Tantangan Museum Kartini jadi Sarana Edukasi
Jumat, 21 April 2017 17:17 WIB
Ilustrasi - Seorang pengunjung memperhatikan koleksi peninggalan R.A. Kartini di Museum Kartini Rembang, Jateng, Rabu (17/4). (FOTO ANTARA/ Andreas Fitri Atmoko)
Kudus, ANTARA JATENG - Museum Raden Ajeng Kartini Jepara, Jawa Tengah, mulai berbenah untuk memperbarui penampilan guna memudahkan setiap pengunjung memahami sejarah tentang pejuang emansipasi perempuan Indonesia.
Perubahan penampilan wajah Museum RA Kartini memang mendapat apresiasi para pengunjung karena diyakini bisa membuat setiap pengunjungnya betah di museum yang mengoleksi aneka benda bersejarah milik Kartini tersebut.
Sebagai sarana edukasi dan tempat melihat aneka informasi dan koleksi mengenai peristiwa pada masa lalu, memang dibutuhkan suasana museum yang nyaman.
Perbaikan Museum RA Kartini rampung pada akhir 2016, sehingga tahun ini merupakan wajah baru untuk menarik minat masyarakat, khususnya generasi muda, berkunjung. Wajah baru museum agar tidak kalah dengan permainan modern yang kurang mendidik.
"Meskipun diklaim sebagai sarana edukasi, museum sering dianggap sebagai tempat yang menjenuhkan, karena terkesan sepi dan pengunjungnya didominasi dari kalangan pelajar," kata salah seorang pengunjung Museum RA Kartini, Maulidin, di Jepara, Jumat.
Mungkin memang perlu ada evaluasi secara menyeluruh dengan melibatkan masyarakat, khususnya kalangan pelajar di Kabupaten Jepara, atas pengelolaan museum itu. Mereka memang perlu mengetahui koleksi Museum RA Kartini karena sebagai pejuang asli dari Jepara.
Hasil perbaikan tampilan di dalam Museum RA Kartini saat ini, terlihat bagus. Pengunjung tidak lagi jenuh, mengingat tempatnya juga jauh lebih modern serta dipadu dengan lampu warna-warni.
Meskipun ketertarikan pengunjung untuk membaca sejarah Kartini dan melihat secara saksama terhadap setiap koleksi yang ada masih rendah, setidaknya hal itu bisa menjadi daya tarik masyarakat.
Apalagi, kini lokasi bersejarah tersebut bisa dipakai untuk berswafoto sehingga ketika diunggah di akun media sosial masing-masing pengunjung, secara tidak langsung turut mempromosikan koleksi museum.
"Kalaupun ingin memaksimalkan peran museum sebagai tempat rekreasi dan edukasi, sehingga pengunjung tidak sekadar mendapat pengetahuan yang diperoleh dari informasi dan koleksi yang disajikan museum, tentunya harus berbenah," ujarnya.
Terlebih lagi, generasi muda saat ini lebih senang bergelut dengan permainan android yang jumlahnya ribuan, cukup dalam genggaman tangan mereka.
Selain itu, lanjut Mauludin yang saat ini menempuh kuliah di Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, tempat berwisata kian bermunculan sehingga semakin menenggelamkan keberadaan museum.
Penjelasan soal sejarah R.A. Kartini di sekolah tingkat SMP maupun SMA juga jarang menyinggung soal Kartini sehingga ketertarikan pelajar juga minim.
"Pemerintah daerah perlu membuat kegiatan yang melibatkan pelajar dan kegiatan tersebut juga berkaitan dengan museum," ujarnya.
Masing-masing sekolah perlu didorong membuat kegiatan atau tugas belajar yang mengharuskan siswanya mengunjungi museum.
Ia memastikan masih banyak warga Kabupaten Jepara yang belum pernah berkunjung ke Museum RA Kartini karena belum memahami secara benar manfaat dari kunjungan tersebut.
