Inggris danai percobaan tes cepat COVID-19 sekitar Rp9,86 triliun

Kamis, 3 September 2020 13:45 WIB
Pasien terinfeksi virus corona George Gilbert, 85 dan istrinya Domneva Gilbert, 84, saling berpegangan tangan saat kunjungan singkat karena dirawat di tempat terpisah, keduanya dalam uji TACTIC-R, di rumah sakit Addenbrooke di Cambridge, Inggris, Kamis (21/5/2020). TACTIC-R menguji apakah obat yang ada akan membantu mencegah sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan, yang diharapkan para ilmuwan dapat mencegah kegagalan organ dan kematian pada pasien COVID-19. ANTARA/REUTERS/POOL/Kirsty Wigglesworth/aa.
London (ANTARA) - Inggris menyediakan dana 500 juta poundsterling atau sekitar Rp9,86 triliun  untuk percobaan  tes cepat COVID-19, menurut kementerian kesehatan pada Kamis (3/9).

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan dia berharap pengujian massal tes COVID-19 yang lebih cepat dapat diluncurkan menjelang akhir tahun.

Ia mengatakan hal itu adalah kunci untuk memulihkan kebebasan setelah penerapan pembatasan selama berbulan-bulan karena COVID-19.

Dana tersebut akan digunakan untuk memperluas percobaan uji air liur yang ada dan uji cepat selama 20 menit di Inggris selatan.

Sementara uji coba komunitas baru di Salford, Inggris barat laut, akan menilai manfaat uji populasi.

Dalam uji populasi orang-orang dites secara teratur. terlepas dari apakah mereka memiliki gejala, sehingga setiap kasus dapat diketahui sebelum menyebar luas.

"Tes baru inovatif yang cepat, akurat, dan lebih mudah digunakan akan memaksimalkan dampak dan skala pengujian, membantu kami kembali ke cara hidup yang lebih normal," kata Hancock.

Baca juga: Inggris akan bayar warga yang mengisolasi diri karena COVID-19
Baca juga: Riset : Bernyanyi dan berbicara berisiko tularkan virus corona


Saat ini, menurut saran layanan kesehatan resmi, warga dapat menjalani tes COVID-19 jika memiliki gejala, meskipun tes yang lebih rutin tersedia untuk profesi tertentu, seperti petugas perawatan.

Orang-orang yang dihubungi oleh layanan kesehatan di Inggris harus mengisolasi diri selama 14 hari jika mereka baru-baru ini melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19

Demikian pula, pelancong dari negara tertentu harus menjalani isolasi diri selama 14 hari.

Hal itu dilakukan karena karena tes negatif tidak dapat menghalangi kemungkinan warga mendapatkan gejala di kemudian hari selama masa karantina, kata pejabat kesehatan.

"Teknologi dan metode pengujian baru sangat penting untuk menjaga sistem terus berkembang dan meningkat, terutama karena kami menilai bagaimana pengujian rutin dapat membantu menemukan kasus virus lebih awal," kata Dido Harding, yang menjalankan skema Uji dan Lacak.

Sumber : Reuters

Baca juga: Sekolah-sekolah di Inggris dibuka kembali untuk semester baru
Baca juga: Inggris kucurkan Rp163 miliar untuk meneliti imunitas COVID-19

Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Terpopuler - Kesehatan