Purwokerto (Antaranews Jateng) - Perdagangan beras di pasaran umum Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengalami kelesuan, kata Sekretaris Asosiasi Perberasan Banyumas (APB) Fatkhurrohman.

"Sejak Lebaran hingga saat ini, serapan beras di pasaran umum cenderung sepi sehingga harganya relatif stabil. Barometer perdagangan beras adalah Pasar Induk Cipinang, Jakarta, namun di sana juga sepi sehingga harga stabil," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.

Oleh karena itu, kata dia, pedagang beras di Banyumas mengurangi pengiriman bahan pangan tersebut ke Pasar Induk Cipinang.

Bahkan, dia mengaku sudah satu tahun tidak memasok beras ke Pasar Induk Cipinang.

"Kapok karena di sana (Cipinang, red.) banyak mafianya, padahal biasanya saya bisa kirim tiga kali dalam seminggu sebanyak 10 ton sekali kirim. Sekarang, lebih baik saya memenuhi pasar lokal dan stok gabah untuk digiling ketika ada permintaan dari pasar sehingga kondisinya tetap `fresh`," katanya.

Terkait dengan harga, Fatkhurrohman mengakui jika harga gabah di pasaran cenderung turun dari sebelumnya sebesar Rp5.500 per kilogram menjadi Rp5.000-Rp5.200/kg untuk gabah kering giling, sedangkan gabah kering panen saat sekarang berkisar Rp4.000-Rp4.500/kg.

Sementara harga beras di tingkat penggilingan saat sekarang sebesar Rp8.300-Rp8.500/kg untuk kualitas medium dan relatif stabil sejak Lebaran.

Disinggung mengenai rencana Kementerian Perdagangan melakukan impor beras hingga 2 juta ton untuk memenuhi kebutuhan tahun 2018, dia mengatakan pedagang khususnya yang tergabung dalam APB menolak rencana tersebut karena beras yang dihasilkan petani masih mencukupi.

"Ya menolak keras rencana impor beras tersebut karena dari sini saja (dalam negeri) sudah cukup. Buktinya, serapan masyarakat umum juga sepi dan barometernya adalah Pasar Induk Cipinang yang serapannya sepi sehingga harga beras cenderung stabil," katanya.