbeda.
Piro mengatakan bahwa Santiago, pada bulan November tahun lalu, sempat datang ke kantor FBI dengan perilaku yang tidak wajar. Saat itu dia dibawa ke kantor polisi, yang kemudian menyerahkannya ke sebuah fasilitas medis untuk evaluasi kesehatan mental.
Seorang sumber kepada Reuters mengatakan bahwa Santiago saat itu mengatakan bahwa pikirannya dikendalikan oleh badan intelejen Amerika Serikat untuk menonton video-video milik kelompok bersenjata ISIS.
Santiago bekerja bagi angkatan bersenjata Amerika Serikat dari 2007 sampai 2016 di Garda Nasional Puerto Rico dan Garda Nasional Alaska.
Dia sempat ditugaskan ke Irak pada 2010 sampai 2011 dan memperoleh enam penghargaan sebelum dipindahkan ke unit cadangan tidak aktif pada Agustus tahun lalu, demikian catatan dari Pentagon.
Bibi Santiago, kepada stasiun televisi MSNBC, mengatakan bahwa setelah kembali dari Irak, dia menjadi orang yang berbeda.
Aturan di Amerika Serikat memang memperbolehkan seseorang untuk membawa senjata api ke dalam perjalanan udara, sepanjang senjata tersebut dikunci dalam bagasi. Amunisi juga boleh dibawa.
Penembakan pada Jumat merupakan insiden terbaru dari sejumlah aksi lain yang terjadi di Amerika Serikat sepanjang beberapa tahun terakhir. Beberapa di antara pelaku mengaku terdorong oleh pandangan ektrim soal agama, sementara lainnya merupakan penderita gangguan jiwa.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017