Grebeg Syawal, Keraton Yogyakarta bagikan 2.700 tangkai rengginang
Minggu, 24 Mei 2020 15:34 WIB
Dok. Sejumlah Abdi Dalem Keraton Yogyakarta membawa gunungan saat prosesi Grebeg Syawal 1440 H di Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Rabu (5/6/2019). Dalam acara yang menjadi simbol sedekah raja kepada rakyatnya itu Keraton Yogyakarta mengeluarkan tujuh gunungan hasil bumi dan diperebutkan oleh warga. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp.
Yogyakarta (ANTARA) - Keraton Yogyakarta membagikan ubarampe atau kelengkapan gunungan berupa 2.700 tangkai rengginang yang biasanya diarak dan dibagikan saat kegiatan Hajad Dalem Grebeg Syawal pada hari pertama Idul Fitri.
Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat GKR Condrokirono melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Minggu, mengatakan prosesi pembagian dan pemberangkatan ubarampe gunungan itu digelar pada pukul 08.30 WIB di Bangsal Srimanganti dengan dipimpin GKR Mangkubumi.
"Hal ini merupakan usaha Keraton Yogyakarta dalam melestarikan tradisi di tengah pandemi," kata Condrokirono.
Baca juga: MUI Kudus: Umat Muslim bisa bersilaturahmi saat Lebaran secara batiniah
Ia mengatakan pada hari pertama Idul Fitri tahun ini, kegiatan Hajad Dalem Grebeg Syawal yang biasanya ditandai dengan arak-arakan gunungan ditiadakan. Termasuk juga prosesi Numplak Wajik yang sedianya digelar tiga hari sebelum Grebeg Syawal, Ngabekten, dan Ringgitan Bedhol Songsong juga tidak diselenggarakan.
Keputusan tersebut, menurut dia, sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap risiko penyebaran COVID-19 yang dapat terjadi dalam kerumunan massa sekaligus bentuk kepekaan Keraton Yogyakarta dalam menaati imbauan pemerintah pusat.
Condrokirono mengatakan prosesi pembagian ubarampe tetap bermakna sebagai ungkapan rasa syukur dan sedekah dari raja kepada kerabat dan rakyatnya.
Menurut dia, pelaksanaan grebeg pada zaman dahulu dilakukan dengan membagi-bagikan ubarampe gunungan, bukan dengan merayah atau merebut gunungan seperti yang dikenal saat ini.
"Dengan cara demikian, kerumunan massa akan terminimalisir dan prosesi justru berjalan seperti pelaksanaan garebeg zaman dulu," tambahnya.
Upacara inti pada pembagian ubarampe tersebut serupa dengan prosesi garebeg yang umum dilaksanakan. Sebelum dibagikan, ubarampe lebih dahulu dirangkai dan diinapkan satu malam di Bangsal Srimanganti sejak Sabtu, (23/5).
Seusai didoakan Abdi Dalem Kaji, ubarampe gunungan yang terdiri atas 2.700 tangkai rengginang selanjutnya didistribusikan kepada Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Kepatihan, dan Puro Pakualaman.
Ubarampe tersebut berjumlah sama dengan banyaknya rengginang yang disiapkan dalam gunungan estri dan gunungan dharat pada saat upacara Grebeg sebagai mana mestinya.
"Untuk distribusi rengginang ke seluruh abdi dalem diberikan melalui penghageng setiap Tepas/Kawedanan supaya tidak menimbulkan kerumunan. Baik penghageng dan abdi dalem yang menerima ubarampe gunungan juga wajib menggunakan masker dan mematuhi standar protokol kesehatan dengan mencuci tangan dan menjaga jarak," kata dia.
Baca juga: Dua lapas di Semarang tiadakan kunjungan Lebaran
Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat GKR Condrokirono melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Minggu, mengatakan prosesi pembagian dan pemberangkatan ubarampe gunungan itu digelar pada pukul 08.30 WIB di Bangsal Srimanganti dengan dipimpin GKR Mangkubumi.
"Hal ini merupakan usaha Keraton Yogyakarta dalam melestarikan tradisi di tengah pandemi," kata Condrokirono.
Baca juga: MUI Kudus: Umat Muslim bisa bersilaturahmi saat Lebaran secara batiniah
Ia mengatakan pada hari pertama Idul Fitri tahun ini, kegiatan Hajad Dalem Grebeg Syawal yang biasanya ditandai dengan arak-arakan gunungan ditiadakan. Termasuk juga prosesi Numplak Wajik yang sedianya digelar tiga hari sebelum Grebeg Syawal, Ngabekten, dan Ringgitan Bedhol Songsong juga tidak diselenggarakan.
Keputusan tersebut, menurut dia, sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap risiko penyebaran COVID-19 yang dapat terjadi dalam kerumunan massa sekaligus bentuk kepekaan Keraton Yogyakarta dalam menaati imbauan pemerintah pusat.
Condrokirono mengatakan prosesi pembagian ubarampe tetap bermakna sebagai ungkapan rasa syukur dan sedekah dari raja kepada kerabat dan rakyatnya.
Menurut dia, pelaksanaan grebeg pada zaman dahulu dilakukan dengan membagi-bagikan ubarampe gunungan, bukan dengan merayah atau merebut gunungan seperti yang dikenal saat ini.
"Dengan cara demikian, kerumunan massa akan terminimalisir dan prosesi justru berjalan seperti pelaksanaan garebeg zaman dulu," tambahnya.
Upacara inti pada pembagian ubarampe tersebut serupa dengan prosesi garebeg yang umum dilaksanakan. Sebelum dibagikan, ubarampe lebih dahulu dirangkai dan diinapkan satu malam di Bangsal Srimanganti sejak Sabtu, (23/5).
Seusai didoakan Abdi Dalem Kaji, ubarampe gunungan yang terdiri atas 2.700 tangkai rengginang selanjutnya didistribusikan kepada Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Kepatihan, dan Puro Pakualaman.
Ubarampe tersebut berjumlah sama dengan banyaknya rengginang yang disiapkan dalam gunungan estri dan gunungan dharat pada saat upacara Grebeg sebagai mana mestinya.
"Untuk distribusi rengginang ke seluruh abdi dalem diberikan melalui penghageng setiap Tepas/Kawedanan supaya tidak menimbulkan kerumunan. Baik penghageng dan abdi dalem yang menerima ubarampe gunungan juga wajib menggunakan masker dan mematuhi standar protokol kesehatan dengan mencuci tangan dan menjaga jarak," kata dia.
Baca juga: Dua lapas di Semarang tiadakan kunjungan Lebaran
Pewarta : Luqman Hakim
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024