Semarang (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta pemerintah meningkatkan kecepatan dan ketepatan pemeriksaan dan pemrosesan  tes sampel COVID-19, agar penyebaran virus corona di Tanah Air bisa dikendalikan.

Selain itu, perlu pula transparansi data dan evaluasi penanganan COVID-19, menyusul terus meningkatnya penyebaran COVID-19 di Tanah Air.

"Secara nasional hingga saat ini jumlah positif COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Di sisi lain pemerintah juga berupaya meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat. Dengan kondisi ini dibutuhkan peningkatan pengendalian penyebaran COVID-19," kata Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/6).

Mengutip data  Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per 17 Juni 2020, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 41.431, sedangkan kasus meninggal dunia mencapai 2.276 dan sembuh sebanyak 16.243.

Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, data Universitas John Hopkins menyebutkan jumlah positCOVID-19 di Indonesia itu tertinggi di Asia Tenggara, melampaui Singapura yang sebelumnya di urutan teratas.

Kondisi serupa juga terjadi pada anak Indonesia. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan tingkat kematian anak akibat virus ini di Tanah Air, merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

Berdasarkan data IDAI hingga 18 Mei lalu, jumlah anak yang positif COVID-19 Indonesia mencapai 584 kasus. Jumlah kasus konfirmasi positif COVID-19 anak yang meninggal sejauh ini mencapai 14 anak. Adapun PDP anak yang meninggal sebanyak 129.

"Upaya evaluasi penanganan dan pengendalian penyebaran virus ini harus segera ditingkatkan, bila Indonesia tidak mau menghadapi ledakan jumlah positif COVID-19," tegasnya.

Menurut Rerie, risikonya sangat besar jika ledakan jumlah positif COVID-19 terjadi di Indonesia. Selain adanya keterbatasan fasilitas kesehatan dan tenaga medis, menurut Legislator NasDem itu, ledakan positif COVID-19 juga akan menekan perekonomian dalam jangka waktu lama.

Itu artinya, tambah Rerie, pemerintah harus terus meningkatkan upaya testing, tracing, isolasi dan mempersingkat gap waktu antara waktu test dan hasil test COVID-19, agar peningkatan pengendalian penyebaran virus bisa tercapai.

Legislator Partai NasDem itu mengapresiasi peningkatan jumlah test COVID-19 yang sempat mencapai 20.000 tes per hari. Namun dia juga berharap hasil testnya bisa diketahui segera.

Karena, menurut Rerie, semakin lebar gap waktu antara waktu test dan hasil test berpotensi meningkatkan penyebaran COVID-19. Apalagi, jelasnya, berdasarkan pengamatan ahli epidemiologi orang tanpa gejala (OTG) mendominasi kecepatan penyebaran COVID-19 di Indonesia.

Rerie menilai peningkatan jumlah pengujian atau test, identifikasi kasus, penelusuran, isolasi, dan perawatan adalah bentuk keberhasilan awal dari pengendalian.

"Diperlukan kesadaran bersama bahwa wabah belum mereda. Sikap disiplin pemerintah dan seluruh masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, mempertahankan solidaritas nasional, saling menjaga dalam masa kenormalan baru, sangat membantu dalam pengendalian penyebaran virus," katanya.

Pada sisi lain transparansi data menjadi sangat penting sehingga semua bisa bekerja pada alur dan target yang sama. Jika data tidak akurat akan berimplikasi luas tidak hanya pada sektor kesehatan menyangkut penyebaran virus, tetapi juga pada bantuan sosial dan perekonomian.

‘’Jika data tidak akurat maka evaluasi yang dilakukan pun bisa menyimpang. Pada akhirnya keputusan yang dibuat pun keliru sasaran,’’ pungkas Rerie.

Rerie mengingatkan kembali bahwa Presiden Joko Widodo sudah berkali-kali mengatakan agar Pusat dan daerah transparan soal data terkait COVID-19.***