11 hal yang harus disiapkan sebelum melancong dengan lansia

Selasa, 1 Mei 2018 10:51 WIB
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta (Antaranews Jateng) - Kadang kondisi tempat pakansi terlalu panas atau terlalu dingin bagi para lansia. Makanannya juga tidak selalu cocok dengan lidah dan selera mereka. Selain itu, mereka cepat lelah, dan sering butuh ke toilet.

Hal-hal semacam itu membuat melancong bersama orangtua yang sudah berusia 60-an atau 70-an tahun menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian orang, selain kemungkinan menghadapi suasana hati buruk, pertengkaran, dan kerepotan karena ayah tiba-tiba menghilang dan ibu masih di toko suvenir.

Tapi itu tidak harus terjadi. Dengan perencanaan baik, melancong bersama lansia bisa, dan seharusnya, menjadi pengalaman tak terlupakan.

Melancong antar generasi adalah salah satu tren tahun ini, bukan hanya bersama buah hati, tapi juga bersama orangtua Anda.

Pada 2030, satu dari empat orang Singapura akan berusia di atas 65 tahun, dan seperti anak-anak muda, banyak dari generasi Babyboomer ini senang berjalan-jalan, kata Helen Kim, presiden Silver Horizon Travels.

Lim, yang berusia 71 tahun, bersama teman-teman sebayanya dalam dua tahun belakangan rutin membuat tur. Dia memberi kiat melancong bersama lansia agar perjalanan tetap menyenangkan. Berikut kiat-kiat melancong bersama lansia dari Lim yang disiarkan laman Channel News Asia.

Putuskan tipe liburan

Mau naik kapal pesiar, bersantai di resor, atau mengikuti tur? Semuanya punya pro dan kontra. Tiga di atas mungkin tidak akan terlalu membuat stres karena semuanya sudah diatur, sementara mengatur sendiri perjalanan butuh lebih banyak usaha. Termasuk dalam mengangkat barang-barang berat, seperti koper.

Jika naik kapal pesiar atau bersantai di resort, perjalanan biasanya lebih gampang karena ruang geraknya lebih terbatas. Tur, apalagi sesama lansia, mungkin jadi ajang bersosialisasi antara orangtua dengan orang sebaya mereka. 

Santai saja

Jangan berambisi melihat banyak tempat dalam satu hari. Ingat kondisi fisik orangtua Anda. Batasi maksimal tiga tempat dalam sehari. Jangan buru-buru. Mungkin orangtua Anda sudah bangun saat subuh, tapi bukan berarti pukul 07.00 pagi kalian harus langsung berangkat. Santai saja. Berangkat pukul 09.00 pagi juga tidak apa-apa.

Ketika sudah keluar dari penginapan, jangan terlalu harus berpatokan pada rencana perjalanan. Nikmati saja semuanya, tak perlu terlalu bergegas.

Jangan anggap mereka anak kecil

Tentu saja wajar bila merasa cemas. Tapi jangan anggap mereka anak kecil.

"Mereka sangat mandiri. Jangan pikir mereka tidak bisa melakukan ini itu," kata konselor travel Winnie Tan, menambahkan lebih bagus untuk memperlakukan mereka seperti selayaknya teman perjalanan yang sehat.

"Akan baik untuk suasana hati dan ego mereka."

Tentu saja, bukan berarti Anda harus cuek. Jika orangtua ingin menaiki tangga, jangan hentikan. Awasi saja dan bersiap-siap membantu bila dibutuhkan.

Mereka bukan pengasuh

Ada momen ketika lansia merasa kurang puas ketika diajak melancong oleh anaknya. Alasannya? Dia harus menghabiskan sebagian besar waktu di Disneyland untuk duduk atau menjaga cucu sementara yang lainnya bersenang-senang.

Banyak lansia yang ikut liburan bersama anak dan cucu saat libur sekolah, di mana fokusnya memang untuk menyenangkan anak-anak.

"Jadi mereka di sana untuk membantu dan tidak ikut bersenang-senang," kata Lim.

Kuncinya adalah mencari tahu apa yang ingin mereka lihat atau lakukan lalu berkompromi dengan apa yang Anda inginkan.

Studi tentang kebiasaan melancong dirilis awal tahun ini oleh Expedia dan The Centre untuk Generational Kinetics mengungkapkan beberapa perbedaan: babyboomer (orangtua Anda) lebih suka melihat pemandangan dan tur, juga liburan dalam waktu yang lebih lama (sepekan atau lebih). Sementara itu, Gen X dan Milenial (seperti Anda) lebih suka relaksasi (di pantai atau spa) dan lebih suka melancong pada libur panjang akhir pekan.

Anda harus memutuskan sendiri bagaimana jadinya, tapi pastikan kalian mempersuasi mereka.

"Mereka mungkin mengiyakan apa saja tapi mungkin mereka sebenarnya ingin ditanya. Orangtua Anda juga ingin mengekspresikan diri, jadi semuanya akan bisa menikmati liburan," kata Lim.

