Ganjar: Toleransi dan tidak "baperan" juga suatu budaya
Selasa, 27 Oktober 2020 9:48 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berbicara dalam dalam Bincang Budaya Gebyar Nusantara IPB University 2020, Bogor, Senin (26/10/2020). Dok. Humas IPB University
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam Bincang Budaya Gebyar Nusantara IPB University 2020 mendefinisikan berbagai macam arti budaya termasuk toleransi yang dinilai merupakan suatu budaya.
"Budaya tidak hanya sekadar batik, tidak hanya sekedar tari. Budaya juga merupakan perilaku. Menghormati orang tua, tidak baperan, tidak ngamukan (gampang marah) itu juga budaya. Toleransi juga suatu budaya,” ujar Ganjar dalam webinar Gebyar Nusantara yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB University, Bogor, melalui siaran pers yang diterima ANTARA, Selasa.
Gebyar Nusantara merupakan rangkaian acara kebudayaan terbesar di IPB University yang dilaksanakan oleh BEM KM. Bincang Budaya sendiri merupakan salah satu rangkaian dari Gebyar Nusantara berupa bincang-bincang interaktif.
Dalam acara bincang-bincang itu Ganjar menekankan bahwa toleransi juga merupakan suatu budaya. Menurut dia, jika manusia bisa melakukan budaya tersebut, maka relasi sosialnya akan baik.
Baca juga: Gubernur Ganjar pilih urus mudik libur panjang daripada hasil survei
Dan jika sudah berbudaya, komunikasi baik, saling menghormati maka ia memastikan bahwa kebahagiaan dalam berbudaya akan datang.
Sementara itu, dalam Bincang Budaya yang bertajuk ‘Cantik itu Relatif?’ tersebut Maestro Tari Indonesia, Didik Nini Thowok mengatakan bahwa tarian Indonesia, yang juga bagian dari budaya, memiliki kecantikannya masing-masing.
“Semua tarian Indonesia memiliki kecantikan masing-masing. Kalian harus mempelajari budaya kalian masing-masing dengan filosofi di balik itu dengan segala pernik-pernik dan arti sejarah yang ada sehingga kalian tidak hanya menguasai kulit saja,” ujar Didik yang juga Pemilik Sanggar Tari Nadya Lakshita.
Didik mengajak para peserta webinar untuk selalu mulai berlatih dan menunjukkan budaya, khususnya tari-tarian Indonesia dengan kualitas nomor satu. Meski bukan artis atau penari profesional, mahasiswa seharusnya juga mampu menampilkan tarian nasional.
Ia juga mengajak mahasiswa untuk menunjukkan keberagaman Indonesia yang sangat luar biasa di mata bangsa lain.
Baca juga: Libur panjang akhir Oktober, Ganjar sarankan warga tak mudik
Adapun narasumber lain dalam acara itu, Ketua Umum Sobat Budaya Nicky Ria Azizman menyebutkan bahwa sejak 2007, tercatat ada sekitar 60.000 budaya di Indonesia.
Ia mengatakan bahwa jumlah itu masih berpeluang untuk bertambah lagi. Ia juga menyampaikan bahwa setidaknya ada 35.000 kuliner yang terdaftar di perpustakaan digital budaya Indonesia.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University Dr Drajat Martianto mengatakan bahwa pertanian juga merupakan produk budaya.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa warna-warni budaya Indonesia bisa terlihat di IPB University. Pasalnya, setiap tahunnya IPB University menerima mahasiswa baru sekitar 4.000 mahasiswa program sarjana, sekitar 2.000 mahasiswa vokasi, lalu sekitar 2.000 mahasiswa pascasarjana. Para mahasiswa baru tersebut merupakan anak bangsa yang berasal dari seluruh Indonesia
“Tahun ini mahasiswa IPB University berasal dari 33 provinsi dengan lebih dari 450 kabupaten/kota. Hanya dari provinsi Kalimantan Utara yang tidak terisi,” kata Drajat.
Ia menyampaikan bahwa IPB University tidak ingin kehilangan momentum agar mahasiswa baru yang sedang di masa transisi tidak kehilangan identitas budayanya.
Oleh karena itu, IPB University mewajibkan setiap mahasiswa baru di tahun pertamanya untuk menetap di asrama yang menyediakam program pembelajaran multi budaya.
Kehadiran program wajib asrama di IPB University itu menumbuhkan sifat positif dalam berbudaya seperti sikap saling menghargai satu sama lain meski berbeda asal, budaya, agama, ras dan suku.