"Keberadaan pemandu wisata di museum tentu sangat penting untuk memberikan penjelasan terhadap semua koleksi yang ada di museum serta menyentuh hati pengunjung bahwa kunjungannya itu bagian dari melanjutkan perjuangan Kartini di era modern seperti sekarang," ujarnya.
Ika Wiwin, salah seorang guru Taman Kanak-kanak (TK) ABA Mlonggo, menambahkan untuk mengajak generasi muda mengunjungi museum memang tidak mudah, karena perlu ada penawaran yang menarik atau kegiatan yang memaksa mereka mengunjungi museum.
Pasalnya, aktivitas belajar mengajar saat ini cukup padat, sehingga ketika tidak ditunjang oleh sekolah, tentunya keberadaan museum sebagai sarana edukasi semakin terpinggirkan.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap Museum RA Kartini sekaligus mengenalkan mereka kepada sosok pejuang emansipasi perempuan, anak didiknya setiap periode tertentu diajak mengunjungi museum yang ada di Jalan Alun-Alun Jepara itu.
Para siswa terkesan hanya mengetahui R.A. Kartini saat perayaan Hari Kartini serta mendengarkan lagunya saja.
"Untuk mengenalkan mereka kepada sosok sebenarnya, meskipun melalui benda-benda koleksi yang ada di museum, setidaknya mereka bisa mengerti bahwa untuk mengetahui lebih jelas bisa datang ke museum," ujarnya.
Penampilan Museum RA Kartini saat ini, diakuinya jauh berbeda dengan sebelumnya, karena lebih menarik dan modern. Ia bahkan memastikan pengunjung tidak mudah bosan karena beberapa titik bisa dijadikan tempat berswafoto.
Museum Kartini Digital
Makin gencarnya sajian permainan lewat telepon genggam berbasis android dan perkembangan fasilitas telepon genggam yang selalu kekinian, perlu diikuti pula oleh Museum RA Kartini lewat pembuatan museum digital.
"Jika faktor jarak dan kesibukan menjadi penghalang para pelajar di Kabupaten Jepara, tentunya untuk mengetahui koleksi Museum RA Kartini tidak perlu kesulitan karena cukup lewat telepon genggam bisa melihat semuanya," ujar Maulidin.
Untuk memudahkan masyarakat mengetahui sejarah Kartini dari lahir hingga meninggal, melalui museum digital bisa dilengkapi dengan narasi, sekaligus menjelaskan soal makna sejarah tersebut dengan era sekarang.
Tanpa ada upaya memberikan penjelasan dan informasi soal koleksi museum dan manfaat bagi kehidupan sehari-hari, masyarakat sulit mendatangi museum yang menyimpan koleksi benda-benda bersejarah tersebut.
Salah seorang pemandu wisata di Museum RA Kartini, Riza Khaerul menjelaskan penampilan museum yang lebih baik memang berpotensi menarik minat pengunjung.
Untuk bisa menggaet pengunjung, salah satunya dari koleksi serta tampilan maupun tata letak koleksi museum.
"Bukti bahwa Museum RA Kartini semakin menarik karena saat ini banyak pengunjung yang berfoto `selfie`," ujarnya.
Terkait dengan upaya menjelaskan secara detail sejarah Kartini melalui pemandu, setiap koleksi akan dijelaskan lewat pengeras suara.
"Jika pengunjung tanpa dipandu, tentunya sulit memahami setiap koleksi yang ada," ujarnya.
Penampilan baru museum itu memang perlu diketahui secara luas, mengingat tingkat kunjungan pada Hari Kartini tahun ini justru cenderung sepi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Diperkirakan jumlah pengunjung selama April 2017 baru mencapai 500-an orang, sedangkan tahun sebelumnya bisa lebih banyak.