Dan ingat, mereka bukan anak-anak Anda. Jadi Anda yang harus menjaga mereka.

Pilih hotel yang sesuai

Koneksi wifi dan pemandangan indah mungkin jadi pertimbangan utama kita ketika memilih penginapan, tapi tidak demikian bagi orangtua.

Coba pikir lagi ketika ingin memilih hotel hipster, rumah pohon mewah atau penginapan tradisional ryokan ala Jepang. Penerangan remang-remang dan futon mungkin kurang cocok untuk lansia yang punya masalah di penglihatan dan sakit lutut, kata Tan.

Sama halnya dengan bak mandi dan hotel tanpa lift, yang umum di banyak hotel tua Eropa. Pastikan ada pancuran air di kamar mandi dan bila memang tidak ada lift pilih kamar di lantai terbawah.

Bawa obat-obat

Mungkin orangtua Anda sudah membawa seluruh obat-obat yang mereka butuhkan. Tapi sebagai persiapan jangan lupa untuk membawa obat-obat penting seperti obat sakit perut, demam dan sakit kepala.

Pastikan juga tempat yang Anda datangi seperti apa, mungkin ada yang mengharuskan pelancong untuk vaksinasi terlebih dahulu. 

Anda juga bisa membeli asuransi travel pribadi. Jika orangtua punya kondisi medis tertentu, Tan merekomendasikan untuk membawa surat dari dokter sebagai persiapan bila harus ke rumah sakit.

Jika perjalanan mengharuskan lansia untuk berjalan lama dan mendaki, pastikan semuanya sudah memakai sepatu, tongkat dan topi.

Olahraga sebelum jalan-jalan

Bila akan berjalan jauh selama perjalanan, coba ajak lansia untuk olahraga dulu sebelum melancong agar fisiknya lebih siap.

Ingat untuk istirahat

Rihat sejenak untuk buang air atau tidur siang itu penting. Dalam tur, waktu untuk ke toilet dialokasikan setiap dua jam sekali. Jika Anda jalan-jalan sendirian, pastikan ada hotel, mal atau tempat lain yang memiliki toilet umum.

Mereka butuh "Me Time"

Kalian tidak harus terus menempel seperti prangko dan lem sepanjang waktu. Mereka juga butuh waktu untuk sendirian. Jika orangtua Anda seorang petualang dan mereka di tempat yang familier, coba saja berpisah sejenak selama 2-3 jam, kata Lim.

"Anda bisa melakukan hal sendiri dan mereka juga mungkin ingin bebas dari pengawasan Anda."

Itu adalah cara yang lebih baik ketimbang membiarkan mereka terjebak di hotel pada malam hari. Anda kan tidak tahu, mungkin mereka juga ingin menikmati kehidupan malam versi mereka. Lagipula, ada telepon pintar. Pastikan semuanya terhubung lewat Whatsapp atau aplikasi lain.

Pilih tujuan wisata yang tepat

Ini agak sulit karena setiap tempat punya plus dan minus. Beberapa negara seperti Singapura dan Jepang dikenal sebagai tempat yang ramah lansia. Tapi dengan perencanaan tepat, setiap tempat bisa jadi menyenangkan. 

Tempat yang terlalu ramai dan macet kurang direkomendasikan, begitu juga tempat yang terlalu menguras tenaga karena harus mendaki, membungkuk atau merangkak. Contohnya Cu Chi Tunnel di Vietnam.

Terkait mobilitas, Anda harus lebih siap dalam merencanakan perjalanan bila melancong mandiri tanpa ikut tur. Naik transportasi publik boleh saja bila ada sistem kereta atau bis yang baik, tapi pikir lagi jika harus naik tuk-tuk sepanjang pekan. Sewa mobil, naik taksi atau pesan Uber dan Grab untuk tempat ke tujuan.

Pikirkan soal makanan

Makanan adalah salah satu hal penting saat liburan yang selalu dinantikan, baik oleh Anda maupun orangtua Anda. Tapi ingat juga bahwa kadang ada lansia yang pilih-pilih soal makanan. Pastikan tahu betul apa yang tidak disukai orangtua agar tidak salah memilih tempat makan.

Satu lagi, teliti dalam melihat diskon-diskon khusus lansia di tempat seperti museum, atau jalur prioritas di bandara dan tempat wisata lain. Di luar itu semua, anggaplah melancong bersama orangtua sebagai cara agar mereka bisa melihat Anda telah jadi orang dewasa yang bertanggungjawab.

Jangan terus pikirkan semuanya sendirian. Setelah beres mengatur kebutuhan dasar seperti penginapan dan rencana perjalanan, Anda juga bisa mundur sejenak dan membiarkan mereka melakukan beberapa hal. Ketika nyasar, biarkan mereka mendekati orang setempat. Ketika ayah sedang ngambek? Diam saja dan biarkan ibu yang mengatasinya. Oh ya, kadang-kadang mereka juga suka membayar ini-itu juga lho.
 

Pewarta : Nanien Yuniar
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Terpopuler - Seni dan Budaya