Analis: Potensi Teror di Bulan Ramadhan Kecil, Tapi Harus Tetap Diwaspadai
Rabu, 31 Mei 2017 8:13 WIB
Halte TransJakarta Kampung Melayu, Jakarta Timur, sudah dioperasikan kembali setelah tutup hampir sepekan karena serangan bom bunuh diri. (ANTARA)
Jakarta, ANTARA JATENG - Analis intelijen Prayitno Ramelan menyatakan
potensi ancaman terorisme di bulan Ramadhan saat ini tetap ada meskipun
tidak besar.
"Memang potensi aksi di bulan Ramadhan ini kecil, tapi kita tetap harus waspada," kata Pray, panggilan akrab purnawirawan perwira tinggi bintang dua TNI AU itu di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, ISIS sebagai induk kelompok teror memang terkesan mulai mengubah strategi, dari yang sebelumnya sembarangan kini mulai hati-hati memilih sasaran, misalnya aparat keamanan, agar tidak memancing kemarahan umat Islam.
Bagaimanapun, menurut dia, ISIS memiliki cita-cita mendirikan khilafah dan itu membutuhkan dukungan dari umat Islam. Oleh karena itu, kecil kemungkinan mereka melakukan aksi teror pada Ramadhan yang bisa membuat marah umat Islam.
Akan tetapi, menurut Pray, strategi itu mungkin saja tidak dipahami oleh sel-sel teroris di bawah sehingga potensi terjadi teror tetap ada.
"Yang sel-sel kecil ini biasanya tidak berpikir pintar dan sekadar ingin melampiaskan dendamnya saja sehingga bisa saja mereka melakukan aksi, terutama dengan sasaran aparat kepolisian," kata Pray.
Ia menyebut pelaku teror bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, termasuk pelaku kelas bawah yang tidak paham strategi besar ISIS meskipun mereka memiliki hubungan dengan kelompok itu.
"Ini orang-orang Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang memiliki hubungan dengan Aman Abdurrahman dan Bahrun Naim di Suriah," kata dia.
Hal itu terjadi, menurut dia, karena orang-orang itu hanya didoktrin untuk "berjihad", termasuk membalas polisi yang menangkap dan menewaskan kawan-kawan mereka.
"Memang potensi aksi di bulan Ramadhan ini kecil, tapi kita tetap harus waspada," kata Pray, panggilan akrab purnawirawan perwira tinggi bintang dua TNI AU itu di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, ISIS sebagai induk kelompok teror memang terkesan mulai mengubah strategi, dari yang sebelumnya sembarangan kini mulai hati-hati memilih sasaran, misalnya aparat keamanan, agar tidak memancing kemarahan umat Islam.
Bagaimanapun, menurut dia, ISIS memiliki cita-cita mendirikan khilafah dan itu membutuhkan dukungan dari umat Islam. Oleh karena itu, kecil kemungkinan mereka melakukan aksi teror pada Ramadhan yang bisa membuat marah umat Islam.
Akan tetapi, menurut Pray, strategi itu mungkin saja tidak dipahami oleh sel-sel teroris di bawah sehingga potensi terjadi teror tetap ada.
"Yang sel-sel kecil ini biasanya tidak berpikir pintar dan sekadar ingin melampiaskan dendamnya saja sehingga bisa saja mereka melakukan aksi, terutama dengan sasaran aparat kepolisian," kata Pray.
Ia menyebut pelaku teror bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, termasuk pelaku kelas bawah yang tidak paham strategi besar ISIS meskipun mereka memiliki hubungan dengan kelompok itu.
"Ini orang-orang Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang memiliki hubungan dengan Aman Abdurrahman dan Bahrun Naim di Suriah," kata dia.
Hal itu terjadi, menurut dia, karena orang-orang itu hanya didoktrin untuk "berjihad", termasuk membalas polisi yang menangkap dan menewaskan kawan-kawan mereka.
Pewarta : Sigit Pinardi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Intelijen AS: Penguasa Saudi setujui operasi pembunuhan wartawan Khashoggi
27 February 2021 10:07 WIB, 2021
Pratama: Perlu SDM intelijen mumpuni dalam hadapi perang informasi
11 September 2020 16:45 WIB, 2020
BIN sudah lama deteksi keberadaan Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire
18 January 2020 19:34 WIB, 2020
Terpopuler - NASIONAL
Lihat Juga
Ketum PPM bersama Wamendes bahas pemberdayaan anggota Veteran RI di daerah
15 December 2024 12:13 WIB