Syawalan, Bupati Kendal resmikan gapura wisata religi
Rabu, 12 Juni 2019 7:50 WIB
Bupati Kendal Mirna Annisa membuka acara tradisi Syawalan Kaliwungu 2019 sekaligus meresmikan Gapura Wisata Religi (Gapura Makam Waliku) yang bertempat di kompleks Makam Jabal Nur Kaliwungu, Desa Kutoharjo Kecamatan Kaliwungu, Senin (10/6). (Foto: Humas Pemkab Kendal)
Kendal (ANTARA) - Bupati Kendal Mirna Annisa membuka acara tradisi Syawalan Kaliwungu 2019 (1440 Hijriyah) di makam Kyai Guru Asy'ari, salah satu wali penyebar agama Islam di Kabupaten Kendal, sekaligus meresmikan Gapura Wisata Religi (Gapura Makam Waliku).
Bertempat di kompleks Makam Jabal Nur Kaliwungu, Desa Kutoharjo Kecamatan Kaliwungu, Senin (10/6) sore, Mirna berharap dengan adanya gapura tersebut, bisa meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun luar daerah yang ingin berwisata religi di Kabupaten Kendal khususnya Kaliwungu.
"Dengan diresmikannya Gapura Waliku ini, saya berharap semakin meningkatkan daya tarik Kaliwungu sebagai sentra wisata religi di Kabupaten Kendal maupun Jawa Tengah," harap Bupati.
Tradisi Syawalan merupakan tradisi menyambut hadirnya bulan Syawal yang digelar setahun sekali, yakni seminggu setelah perayaan lebaran.
Masyarakat yang jumlahnya mencapai ribuan orang dari berbagai wilayah di Kabupaten Kendal maupun luar daerah mengikuti pembukaan Syawalan.
"Tujuan Syawalan adalah mendoakan para auliya yang telah berjasa menyebarkan Agama Islam di Kabupaten Kendal. Bentuk kegiatan religi ini tiap tahun semakin meriah, apalagi dikemas dengan program wisata religi," jelas Bupati.
Mirna menambahkan bahwa komplek makam Jabal Kaliwungu menjadi tempat wisata religi dan Pemkab Kendal akan terus membenahinya agar pengunjung yang datang bisa lebih nyaman.
Sementara, KH Asro'i Tohir, salah satu ulama Kaliwungu menambahkan tradisi Syawalan Kaliwungu sudah dilakukan sejak ratusan silam.
“Sampai kini tradisi yang sudah mendarahdaging ini masih dilangsungkan dan dilestarikan,” jelasnya.
Sementara itu, penulis buku Babad Tanah Kendal Hamam Rohani mengatakan bahwa Syawalan di Kaliwungu sebenarnya untuk memperingati wafatnya KH Asyari yang merupakan salah satu ulama besar yang ikut menyebarkan agama Islam di Kaliwungu dan sekitarnya.
"KH Asyari juga dikenal dengan nama Kiai Guru. Ia juga salah satu pendiri Masjid Agung Kaliwungu," kata Hamam.
Hamam menjelaskan tradisi Syawalan dimulai oleh keluarga KH Asyari yang melakukan haul di makam Jabal yang ada di Kaliwungu Atas.
"Kemudian tidak hanya keluarga KH Asyari, keluarga santri KH Asyari pun ikut haul sehingga semakin banyak dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan. Hingga menjadi seperti sekarang ini," jelasnya. (Ksm)
Bertempat di kompleks Makam Jabal Nur Kaliwungu, Desa Kutoharjo Kecamatan Kaliwungu, Senin (10/6) sore, Mirna berharap dengan adanya gapura tersebut, bisa meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun luar daerah yang ingin berwisata religi di Kabupaten Kendal khususnya Kaliwungu.
"Dengan diresmikannya Gapura Waliku ini, saya berharap semakin meningkatkan daya tarik Kaliwungu sebagai sentra wisata religi di Kabupaten Kendal maupun Jawa Tengah," harap Bupati.
Tradisi Syawalan merupakan tradisi menyambut hadirnya bulan Syawal yang digelar setahun sekali, yakni seminggu setelah perayaan lebaran.
Masyarakat yang jumlahnya mencapai ribuan orang dari berbagai wilayah di Kabupaten Kendal maupun luar daerah mengikuti pembukaan Syawalan.
"Tujuan Syawalan adalah mendoakan para auliya yang telah berjasa menyebarkan Agama Islam di Kabupaten Kendal. Bentuk kegiatan religi ini tiap tahun semakin meriah, apalagi dikemas dengan program wisata religi," jelas Bupati.
Mirna menambahkan bahwa komplek makam Jabal Kaliwungu menjadi tempat wisata religi dan Pemkab Kendal akan terus membenahinya agar pengunjung yang datang bisa lebih nyaman.
Sementara, KH Asro'i Tohir, salah satu ulama Kaliwungu menambahkan tradisi Syawalan Kaliwungu sudah dilakukan sejak ratusan silam.
“Sampai kini tradisi yang sudah mendarahdaging ini masih dilangsungkan dan dilestarikan,” jelasnya.
Sementara itu, penulis buku Babad Tanah Kendal Hamam Rohani mengatakan bahwa Syawalan di Kaliwungu sebenarnya untuk memperingati wafatnya KH Asyari yang merupakan salah satu ulama besar yang ikut menyebarkan agama Islam di Kaliwungu dan sekitarnya.
"KH Asyari juga dikenal dengan nama Kiai Guru. Ia juga salah satu pendiri Masjid Agung Kaliwungu," kata Hamam.
Hamam menjelaskan tradisi Syawalan dimulai oleh keluarga KH Asyari yang melakukan haul di makam Jabal yang ada di Kaliwungu Atas.
"Kemudian tidak hanya keluarga KH Asyari, keluarga santri KH Asyari pun ikut haul sehingga semakin banyak dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan. Hingga menjadi seperti sekarang ini," jelasnya. (Ksm)
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pemkot Pekalongan izinkan tradisi Syawalan potong lopis setelah Lebaran
05 April 2023 6:01 WIB, 2023