Psikolog: Pelaku Teros Bom Miliki Pola Pikir Berbeda dari Penjahat Biasa
Jumat, 26 Mei 2017 11:43 WIB
Personel Inafis dan Puslabfor Polri melakukan olah tempat kejadian perkara di lokasi ledakan yang diduga bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Kamis (25/5/2017) dini hari. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
Jakarta, ANTARA JATENG - Menurut pakar psikologi, Tika Bisono, para
pelaku teror bom memiliki pola pikir yang berbeda dari penjahat biasa
atau penjahat baru.
"Pola pikir teroris itu beda dengan penjahat biasa atau seseorang yang baru jadi penjahat," kata Psikolog Tika Bisono kepada ANTARA News saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat.
"Tinggal 1 mil menjadi psikopat, belum jadi psikopat karena psikopat cerdas dan biasanya berprestasi mereka bisa memanipulasi diri sendiri, bahkan orang lain," sambung dia.
Berdasarkan teori, para pelaku teror bom, menurut Tika memiliki ciri khas tersendiri.
"Memang ciri khasnya anak-anak ini anak terlantar, pendidikan rendah, teman enggak banyak, kecenderungan ingin bunuh diri, keluarga enggak ada yang mengurus, rentan kasih sayang, rentan perhatian," ujar dia.
Orang-orang yang memiliki ciri khas seperti itu, menurut Tika, lebih mudah di-brainwash.
"Orang-orang ini karena memang ingin mati jadi lebih mudah, apalagi diberikan pemikiran akan mendapat ganjaran surga atau mati sama dengan pahlawan," kata dia.
"Merekrut anak-anak yang apa saja langsung nelen," tambah dia.
(Baca juga: Cara atasi trauma pasca tragedi bom)
"Pola pikir teroris itu beda dengan penjahat biasa atau seseorang yang baru jadi penjahat," kata Psikolog Tika Bisono kepada ANTARA News saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat.
"Tinggal 1 mil menjadi psikopat, belum jadi psikopat karena psikopat cerdas dan biasanya berprestasi mereka bisa memanipulasi diri sendiri, bahkan orang lain," sambung dia.
Berdasarkan teori, para pelaku teror bom, menurut Tika memiliki ciri khas tersendiri.
"Memang ciri khasnya anak-anak ini anak terlantar, pendidikan rendah, teman enggak banyak, kecenderungan ingin bunuh diri, keluarga enggak ada yang mengurus, rentan kasih sayang, rentan perhatian," ujar dia.
Orang-orang yang memiliki ciri khas seperti itu, menurut Tika, lebih mudah di-brainwash.
"Orang-orang ini karena memang ingin mati jadi lebih mudah, apalagi diberikan pemikiran akan mendapat ganjaran surga atau mati sama dengan pahlawan," kata dia.
"Merekrut anak-anak yang apa saja langsung nelen," tambah dia.
(Baca juga: Cara atasi trauma pasca tragedi bom)
Pewarta : Arindra Meodia
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Polisi sebut ada motif bisnis pengawalan truk di balik teror lempar batu
23 August 2021 16:30 WIB, 2021