Amankan penghitungan suara,KPU disarankan gandeng praktisi TI "underground"
Sabtu, 20 April 2019 20:57 WIB
Ketua KPU RI Arief Budiman (kanan) saat melakukan konferensi pers tentang proses penghitungan suara Pemilu 2019 di Ruang Pusat Informasi KPU RI di Jakarta, Sabtu (20/4/2019). (Sugiharto Purnama)
Semarang (ANTARA) - Pakar teknologi informasi (TI) Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Solichul Huda menyarankan Komisi Pemilihan Umum menggandeng praktisi TI "underground" untuk membantu mendukung pengamanan server yang digunakan dalam penghitungan suara pemilu.
"KPU harus percaya terhadap kemampuan sumber daya manusia dari dalam negeri untuk membantu mengamankan hasil perhitungan pemilu," katanya di Semarang, Minggu.
Dari analisa yang dilakukan usai pelaksanaan pemungutan suara 17 April 2019, ia mengungkapkan adanya belasan "hacker" yang berusaha meretas laman KPU.
Para "hacker" tersebut, kata dia, terdeteksi berasal dari luar negeri jika dilihat dari alamat IP yang digunakan.
"Bisa ditelusuri lebih lanjut dari mana sebenarnya asal para peretas ini, namun membutuhkan waktu," katanya.
Alamat IP yang digunakan para "hacker" tersebut antara lain berasal dari India, Tiongkok, dan Singapura.
Menurut dia, dengan melibatkan para praktisi TI "underground" ini tentunya akan memudahkan KPU dalam menyajikan hasil penghitungan suara.
Ia menjelaskan SDM dari dalam negeri ini mampu dipercaya dan bertanggung jawab jika diberi amanah untuk membantu.
"Praktisi 'underground' ini kan memahami cara-cara bekerja pada 'hacker' yang berusaha meretas serve KPU," katanya.
Hingga saat ini, kata dia, server KPU masih mampu mengatasi berbagai upaya peretasan yang dilakukan.
Menurut dia, kunci kesuksesan itu ada pada administrator yang ada di balik layar TI KPU.
"KPU harus percaya terhadap kemampuan sumber daya manusia dari dalam negeri untuk membantu mengamankan hasil perhitungan pemilu," katanya di Semarang, Minggu.
Dari analisa yang dilakukan usai pelaksanaan pemungutan suara 17 April 2019, ia mengungkapkan adanya belasan "hacker" yang berusaha meretas laman KPU.
Para "hacker" tersebut, kata dia, terdeteksi berasal dari luar negeri jika dilihat dari alamat IP yang digunakan.
"Bisa ditelusuri lebih lanjut dari mana sebenarnya asal para peretas ini, namun membutuhkan waktu," katanya.
Alamat IP yang digunakan para "hacker" tersebut antara lain berasal dari India, Tiongkok, dan Singapura.
Menurut dia, dengan melibatkan para praktisi TI "underground" ini tentunya akan memudahkan KPU dalam menyajikan hasil penghitungan suara.
Ia menjelaskan SDM dari dalam negeri ini mampu dipercaya dan bertanggung jawab jika diberi amanah untuk membantu.
"Praktisi 'underground' ini kan memahami cara-cara bekerja pada 'hacker' yang berusaha meretas serve KPU," katanya.
Hingga saat ini, kata dia, server KPU masih mampu mengatasi berbagai upaya peretasan yang dilakukan.
Menurut dia, kunci kesuksesan itu ada pada administrator yang ada di balik layar TI KPU.
Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Atap kelas roboh, MTs Nurul Huda Temanggung terpaksa gelar PTM di rumah warga
17 January 2022 15:14 WIB, 2022
DPR RI minta pemerintah Malaysia minta maaf soal penganiayaan suporter
27 November 2019 6:36 WIB, 2019
Terjatuh di Gunung Slamet, Seorang santri Ponpes Nurul Huda berhasil dievakuasi
27 September 2018 6:40 WIB, 2018