Jakarta, ANTARA JATENG - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengusulkan bahwa peserta didik yang dapat masuk ke sekolah pilot atau penerbangan dimulai dari lulusan sarjana atau strata satu (S1).

"Saya sudah bicara, ini lagi digodok. Kita ingin sekolah pilot dari S1 supaya ada kedewasaan, supaya punya wawasan yang lebih luas. Harapan saya begitu," katanya di Jakarta, Jumat.

Budi menjelaskan dengan tingkat kedewasaan yang lebih matang dan wawasan yang lebih luas, maka lulusan sekolah pilot diharapkan akan lebih sadar akan pentingnya keselamatan penerbangan, serta tidak akan bermain-main dengan hal itu.

Pernyataan Menhub terkait dengan sejumlah kasus, seperti pilot Citilink Indonesia yang tidak fit dalam melakukan tugasnya, sehingga dipecat, dan dua pilot Susi Air yang terbukti menggunakan narkoba.

Selain itu, Budi mengemukakan bahwa akan mengurangi sekolah pilot yang dinilai tidak kompeten, karena menghasilkan lulusan-lulusan yang dinilai kurang bertanggung jawab terhadap keselamatan penerbangan.

Dia menilai sekolah pilot yang tidak berkualitas hanya akan menimbulkan citra buruk, yaitu banyaknya pilot yang menganggur ataupun tidak disiplin.

"Kedua, kita kurangi jumlah sekolah penerbangan, ini dalam proses eliminasi, yang tidak memenuhi syarat akan kita berhentikan. Ini akan menimbulkan citra buruk, ada pilot menganggur tidak disiplin, jadi memang kita mesti introspeksi dari sekolahnya," ujar Budi.

Dia menambahkan akan meninjau sekolah-sekolah penerbangan dan menilai mana yang akan dikurangi dilihat dari fasilitas dan sistem pendidikannya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Perhubungan Kemenhub Wahyu Satrio Utomo mengatakan usulan tersebut sedang dikaji.

"Kalau dari SMA umur 18 hingga 19 tahun itu lalu sekolah penerbangan selama 18 bulan saja, sudah jadi pilot. Nah, ini akan dikaji bagaimana kesiapan mentalnya karena di umur muda sudah membawa ratusan orang untuk terbang," katanya.

Wahyu menilai sekolah penerbangan dimulai dari S1 lebih baik karena alumninya menjadi lebih matang dan memiliki wawasan yang lebih luas.

"Kalau penerbangan itu hitungannya detik, salah pencet tombol saja bisa kacau, nyawa bisa melayang," katanya.

Ia menjelaskan apabila dimulai dari lulusan sarjana, maka jenjang pendidikan di sekolah penerbangan dapat hanya sampai sembilan bulan saja karena sebelumnya sudah mendapatkan dasar-dasar yang kuat di bangku perkuliahan selama empat tahun.

Wahyu menilai jurusan-jurusan yang diterima oleh sekolah penerbangan harus yang sesuai, seperti jurusan Teknik Mesin, Teknik Penerbangan dan Teknik Elektro.

"Apa yang mereka sudah dapat, nanti tinggal meneruskan," katanya.

Dia mengatakan nantinya tidak hanya pilot, tetapi juga tenaga pengatur lalu lintas udara (air traffic control/ATC) dari lulusan S1.

"Nanti tinggal kita bekali untuk belajar kenavigasian," katanya.

Kendati demikian, Wahyu mengatakan implementasi usulan tersebut belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

"Kita kaji dulu. Belum tahun ini," katanya menambahkan.