Pergelaran wayang diharapkan menjadi tuntunan masyarakat
Kamis, 29 Maret 2018 7:40 WIB
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono (Foto:Wisnu Adhi N.)
Semarang (Antaranews Jateng) - Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono berharap pergelaran berbagai jenis wayang bisa menjadi tuntunan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
"Pergelaran wayang jangan hanya dijadikan tontonan, harus menjadi tuntunan dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang dapat kita petik sebagai pembelajaran," katanya di Semarang, Rabu.
Ia mengungkapkan, kondisi masyarakat saat ini sedang mengalami krisis jatidiri yang mengakibatkan tidak mampu mengenali dan membawa diri sebagai bangsa Indonesia.
Hal ini, kata Sekda, dapat dilihat dari pola pikir dan perilaku masyarakat yang kadang bertentangan dengan jatidiri dan budaya seperti pergaulan bebas, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, hedonisme, serta sekulerisme.
"Untuk itu masyarakat diminta tidak meninggalkan sosial budaya dengan kearifan lokal yang banyak terkandung dalam pergelaran wayang," ujarnya.
Mantan Kepala Dinas Kehutanan Jateng itu juga berharap dengan menyimak dan mencermati alur cerita maupun tindak-tanduk tokoh wayang dalam cerita tersebut, bisa menjadi "pitutur" dan "piwulang" dalam keseharian masyarakat.
Kendati demikian, Sekda menilai jumlah dan kemasan pergelaran wayang dan ketoprak yang sudah ada saat ini belum cukup memuaskan sehingga perlu ada berbagai peningkatan, baik kualitas maupun kuantitas.
Sebelumnya, Pemprov Jateng berencana menggelar pergelaran wayang tiap bulan di lokasi yang berbeda sebagai salah satu upaya pelestarian budaya, sekaligus mengenalkannya kepada generasi muda.
"Pergelaran wayang jangan hanya dijadikan tontonan, harus menjadi tuntunan dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang dapat kita petik sebagai pembelajaran," katanya di Semarang, Rabu.
Ia mengungkapkan, kondisi masyarakat saat ini sedang mengalami krisis jatidiri yang mengakibatkan tidak mampu mengenali dan membawa diri sebagai bangsa Indonesia.
Hal ini, kata Sekda, dapat dilihat dari pola pikir dan perilaku masyarakat yang kadang bertentangan dengan jatidiri dan budaya seperti pergaulan bebas, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, hedonisme, serta sekulerisme.
"Untuk itu masyarakat diminta tidak meninggalkan sosial budaya dengan kearifan lokal yang banyak terkandung dalam pergelaran wayang," ujarnya.
Mantan Kepala Dinas Kehutanan Jateng itu juga berharap dengan menyimak dan mencermati alur cerita maupun tindak-tanduk tokoh wayang dalam cerita tersebut, bisa menjadi "pitutur" dan "piwulang" dalam keseharian masyarakat.
Kendati demikian, Sekda menilai jumlah dan kemasan pergelaran wayang dan ketoprak yang sudah ada saat ini belum cukup memuaskan sehingga perlu ada berbagai peningkatan, baik kualitas maupun kuantitas.
Sebelumnya, Pemprov Jateng berencana menggelar pergelaran wayang tiap bulan di lokasi yang berbeda sebagai salah satu upaya pelestarian budaya, sekaligus mengenalkannya kepada generasi muda.
Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Lima organisasi alumnus perguruan tinggi bakal gelar Caring For Nation 2019
14 September 2019 19:18 WIB, 2019
Kendalikan inflasi, BUMD diminta buat program dukung ketahanan pangan
15 February 2018 11:42 WIB, 2018