“Kami menginginkan, disamping belajar, mahasiswa IPB University juga belajar mengembangkan teknologi, mengembangkan budaya daerahnya masing-masing,” demikian kata Drajat.
"Budaya tidak hanya sekadar batik, tidak hanya sekedar tari. Budaya juga merupakan perilaku. Menghormati orang tua, tidak baperan, tidak ngamukan (gampang marah) itu juga budaya. Toleransi juga suatu budaya,” ujar Ganjar dalam webinar Gebyar Nusantara yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB University, Bogor, melalui siaran pers yang diterima ANTARA, Selasa.
Gebyar Nusantara merupakan rangkaian acara kebudayaan terbesar di IPB University yang dilaksanakan oleh BEM KM. Bincang Budaya sendiri merupakan salah satu rangkaian dari Gebyar Nusantara berupa bincang-bincang interaktif.
Dalam acara bincang-bincang itu Ganjar menekankan bahwa toleransi juga merupakan suatu budaya. Menurut dia, jika manusia bisa melakukan budaya tersebut, maka relasi sosialnya akan baik.
Baca juga: Gubernur Ganjar pilih urus mudik libur panjang daripada hasil survei
Dan jika sudah berbudaya, komunikasi baik, saling menghormati maka ia memastikan bahwa kebahagiaan dalam berbudaya akan datang.
Sementara itu, dalam Bincang Budaya yang bertajuk ‘Cantik itu Relatif?’ tersebut Maestro Tari Indonesia, Didik Nini Thowok mengatakan bahwa tarian Indonesia, yang juga bagian dari budaya, memiliki kecantikannya masing-masing.
“Semua tarian Indonesia memiliki kecantikan masing-masing. Kalian harus mempelajari budaya kalian masing-masing dengan filosofi di balik itu dengan segala pernik-pernik dan arti sejarah yang ada sehingga kalian tidak hanya menguasai kulit saja,” ujar Didik yang juga Pemilik Sanggar Tari Nadya Lakshita.
Didik mengajak para peserta webinar untuk selalu mulai berlatih dan menunjukkan budaya, khususnya tari-tarian Indonesia dengan kualitas nomor satu. Meski bukan artis atau penari profesional, mahasiswa seharusnya juga mampu menampilkan tarian nasional.
Ia juga mengajak mahasiswa untuk menunjukkan keberagaman Indonesia yang sangat luar biasa di mata bangsa lain.
Baca juga: Libur panjang akhir Oktober, Ganjar sarankan warga tak mudik
Adapun narasumber lain dalam acara itu, Ketua Umum Sobat Budaya Nicky Ria Azizman menyebutkan bahwa sejak 2007, tercatat ada sekitar 60.000 budaya di Indonesia.
Ia mengatakan bahwa jumlah itu masih berpeluang untuk bertambah lagi. Ia juga menyampaikan bahwa setidaknya ada 35.000 kuliner yang terdaftar di perpustakaan digital budaya Indonesia.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University Dr Drajat Martianto mengatakan bahwa pertanian juga merupakan produk budaya.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa warna-warni budaya Indonesia bisa terlihat di IPB University. Pasalnya, setiap tahunnya IPB University menerima mahasiswa baru sekitar 4.000 mahasiswa program sarjana, sekitar 2.000 mahasiswa vokasi, lalu sekitar 2.000 mahasiswa pascasarjana. Para mahasiswa baru tersebut merupakan anak bangsa yang berasal dari seluruh Indonesia
“Tahun ini mahasiswa IPB University berasal dari 33 provinsi dengan lebih dari 450 kabupaten/kota. Hanya dari provinsi Kalimantan Utara yang tidak terisi,” kata Drajat.
Ia menyampaikan bahwa IPB University tidak ingin kehilangan momentum agar mahasiswa baru yang sedang di masa transisi tidak kehilangan identitas budayanya.
Oleh karena itu, IPB University mewajibkan setiap mahasiswa baru di tahun pertamanya untuk menetap di asrama yang menyediakam program pembelajaran multi budaya.
Kehadiran program wajib asrama di IPB University itu menumbuhkan sifat positif dalam berbudaya seperti sikap saling menghargai satu sama lain meski berbeda asal, budaya, agama, ras dan suku.
“Kami menginginkan, disamping belajar, mahasiswa IPB University juga belajar mengembangkan teknologi, mengembangkan budaya daerahnya masing-masing,” demikian kata Drajat.
Pewarta : Katriana
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Beasiswa Binus University hingga 100 persen jadi solusi raih karier lebih awal
07 August 2024 20:51 WIB