Berdasarkan data buku tamu, pengunjung Museum RA Kartini Jepara tidak hanya dari lokal Jepara, melainkan ada yang berasal dari Bandung, Tangerang, Serpong, Solo, Surabaya, Jakarta, Kudus, Demak, Bogor, dan Yogyakarta.
Perubahan penampilan wajah Museum RA Kartini memang mendapat apresiasi para pengunjung karena diyakini bisa membuat setiap pengunjungnya betah di museum yang mengoleksi aneka benda bersejarah milik Kartini tersebut.
Sebagai sarana edukasi dan tempat melihat aneka informasi dan koleksi mengenai peristiwa pada masa lalu, memang dibutuhkan suasana museum yang nyaman.
Perbaikan Museum RA Kartini rampung pada akhir 2016, sehingga tahun ini merupakan wajah baru untuk menarik minat masyarakat, khususnya generasi muda, berkunjung. Wajah baru museum agar tidak kalah dengan permainan modern yang kurang mendidik.
"Meskipun diklaim sebagai sarana edukasi, museum sering dianggap sebagai tempat yang menjenuhkan, karena terkesan sepi dan pengunjungnya didominasi dari kalangan pelajar," kata salah seorang pengunjung Museum RA Kartini, Maulidin, di Jepara, Jumat.
Mungkin memang perlu ada evaluasi secara menyeluruh dengan melibatkan masyarakat, khususnya kalangan pelajar di Kabupaten Jepara, atas pengelolaan museum itu. Mereka memang perlu mengetahui koleksi Museum RA Kartini karena sebagai pejuang asli dari Jepara.
Hasil perbaikan tampilan di dalam Museum RA Kartini saat ini, terlihat bagus. Pengunjung tidak lagi jenuh, mengingat tempatnya juga jauh lebih modern serta dipadu dengan lampu warna-warni.
Meskipun ketertarikan pengunjung untuk membaca sejarah Kartini dan melihat secara saksama terhadap setiap koleksi yang ada masih rendah, setidaknya hal itu bisa menjadi daya tarik masyarakat.
Apalagi, kini lokasi bersejarah tersebut bisa dipakai untuk berswafoto sehingga ketika diunggah di akun media sosial masing-masing pengunjung, secara tidak langsung turut mempromosikan koleksi museum.
"Kalaupun ingin memaksimalkan peran museum sebagai tempat rekreasi dan edukasi, sehingga pengunjung tidak sekadar mendapat pengetahuan yang diperoleh dari informasi dan koleksi yang disajikan museum, tentunya harus berbenah," ujarnya.
Terlebih lagi, generasi muda saat ini lebih senang bergelut dengan permainan android yang jumlahnya ribuan, cukup dalam genggaman tangan mereka.
Selain itu, lanjut Mauludin yang saat ini menempuh kuliah di Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, tempat berwisata kian bermunculan sehingga semakin menenggelamkan keberadaan museum.
Penjelasan soal sejarah R.A. Kartini di sekolah tingkat SMP maupun SMA juga jarang menyinggung soal Kartini sehingga ketertarikan pelajar juga minim.
"Pemerintah daerah perlu membuat kegiatan yang melibatkan pelajar dan kegiatan tersebut juga berkaitan dengan museum," ujarnya.
Masing-masing sekolah perlu didorong membuat kegiatan atau tugas belajar yang mengharuskan siswanya mengunjungi museum.
Ia memastikan masih banyak warga Kabupaten Jepara yang belum pernah berkunjung ke Museum RA Kartini karena belum memahami secara benar manfaat dari kunjungan tersebut.
"Keberadaan pemandu wisata di museum tentu sangat penting untuk memberikan penjelasan terhadap semua koleksi yang ada di museum serta menyentuh hati pengunjung bahwa kunjungannya itu bagian dari melanjutkan perjuangan Kartini di era modern seperti sekarang," ujarnya.
