Sukoharjo (Antaranews Jateng) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mendorong pertumbuhan industri rotan dalam negeri sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, yang antara lain akan diikuti dengan mengevaluasi peraturan yang merepotkan guna memacu ekspor.
 
"Salah satunya mengenai berbagai proses perizinan yang terkait negara lain akan kami cari celah hukumnya," katanya di sela peninjauan dan pelepasan ekspor produk kerajinan rotan CV Maju Jaya ke Perancis di Sentra Industri Rotan, Trangsan, Kabupaten Sukoharjo, Selasa.

Ia mengatakan termasuk mengenai Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang menjadi kesepakatan Indonesia dengan Uni Eropa akan ditinjau kembali.

"Mengenai kesulitan yang dihadapi akan kami tinjau. Pada sidang paripurna lalu Presiden sudah meminta agar kami melajukan kajian atau evaluasi peraturan yang bersifat merepotkan, baik dari sisi waktu maupun biaya. Ini agar dievaluasi karena kita menghadapi persaingan," katanya.

Selain itu, pihaknya juga berupaya menjaga ketersediaan bahan baku dan keberlangsungan bahan baku rotan itu sendiri.

Menurut dia, di satu sisi ada beberapa pengrajin rotan yang mengaku kesulitan melakukan penjualan dan meminta izin untuk bisa melakukan ekspor, sedangkan di sisi lain industri mebel menyampaikan keluhannya mengenai sulitnya memperoleh rotan dengan harga layak. 

"Dalam hal ini kami coba jembatani. Pada prinsipnya kami tidak akan izinkan ekspor rotan mentah, minimal harus setengah jadi. Bahkan kalau industri dalam negeri kebutuhannya banyak maka tidak akan ada ekspor setengah jadi. Kalau ada artinya menyelundup," katanya.

Selain itu, pihaknya juga akan mempermudah akses pasar para pengrajin rotan, termasuk dengan melibatkan mereka pada pameran-pameran besar seperti "Trade Expo Indonesia".

Sementara itu, ia mengakui ekspor rotan secara umum mengalami penurunan. Ia mengatakan faktor terbesar yang mempengaruhi karena pesanan dari luar negeri berkurang.

"Lebih karena global trade. Dari 2017 pertumbuhan ekonomi 4,7 persen, 2018 tumbuh 3,9 persen, dan pada 2019 World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan turun lagi menjadi 3,7 persen sehingga akibatnya daya beli pasti terganggu," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Pemilik CV Maju Jaya Mulyadi yang sudah melakukan ekspor furnitur sejak tahun 1998 mengatakan sejauh ini ekspor terus berjalan dengan kuantitas 2-3 kontainer/minggu.

"Untuk nilainya 20 ribu-25 ribu dolar AS/kontainer. Saya ekspor ke beberapa negara Eropa seperti Italia dan Perancis serta Australia," katanya.