Berharap berkah, ratusan warga Kudus berebut air dari 51 sumber mata air
Rabu, 11 Maret 2020 20:34 WIB
Puluhan warga berebut "banyu penguripan" atau air penghidupan yang berasal dari 51 sumber mata air di depan Menara Kudus, Jawa Tengah, usai dikirab dari Alun-alun Kudus menuju Masjid Menara Kudus, Rabu (11/3/2020). ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif
Kudus, Jateng (ANTARA) - Ratusan warga dari berbagai daerah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berebut "banyu penguripan" atau air penghidupan yang berasal dari sebanyak 51 sumber mata air setelah dikirab dari Alun-alun Kudus menuju Masjid Menara Kudus, Rabu.
Warga sendiri sudah menantikan kehadiran rombongan peserta kirab yang membawa air dari 51 sumber mata air, sebanyak 50 sumber mata air di antaranya dari Kabupaten Kudus dan satu sumber mata air dari Sunan Kalijaga, Kabupaten Demak.
Setelah peserta kirab sampai di halaman Menara Kudus, kemudian 51 sumber mata air tersebut dicampur menjadi satu dan didoakan ulama setempat sebelum dibagikan kepada masyarakat.
Baca juga: Tarian Papua meriahkan kirab "tebokan" di Kudus
Puluhan sumber mata air dari Kudus tersebut, di antaranya mata air dari Rahtawu, Sendang Dewot, Wonosoco, sendang Dudo, Hadipolo, yang kemudian disatukan dalam satu wadah berupa gentong tanah berukir untuk dibagikan kepada warga.
Maesaroh, salah seorang warga di Kudus mengakui rela berpanas-panasan demi mendapatkan air penghidupan yang berasal dari puluhan sumber mata air tersebut.
Selain ingin mendapatkan air tersebut, warga asal Semarang itu juga ingin melihat kirab air penghidupan yang berasal dari 51 sumber mata air bersama teman-temannya.
"Mudah-mudahan air yang saya minum bisa mendatangkan keberkahan," Maesaroh.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menambahkan kirab "banyu penguripan" merupakan bagian dari strategi dakwah Kanjeng Sunan Kudus, Sayyid Jafar Shadiq.
Warga dan masyarakat, kata dia, percaya bahwa sumber mata air yang telah didoakan dengan bacaan Al Quran itu bisa memberikan kesehatan dan keberkahan.
"Air itu merupakan sumber kehidupan yang patut dilestarikan sehingga bisa bermanfaat untuk generasi penerus. Keberadaan 'banyu penguripan' memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Kudus," kata Muhammad Nadjib Hassan.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus Samani Intakoris menjelaskan air yang dikumpulkan tersebut merupakan simbol persatuan yang bisa memperkokoh umat.
Terlebih lagi, kata dia, sikap toleransi yang dimiliki Sunan Kudus sangat baik sehingga dapat menjadi contoh kehidupan pada masa kini.
"Air ini bisa menjadi sumber dakwah dan peran sosial untuk masyarakat menjaganya, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan," demikian Samani Intakoris.
Baca juga: TNI gelar perayaan HUT dengan kegiatan unik di Kudus
Warga sendiri sudah menantikan kehadiran rombongan peserta kirab yang membawa air dari 51 sumber mata air, sebanyak 50 sumber mata air di antaranya dari Kabupaten Kudus dan satu sumber mata air dari Sunan Kalijaga, Kabupaten Demak.
Setelah peserta kirab sampai di halaman Menara Kudus, kemudian 51 sumber mata air tersebut dicampur menjadi satu dan didoakan ulama setempat sebelum dibagikan kepada masyarakat.
Baca juga: Tarian Papua meriahkan kirab "tebokan" di Kudus
Puluhan sumber mata air dari Kudus tersebut, di antaranya mata air dari Rahtawu, Sendang Dewot, Wonosoco, sendang Dudo, Hadipolo, yang kemudian disatukan dalam satu wadah berupa gentong tanah berukir untuk dibagikan kepada warga.
Maesaroh, salah seorang warga di Kudus mengakui rela berpanas-panasan demi mendapatkan air penghidupan yang berasal dari puluhan sumber mata air tersebut.
Selain ingin mendapatkan air tersebut, warga asal Semarang itu juga ingin melihat kirab air penghidupan yang berasal dari 51 sumber mata air bersama teman-temannya.
"Mudah-mudahan air yang saya minum bisa mendatangkan keberkahan," Maesaroh.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menambahkan kirab "banyu penguripan" merupakan bagian dari strategi dakwah Kanjeng Sunan Kudus, Sayyid Jafar Shadiq.
Warga dan masyarakat, kata dia, percaya bahwa sumber mata air yang telah didoakan dengan bacaan Al Quran itu bisa memberikan kesehatan dan keberkahan.
"Air itu merupakan sumber kehidupan yang patut dilestarikan sehingga bisa bermanfaat untuk generasi penerus. Keberadaan 'banyu penguripan' memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Kudus," kata Muhammad Nadjib Hassan.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus Samani Intakoris menjelaskan air yang dikumpulkan tersebut merupakan simbol persatuan yang bisa memperkokoh umat.
Terlebih lagi, kata dia, sikap toleransi yang dimiliki Sunan Kudus sangat baik sehingga dapat menjadi contoh kehidupan pada masa kini.
"Air ini bisa menjadi sumber dakwah dan peran sosial untuk masyarakat menjaganya, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan," demikian Samani Intakoris.
Baca juga: TNI gelar perayaan HUT dengan kegiatan unik di Kudus
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024