BKB secara rutin lakukan pengukuran stabilitas bangunan Candi Borobudur
Senin, 20 Juli 2020 13:03 WIB
Tim Balai Konservasi Borobudur mengukur stabilitas bangunan Candi Borobudur. (ANTARA/Heru Suyitno)
Magelang (ANTARA) - Balai Konservasi Borobudur (BKB) secara rutin melakukan pengukuran stabilitas bangunan Candi Borobudur untuk mengetahui kondisi monumen kata Kepala BKB Tri Hartono.
"Tujuan pengukuran stabilitas monumen yaitu untuk mengetahui kemiringan struktur batu-batu candi," katanya di Magelang, Senin.
Menurut dia pengukuran dilakukan pada periode-periode tertentu, biasanya dilakukan setahun sekali. Namun, bisa lebih dari sekali, karena jika terjadi gempa juga dilakukan pengukuran.
Ia menyampaikan dalam pengukuran sudah ditentukan titik-titik tertentu untuk melihat pengukuran secara menyeluruh.
"Kita melakukan setiap tahun, dari tahun ini, tahun kemarin dan tahun kemarinnya lagi. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan atau tidak," katanya.
Tri menuturkan kalau tidak terjadi perubahan berarti struktur monumen stabil, tetapi kalau ada perubahan dimungkinkan telah terjadi sesuatu terhadap monumen.
Menurut dia, kalau dalam jangka waktu yang panjang itu biasanya fondasi bangunan mungkin turun sehingga bangunan mengalami perubahan.
Selain pengukuran rutin pada periode tertentu, katanya pengukuran juga dilakukan usai terjadi gempa, karena gempa sangat berpengaruh terhadap bangunan candi.
Ia menyampaikan kalau bangunan retak berarti terjadi perubahan. Retak karena gempa ini mungkin bisa terjadi perubahan fondasi tetapi juga bisa tidak.
"Kalau tidak terjadi perubahan fondasi berarti kita tinggal memperbaiki struktur itu saja dan tidak perlu memperbaiki fondasinya," katanya.
Namun, kalau fondasi rusak terpaksa harus dibongkar, kemudian dibuat fondasi baru lagi yang kekuatannya lebih bisa menahan struktur di atasnya.
"Inilah kemudian yang kita sebut pembongkaran dan pemugaran kembali, tetapi kalau karena gempa dan fondasinya tidak berubah berarti kita hanya memperbaiki struktur yang atas, biasanya kita bongkar bagian atasnya saja," katanya.
"Tujuan pengukuran stabilitas monumen yaitu untuk mengetahui kemiringan struktur batu-batu candi," katanya di Magelang, Senin.
Menurut dia pengukuran dilakukan pada periode-periode tertentu, biasanya dilakukan setahun sekali. Namun, bisa lebih dari sekali, karena jika terjadi gempa juga dilakukan pengukuran.
Ia menyampaikan dalam pengukuran sudah ditentukan titik-titik tertentu untuk melihat pengukuran secara menyeluruh.
"Kita melakukan setiap tahun, dari tahun ini, tahun kemarin dan tahun kemarinnya lagi. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan atau tidak," katanya.
Tri menuturkan kalau tidak terjadi perubahan berarti struktur monumen stabil, tetapi kalau ada perubahan dimungkinkan telah terjadi sesuatu terhadap monumen.
Menurut dia, kalau dalam jangka waktu yang panjang itu biasanya fondasi bangunan mungkin turun sehingga bangunan mengalami perubahan.
Selain pengukuran rutin pada periode tertentu, katanya pengukuran juga dilakukan usai terjadi gempa, karena gempa sangat berpengaruh terhadap bangunan candi.
Ia menyampaikan kalau bangunan retak berarti terjadi perubahan. Retak karena gempa ini mungkin bisa terjadi perubahan fondasi tetapi juga bisa tidak.
"Kalau tidak terjadi perubahan fondasi berarti kita tinggal memperbaiki struktur itu saja dan tidak perlu memperbaiki fondasinya," katanya.
Namun, kalau fondasi rusak terpaksa harus dibongkar, kemudian dibuat fondasi baru lagi yang kekuatannya lebih bisa menahan struktur di atasnya.
"Inilah kemudian yang kita sebut pembongkaran dan pemugaran kembali, tetapi kalau karena gempa dan fondasinya tidak berubah berarti kita hanya memperbaiki struktur yang atas, biasanya kita bongkar bagian atasnya saja," katanya.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
14 pengusaha - tokoh nasional jadi Dewan Penyantun Universitas Negeri Semarang
08 August 2024 21:30 WIB