Solo (Antaranews Jateng) - Kinerja perbankan syariah pada awal 2018 tumbuh positif seiring dengan pertumbuhan aset secara "year on year" (yoy) atau tahunan sebesar 22,50 persen, kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan Surakarta Laksono Dwionggo.

"Per bulan Februari 2018 aset perbankan syariah di wilayah Surakarta mencapai Rp7,53 triliun atau meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp6,14 triliun," katanya di Solo, Senin.

Ia mengatakan dana pihak ketiga mengalami pertumbuhan sebesar 26,48 persen, yaitu dari Rp4,09 triliun periode Februari tahun lalu menjadi Rp5,17 triliun pada tahun ini.

Untuk pertumbuhan pembiayaan, katanya, secara yoy naik sebesar 21,10 persen, yaitu dari Rp5,42 triliun menjadi Rp6,57 triliun.

Meski demikian, untuk "non performing financing" atau kredit macet meningkat, yaitu dari 1,28 persen menjadi 1,5 persen.

Terkait dengan peningkatan tersebut, menurut Laksono, tidak akan bertahan lama mengingat biasanya pada awal tahun masyarakat cenderung menunda pembayaran.

"Biasanya uang mereka sudah digunakan untuk musim belanja di akhir tahun sebelumnya, di mana banyak diskon sehingga di awal tahun mereka biasanya mengerem pengeluaran," katanya.

Kinerja BPR syariah, katanya, untuk asetnya naik sebesar 31,08 persen, per Februari 2017 Rp338,93 miliar menjadi Rp444,28 miliar pada periode yang sama tahun ini.

"Kalau untuk DPK meningkat sebesar 30,88 persen, yaitu dari Rp220,84 miliar menjadi Rp289,02 miliar. Adapun pembiayaan meningkat 29,07 persen secara yoy dari Rp264,78 miliar menjadi Rp341,74 miliar," katanya.

Menurut dia, dari sisi persentase pertumbuhan BPR syariah di Soloraya lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jawa Tengah.

Ia merinci untuk pertumbuhan aset, pembiayaan, dan DPK BPR syariah di Jawa Tengah masing-masing sebesar 26,52 persen, 26,58 persen, dan 25,65 persen.

"Kalau untuk NPF-nya periode Februari 2018 turun dibandingkan periode sama tahun lalu, yaitu dari 11,47 persen turun menjadi 9,35 persen," katanya.