Kinerja bank syariah Surakarta lesu, banyak nasabah minta keringanan pembayaran
Selasa, 12 November 2019 16:55 WIB
Ilustrasi-Kantor OJK Surakarta. OJK mencatat terjadinya penurunan kinerja bank syariah di sela lesunya kondisi ekonomi. ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Kinerja perbankan syariah di Surakarta, Jawa Tengah, pada 2019 lesu seiring dengan banyaknya nasabah yang mengajukan keringanan pembayaran.
"Salah satu faktornya adalah kondisi ekonomi yang masih lesu," kata Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank ( IKNB) Otoritas Jasa Keuangan Surakarta Tito Adji Siswantoro di Solo, Selasa.
Faktor lain, dikatakannya, pada pertengahan jalan ada sebagian nasabah yang menganggap bank syariah adalah riba sehingga tidak mau melunasi.
"Saran kami ya dilunasi dulu baru nanti tidak usah utang. Lagi pula seharusnya dari awal nasabah mempelajari dulu," katanya.
Baca juga: Potensial, Bank Syariah Mandiri fokus garap segmen retail
Terkait dengan kinerja bank syariah per September 2019, OJK Surakarta mencatat untuk realisasi aset di wilayah Soloraya mencapai Rp5,786 triliun atau turun 1,03 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,846 triliun.
Selanjutnya, untuk realisasi penyaluran kredit mencapai Rp4,807 triliun atau turun 10,56 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp5,374 triliun. Sedangkan untuk dana pihak ketiga (DPK) justru mengalami kenaikan Rp3,801 triliun atau naik 11,27 persen dari Rp3,417 triliun.
"Untuk NPF atau kredit macet di angka 1,64 persen atau naik jika dibandingkan tahun lalu sebesar 0,98 persen," katanya.
Di sisi lain, pertumbuhan positif justru dicatat oleh perbankan konvensional. Berdasarkan data OJK, dikatakannya, realisasi aset pada tahun ini per September meningkat 6,17 persen, yaitu dari Rp81,755 triliun menjadi Rp86,796 triliun.
Baca juga: OJK dorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah
Selanjutnya, untuk penyaluran kredit juga meningkat 10,65 persen, yaitu dari Rp68,803 triliun menjadi Rp76,130 triliun. Untuk DPK naik 7,66 persen, dari Rp63,714 triliun menjadi Rp68,014 triliun.
"Meski demikian untuk angka kredit macet juga meningkat, dari 2,11 persen menjadi 4,37 persen. Kenaikan ini salah satunya juga merupakan dampak dari kondisi ekonomi yang masih lesu," katanya.
"Salah satu faktornya adalah kondisi ekonomi yang masih lesu," kata Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank ( IKNB) Otoritas Jasa Keuangan Surakarta Tito Adji Siswantoro di Solo, Selasa.
Faktor lain, dikatakannya, pada pertengahan jalan ada sebagian nasabah yang menganggap bank syariah adalah riba sehingga tidak mau melunasi.
"Saran kami ya dilunasi dulu baru nanti tidak usah utang. Lagi pula seharusnya dari awal nasabah mempelajari dulu," katanya.
Baca juga: Potensial, Bank Syariah Mandiri fokus garap segmen retail
Terkait dengan kinerja bank syariah per September 2019, OJK Surakarta mencatat untuk realisasi aset di wilayah Soloraya mencapai Rp5,786 triliun atau turun 1,03 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,846 triliun.
Selanjutnya, untuk realisasi penyaluran kredit mencapai Rp4,807 triliun atau turun 10,56 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp5,374 triliun. Sedangkan untuk dana pihak ketiga (DPK) justru mengalami kenaikan Rp3,801 triliun atau naik 11,27 persen dari Rp3,417 triliun.
"Untuk NPF atau kredit macet di angka 1,64 persen atau naik jika dibandingkan tahun lalu sebesar 0,98 persen," katanya.
Di sisi lain, pertumbuhan positif justru dicatat oleh perbankan konvensional. Berdasarkan data OJK, dikatakannya, realisasi aset pada tahun ini per September meningkat 6,17 persen, yaitu dari Rp81,755 triliun menjadi Rp86,796 triliun.
Baca juga: OJK dorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah
Selanjutnya, untuk penyaluran kredit juga meningkat 10,65 persen, yaitu dari Rp68,803 triliun menjadi Rp76,130 triliun. Untuk DPK naik 7,66 persen, dari Rp63,714 triliun menjadi Rp68,014 triliun.
"Meski demikian untuk angka kredit macet juga meningkat, dari 2,11 persen menjadi 4,37 persen. Kenaikan ini salah satunya juga merupakan dampak dari kondisi ekonomi yang masih lesu," katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
PLN Icon Plus dan PT BPR Bank Bantul jalin kerja sama, Studi banding di Data Center PLN Icon Plus
24 September 2024 12:03 WIB
Bank Jateng berhasil pertahankan peringkat dari Pefindo di tengah persaingan perbankan
17 August 2024 11:55 WIB
BRI jalin sinergi dengan Muhammadiyah, beri kemudahan jasa dan layanan perbankan
20 July 2024 12:26 WIB