Tim Unpad ungkap kriteria agar vaksin Sinovac lolos uji klinis
Rabu, 12 Agustus 2020 16:24 WIB
Seorang relawan diperiksa saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Padjajaran, Jalam Eyckman, Kota Bandung. ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi
Bandung (ANTARA) - Manajer Lapangan Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Universitas Padjajaran (Unpad), dr Eddy Fadliyana mengatakan ada beberapa kriteria agar vaksin Sinovac bisa lolos uji klinis tahap ketiga ini.
Di antaranya, vaksin itu bisa dikatakan berhasil apabila tidak banyak relawan yang mengalami efek samping yang berat. Kemudian antibodi di tubuh para relawan harus muncul setelah vaksin disuntikkan.
"Lalu dilihat efikasinya, jadi nanti kelompok yang divaksin itu kelihatan tidak terkena infeksi virus COVID-19, selama 6 bulan (proses uji klinis)," kata Eddy di Bandung, Rabu.
Menurutnya, setelah vaksin itu melalui tahap kedua dan ketiga uji klinis, vaksin itu 90 persen lebih dinilai bisa melindungi dari infeksi COVID-19. Meski begitu, ia tak menampik masih ada potensi orang yang divaksinasi, namun masih bisa terkena COVID-19.
"Masih bisa terkena infeksi, tapi sebagian besar terlindungi," kata dia.
Menurutnya, antibodi di tubuh akan timbul dalam 14 hari setelah penyuntikan vaksin kedua. Dalam proses uji klinis itu, para relawan memang menempuh dua kali penyuntikan vaksin.
Lalu dalam enam bulan ke depan, tim riset bakal melihat perkembangannya terkait berapa jumlah relawan yang terkena COVID-19 dan yang tidak. Selain itu, relawan juga diperiksa antibodinya.
"Dalam enam bulan itu kita lihat, apakah menurun atau masih tinggi antibodinya dan kejadian efek sampingnya," kata dia.
Baca juga: Presiden Jokowi saksikan penyuntikan vaksin COVID-19 kepada 1.620 relawan
Baca juga: Pemerintah siapkan pendanaan vaksin senilai Rp5 triliun
Di antaranya, vaksin itu bisa dikatakan berhasil apabila tidak banyak relawan yang mengalami efek samping yang berat. Kemudian antibodi di tubuh para relawan harus muncul setelah vaksin disuntikkan.
"Lalu dilihat efikasinya, jadi nanti kelompok yang divaksin itu kelihatan tidak terkena infeksi virus COVID-19, selama 6 bulan (proses uji klinis)," kata Eddy di Bandung, Rabu.
Menurutnya, setelah vaksin itu melalui tahap kedua dan ketiga uji klinis, vaksin itu 90 persen lebih dinilai bisa melindungi dari infeksi COVID-19. Meski begitu, ia tak menampik masih ada potensi orang yang divaksinasi, namun masih bisa terkena COVID-19.
"Masih bisa terkena infeksi, tapi sebagian besar terlindungi," kata dia.
Menurutnya, antibodi di tubuh akan timbul dalam 14 hari setelah penyuntikan vaksin kedua. Dalam proses uji klinis itu, para relawan memang menempuh dua kali penyuntikan vaksin.
Lalu dalam enam bulan ke depan, tim riset bakal melihat perkembangannya terkait berapa jumlah relawan yang terkena COVID-19 dan yang tidak. Selain itu, relawan juga diperiksa antibodinya.
"Dalam enam bulan itu kita lihat, apakah menurun atau masih tinggi antibodinya dan kejadian efek sampingnya," kata dia.
Baca juga: Presiden Jokowi saksikan penyuntikan vaksin COVID-19 kepada 1.620 relawan
Baca juga: Pemerintah siapkan pendanaan vaksin senilai Rp5 triliun
Pewarta : Bagus Ahmad Rizaldi
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Mahasiswa KKN Unpad Semarang ajak masyarakat maksimalkan lahan kosong dengan urban farming
28 July 2024 17:20 WIB
Panitia seleksi perangkat desa di Kudus tuntut Unpad gelar tes ulang
23 February 2023 16:35 WIB, 2023
Unpad pastikan tak ada kecurangan dalam seleksi perangkat desa Kudus
21 February 2023 14:01 WIB, 2023
Jasa Raharja gandeng ITB dan Unpad sinergi peningkatan keselamatan lalu lintas
27 March 2022 10:27 WIB, 2022
Pembuatan vaksin COVID-19 lebih cepat karena bisa dilakukan paralel
16 November 2020 14:37 WIB, 2020