Analis: Demokrat berpeluang "rebound" pada Pemilu 2019
Selasa, 13 Maret 2018 10:14 WIB
Ratusan kader Partai Demokrat dari Provinsi Jawa Tengah menghadiri Rapat Pimpinan Nasional Partai Demokrat 2018 di Bogor, Jawa Barat. (Foto: Wisnu Adhi N.)
Semarang (Antaranews Jateng) - Partai Demokrat memiliki peluang bangkit kembali atau "rebound" pada Pemilu 2019 karena setidaknya memiliki dua variabel untuk bisa bangun setelah terjungkal pada Pemilu 2014, kata analis politik Joko J. Prihatmoko.
"Partai Demokrat potensial membesar pada Pemilu 2019," katanya di Semarang.
Dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang tersebut menjelaskan dua variabel yang menjadikan Demokrat berpeluang "rebound" pada Pemilu 2019, yakni sukses Ketua Umumnya, Susilo Bambang Yudhoyono, melakukan konsolidasi internal partai setelah perolehan suaranya terjun bebas pada Pemilu 2014.
PD pada Pemilu 2014 hanya meraup 12,73 juta suara (10,9 persen) dan berada di posisi keempat, anjlok dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009 yang menempatkan Demokrat sebagai juara dengan perolehan 21,7 juta suara (20,85 persen).
Setelah Demokrat memenangi Pemilu 2009, sejumlah pengurus teras partai ini terjerat kasus korupsi dan dipenjara, antara lain, Angelina Sondakh, M. Nazaruddin, dan Anas Urbaningrum.
Kasus-kasus korupsi yang menjerat politikus Demokrat tersebut menyebabkan partai ini dihukum pemilih sehingga perolehan suaranya jeblok pada Pemilu 2014. Setelah SBY bebas dari tugas kepresidenan pada 2014, ia fokus membenahi partai dan melakukan konsolidasi.
Menurut Joko Prihatmoko, di bawah SBY, Demokrat tidak butuh waktu selama PDIP dalam melakukan konsolidasi. "PDIP bangkit setelah 10 tahun menjadi oposisi, sedangkan Demokrat bisa konsolidasi jauh lebih cepat," katanya, Senin.
Variabel kedua yang memungkinkan PD bangkit pada Pemilu 2019 adalah kehadiran sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kata Joko, survei di kalangan kampus dan generasi muda menunjukkan dukungan besar terhadap AHY.
"Artinya, dengan 'menjual' AHY, Demokrat akan memperoleh 'electoral effect' pada pemilu mendatang," katanya.
Menurut dia, seandainya Demokrat mengusung AHY sebagai cawapres pada Pilpres 2019, targetnya sekadar "test the water". "Demokrat baru akan 'fight' pada 2024. Jika AHY bisa menjadi wakil Jokowi, 'electoral effect'-nya akan lebih besar," katanya.
Joko menilai pidato politik AHY menunjukkan kepercayaan diri Demokrat. "Ini titik penting peningkatan elektabilitas Demokrat," demikian Joko Prihatmoko.
"Partai Demokrat potensial membesar pada Pemilu 2019," katanya di Semarang.
Dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang tersebut menjelaskan dua variabel yang menjadikan Demokrat berpeluang "rebound" pada Pemilu 2019, yakni sukses Ketua Umumnya, Susilo Bambang Yudhoyono, melakukan konsolidasi internal partai setelah perolehan suaranya terjun bebas pada Pemilu 2014.
PD pada Pemilu 2014 hanya meraup 12,73 juta suara (10,9 persen) dan berada di posisi keempat, anjlok dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009 yang menempatkan Demokrat sebagai juara dengan perolehan 21,7 juta suara (20,85 persen).
Setelah Demokrat memenangi Pemilu 2009, sejumlah pengurus teras partai ini terjerat kasus korupsi dan dipenjara, antara lain, Angelina Sondakh, M. Nazaruddin, dan Anas Urbaningrum.
Kasus-kasus korupsi yang menjerat politikus Demokrat tersebut menyebabkan partai ini dihukum pemilih sehingga perolehan suaranya jeblok pada Pemilu 2014. Setelah SBY bebas dari tugas kepresidenan pada 2014, ia fokus membenahi partai dan melakukan konsolidasi.
Menurut Joko Prihatmoko, di bawah SBY, Demokrat tidak butuh waktu selama PDIP dalam melakukan konsolidasi. "PDIP bangkit setelah 10 tahun menjadi oposisi, sedangkan Demokrat bisa konsolidasi jauh lebih cepat," katanya, Senin.
Variabel kedua yang memungkinkan PD bangkit pada Pemilu 2019 adalah kehadiran sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kata Joko, survei di kalangan kampus dan generasi muda menunjukkan dukungan besar terhadap AHY.
"Artinya, dengan 'menjual' AHY, Demokrat akan memperoleh 'electoral effect' pada pemilu mendatang," katanya.
Menurut dia, seandainya Demokrat mengusung AHY sebagai cawapres pada Pilpres 2019, targetnya sekadar "test the water". "Demokrat baru akan 'fight' pada 2024. Jika AHY bisa menjadi wakil Jokowi, 'electoral effect'-nya akan lebih besar," katanya.
Joko menilai pidato politik AHY menunjukkan kepercayaan diri Demokrat. "Ini titik penting peningkatan elektabilitas Demokrat," demikian Joko Prihatmoko.
Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024