Semarang (Antaranews Jateng) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir menegaskan tidak ada lagi dikotomi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS).

"Semuanya sama. Yang membedakan apa`Quality`. Manakala perguruan tinggi tidak berkualitas mesti akan ditinggalkan masyarakat," katanya di kampus Universitas Diponegoro Semarang, Jumat.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip itu usai paparan pencapaian Kementerian Riset Dikti yang dipimpinnya selama empat tahun terakhir.

Nasir mencontohkan publikasi yang didorong kepada seluruh perguruan tinggi, baik PTN maupun PTS secara luar biasa, apalagi banyak dosen di PTS yang sudah profesor dan lektor kepala.

"Di PTN, PTS, semua sama kami lakukan pendorongan yang luar biasa. Dosen PTS yang profesor sudah banyak, lektor kepala juga banyak. Makanya, wajib publikasi," ujarnya.

Bahkan, kata dia, pemerintah telah memeringkatkan 50 besar perguruan tinggi terkait publikasi yang dilakukan, di antaranya masuk banyak PTS di dalamnya, seperti Universitas Bina Nusantara Jakarta.

"Kebetulan, di Semarang Undip sudah masuk 10 besar, kemudian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta juga masuk 10 besar. Kalau 50 besar, banyak PTS di dalamnya," katanya.

Untuk riset perguruan tinggi, Nasir mengatakan selama 20 tahun Indonesia belum pernah berada di atas Thailand, Singapura, dan Malaysia, tetapi sekarang ini mampu ranking dua di Asia Tenggara.

"Selama ini, Indonesia di dalam sejarah riset selama 20 tahun. Pada 2019, diharapkan bisa mencapai yang tertinggi di Asia Tenggara. Sekarang ini sudah berhimpit dengan Malaysia," katanya.

Kemenristek Dikti, kata dia, terus mendorong perguruan tinggi untuk hilirisasi riset agar bermanfaat bagi masyarakat seiring dengan inovasi-inovasi yang terus dilakukan.

"Bagaimana produk yang dilakukan dari hasil riset bermanfaat bagi masyarakat. Riset jangan sampai berhenti di perpustakaan saja. Ini menjadi sangat penting," tegas Nasir.