Wartawati WSJ di Wuhan dilarang liputan
Rabu, 26 Februari 2020 9:52 WIB
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian. ANTARA/HO-MOFA/mii
Jakarta (ANTARA) - Seorang wartawati the Wall Street Journal Chao Deng yang masih bertahan di Wuhan, Provinsi Hubei, dilarang melakukan kegiatan liputan setelah kartu pers dan dua rekannya yang bertugas di Beijing dicabut oleh pemerintah China.
"Terkait Chao Deng, kartu persnya telah dicabut dan dia saat ini masih berada di Wuhan. Atas pertimbangan kemanusiaan, kami tetap mengizinkannya tinggal di Wuhan, namun tidak diizinkan menulis berita atau wawancara. Kalau status isolasi Wuhan telah dicabut, dia harus pergi sesegera mungkin," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam pernyataan tertulisnya yang diterima ANTARA, Rabu pagi.
Chao bersama Wakil Kepala WSJ Biro China Josh Chin dan wartawan WSJ lainnya Philip Wen dicabut kartu persnya oleh pemerintah China terkait artikel berjudul "China is the Real Sick Man of Asia" dalam menggambarkan wabah Covid-19, yang berpusat di Wuhan.
Baca juga: 19 WNI tertahan di wilayah terisolasi China
Ketiganya diperintahkan meninggalkan China paling lambat lima hari setelah keputusan tersebut dikeluarkan pada 19 Februari 2020.
Chao dan Josh berkewarganegaraan Amerika Serikat, sedangkan Philip warga negara Australia.
Menurut Zhao, kata-kata "the real sickman" itu sangat menghina karena tulisan tersebut mengaitkan periode tertentu dalam sejarah China.
"(Artikel) WSJ itu telah memicu kemarahan orang-orang China karena melukai perasaan kami," tutur diplomat yang baru tiga hari ditunjuk sebagai jubir baru di Kemenlu China itu.
Baca juga: Direktur RS Wuhan China meninggal dunia akibat virus corona
Atas pengusiran tersebut, pemerintah AS berencana melakukan tindakan balasan terhadap wartawan China.
"Para pejabat AS itu harus membaca email yang ditandatangani 53 karyawan WSJ di China bahwa ini bukan tentang independensi editorial atau perbedaan antara berita dan opini. Ini tentang pilihan yang keliru dari judul berita yang sangat ofensif terhadap banyak orang, tidak hanya di China," ujar Zhao menanggapi sikap AS tersebut.
Sebelum memutuskan pengusiran, pemerintah China telah mendesak WSJ untuk meminta maaf atas penerbitan artikel tersebut.
Sampai berita ini diturunkan, jumlah kasus positif COVID-19 di China telah mencapai angka 77.785.
Dari jumlah itu, sebanyak 2.666 orang meninggal dunia dan 27.421 orang dinyatakan sembuh.
Baca juga: Masyarakat Natuna antusiasme lepas 238 WNI dari Wuhan
Baca juga: Masyarakat Natuna antusiasme lepas 238 WNI dari Wuhan
"Terkait Chao Deng, kartu persnya telah dicabut dan dia saat ini masih berada di Wuhan. Atas pertimbangan kemanusiaan, kami tetap mengizinkannya tinggal di Wuhan, namun tidak diizinkan menulis berita atau wawancara. Kalau status isolasi Wuhan telah dicabut, dia harus pergi sesegera mungkin," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam pernyataan tertulisnya yang diterima ANTARA, Rabu pagi.
Chao bersama Wakil Kepala WSJ Biro China Josh Chin dan wartawan WSJ lainnya Philip Wen dicabut kartu persnya oleh pemerintah China terkait artikel berjudul "China is the Real Sick Man of Asia" dalam menggambarkan wabah Covid-19, yang berpusat di Wuhan.
Baca juga: 19 WNI tertahan di wilayah terisolasi China
Ketiganya diperintahkan meninggalkan China paling lambat lima hari setelah keputusan tersebut dikeluarkan pada 19 Februari 2020.
Chao dan Josh berkewarganegaraan Amerika Serikat, sedangkan Philip warga negara Australia.
Menurut Zhao, kata-kata "the real sickman" itu sangat menghina karena tulisan tersebut mengaitkan periode tertentu dalam sejarah China.
"(Artikel) WSJ itu telah memicu kemarahan orang-orang China karena melukai perasaan kami," tutur diplomat yang baru tiga hari ditunjuk sebagai jubir baru di Kemenlu China itu.
Baca juga: Direktur RS Wuhan China meninggal dunia akibat virus corona
Atas pengusiran tersebut, pemerintah AS berencana melakukan tindakan balasan terhadap wartawan China.
"Para pejabat AS itu harus membaca email yang ditandatangani 53 karyawan WSJ di China bahwa ini bukan tentang independensi editorial atau perbedaan antara berita dan opini. Ini tentang pilihan yang keliru dari judul berita yang sangat ofensif terhadap banyak orang, tidak hanya di China," ujar Zhao menanggapi sikap AS tersebut.
Sebelum memutuskan pengusiran, pemerintah China telah mendesak WSJ untuk meminta maaf atas penerbitan artikel tersebut.
Sampai berita ini diturunkan, jumlah kasus positif COVID-19 di China telah mencapai angka 77.785.
Dari jumlah itu, sebanyak 2.666 orang meninggal dunia dan 27.421 orang dinyatakan sembuh.
Baca juga: Masyarakat Natuna antusiasme lepas 238 WNI dari Wuhan
Baca juga: Masyarakat Natuna antusiasme lepas 238 WNI dari Wuhan
Pewarta : M. Irfan Ilmie
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kawasan Ngarsopuro jadi street art, Gibran targetkan selesai akhir tahun
12 October 2022 6:54 WIB, 2022
Wall Street jatuh, Dow anjlok lebih 700 poin karena kekhawatiran COVID-19
27 June 2020 9:54 WIB, 2020