Ika Wiwin, salah seorang guru Taman Kanak-kanak (TK) ABA Mlonggo, menambahkan untuk mengajak generasi muda mengunjungi museum memang tidak mudah, karena perlu ada penawaran yang menarik atau kegiatan yang memaksa mereka mengunjungi museum.
Pasalnya, aktivitas belajar mengajar saat ini cukup padat, sehingga ketika tidak ditunjang oleh sekolah, tentunya keberadaan museum sebagai sarana edukasi semakin terpinggirkan.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap Museum RA Kartini sekaligus mengenalkan mereka kepada sosok pejuang emansipasi perempuan, anak didiknya setiap periode tertentu diajak mengunjungi museum yang ada di Jalan Alun-Alun Jepara itu.
Para siswa terkesan hanya mengetahui R.A. Kartini saat perayaan Hari Kartini serta mendengarkan lagunya saja.
"Untuk mengenalkan mereka kepada sosok sebenarnya, meskipun melalui benda-benda koleksi yang ada di museum, setidaknya mereka bisa mengerti bahwa untuk mengetahui lebih jelas bisa datang ke museum," ujarnya.
Penampilan Museum RA Kartini saat ini, diakuinya jauh berbeda dengan sebelumnya, karena lebih menarik dan modern. Ia bahkan memastikan pengunjung tidak mudah bosan karena beberapa titik bisa dijadikan tempat berswafoto.
Museum Kartini Digital
Makin gencarnya sajian permainan lewat telepon genggam berbasis android dan perkembangan fasilitas telepon genggam yang selalu kekinian, perlu diikuti pula oleh Museum RA Kartini lewat pembuatan museum digital.
"Jika faktor jarak dan kesibukan menjadi penghalang para pelajar di Kabupaten Jepara, tentunya untuk mengetahui koleksi Museum RA Kartini tidak perlu kesulitan karena cukup lewat telepon genggam bisa melihat semuanya," ujar Maulidin.
Untuk memudahkan masyarakat mengetahui sejarah Kartini dari lahir hingga meninggal, melalui museum digital bisa dilengkapi dengan narasi, sekaligus menjelaskan soal makna sejarah tersebut dengan era sekarang.
Tanpa ada upaya memberikan penjelasan dan informasi soal koleksi museum dan manfaat bagi kehidupan sehari-hari, masyarakat sulit mendatangi museum yang menyimpan koleksi benda-benda bersejarah tersebut.
Salah seorang pemandu wisata di Museum RA Kartini, Riza Khaerul menjelaskan penampilan museum yang lebih baik memang berpotensi menarik minat pengunjung.
Untuk bisa menggaet pengunjung, salah satunya dari koleksi serta tampilan maupun tata letak koleksi museum.
"Bukti bahwa Museum RA Kartini semakin menarik karena saat ini banyak pengunjung yang berfoto `selfie`," ujarnya.
Terkait dengan upaya menjelaskan secara detail sejarah Kartini melalui pemandu, setiap koleksi akan dijelaskan lewat pengeras suara.
"Jika pengunjung tanpa dipandu, tentunya sulit memahami setiap koleksi yang ada," ujarnya.
Penampilan baru museum itu memang perlu diketahui secara luas, mengingat tingkat kunjungan pada Hari Kartini tahun ini justru cenderung sepi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Diperkirakan jumlah pengunjung selama April 2017 baru mencapai 500-an orang, sedangkan tahun sebelumnya bisa lebih banyak.
Berdasarkan data buku tamu, pengunjung Museum RA Kartini Jepara tidak hanya dari lokal Jepara, melainkan ada yang berasal dari Bandung, Tangerang, Serpong, Solo, Surabaya, Jakarta, Kudus, Demak, Bogor, dan Yogyakarta.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Wuling hadirkan pengalaman "test drive" bagi pengunjung di GIIAS Semarang 2024
24 October 2024 7:18 WIB
Kampanye World Cleanup Day,pengunjung CFD di Semarang diajak pilah sampah
24 September 2024 14:09 WIB