Logo Header Antaranews Jateng

Pj Bupati: Banyumas merupakan kabupaten yang unik dalam hal kebinekaan

Jumat, 26 April 2024 13:30 WIB
Image Print
Dari kanan ke kiri: Rektor Baoding University Tiongkok Han Huiling, Penjabat Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro, Ketua Perkumpulan Sekolah Nasional 3 Bahasa se-Indonesia (Perstibi) yang juga Ketua Yayasan Putera Harapan Purwokerto Yudi Sutanto, dan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jebul Suroso memukul tambur dalam peringatan HUT Ke-118 Puhua School di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat (26/4/2024). ANTARA/Sumarwoto
Purwokerto (ANTARA) - Penjabat (Pj) Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro menilai Banyumas merupakan kabupaten yang unik dalam hal kebinekaan, karena masyarakatnya hidup rukun tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).

Ditemui usai menghadiri peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-118 Puhua School atau Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan di Gelanggang Olahraga (GOR) Mini, Purwokerto, Jawa Tengah, Jumat, Pj Bupati Hanung mengaku senang diundang acara tersebut.

"Saya bilang,inilah sekolah bhinekanya yang ada di Banyumas. Di mana anak-anak didik dari berbagai macam suku, agama, ras, dan golongan, untuk bagaimana berbicara ke depannya tanpa pengaruh soal etnis," katanya.

Bahkan, kata dia, siswa sekolah tersebut diajarkan tiga bahasa yang tren digunakan di dunia yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Inggris.

"Dan ini sinergisitas kita, termasuk lahan ini (GOR Mini) ternyata lahannya pemda yang disewakan. Jadi kita akan dorong terus," katanya.

Ia mengaku kagum karena perguruan tinggi Muhammadiyah seperti Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) pun bersinergi dengan Puhua, salah satunya dengan menyekolahkan guru-gurunya di UMP.

Menurut dia, sinergisitas antarsuku dan agama di Banyumas juga terlihat dalam berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengamanan saat Shalat Id yang dilakukan oleh umat agama lain, pengamanan Natal oleh umat Islam, termasuk kegiatan di Panti Asuhan Serayu yang dikelola umat Katolik turut melibatkan masyarakat sekitar yang notabene beragama Islam.

"Saya itu senang sekali, Banyumas itu satu kabupaten yang unik soal kebinekaan ini," katanya.

Ia mengharapkan Banyumas tetap menjadi benteng dari berbagai ancaman perpecahan karena di kabupaten itu tidak ada lagi urusan yang membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan menyiapkan upaya-upaya agar keberagaman di Banyumas tetap terjaga.

"Sekarang sudah bukan zamannya membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan," ujarnya. 

Sementara itu Sekretaris Yayasan Putera Harapan Kartika Wijaya mengatakan peringatan HUT Ke-118 Puhua School tersebut mengusung tema "Puhua 118 Tahun Tumbuh dalam Kesatuan Bangsa dan Konstruksi Multikultural Indonesia".

Menurut dia, tema tersebut diusung karena Puhua meyakini bahwa kematangan tidak sekadar dari usia, tetapi harus diwujudkan dalam ibadah, perilaku, dan kebersamaan karena pihaknya berkecimpung dalam dunia pendidikan.

"Dunia pendidikan saat ini untuk membangun bangsa, karena kita kaya dengan berbagai budaya. Kita terpanggil untuk mempersatukan hal itu," katanya.

Dalam peringatan HUT tersebut, pihaknya juga meluncurkan empat maskot Puhua yang masing-masing diberi nama a Qin Qin (si Rajin), Cheng Cheng (si Tulus), Pu Pu (si Bersahaja), dan Yi Yi (si Gigih).

Menurut dia, keempat maskot tersebut mewakili keberagaman latar belakang budaya yakni dari wilayah timur ada Qin Qin yang memakai baju Cheongsam khas Tiongkok.

Selanjutnya Cheng Cheng berkostum surjan lurik yang mewakili suku Jawa, lalu Yi Yi dari Amerika yang memakai baju koboi, dan Pupu yang mengenakan kostum olahraga Puhua.

"Itu sebetulnya jabaran dari nilai yang kami tanam," kata Kartika.

Baca juga: Pemkab Banyumas upayakan seluruh pekerja dilindungi Jamsostek

Pewarta :
Editor: Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024