Magelang (ANTARA) - Sebanyak 221 kelompok kesenian mengikuti Festival Kesenian Rakyat dalam rangkaian Ruwat Rawat Borobudur (RRB) ke-17 tahun 2020.

Panitia Festival Kesenian Rakyat RRB, Eri Kusumawardani di Magelang, Selasa, mengatakan, sejumlah kelompok kesenian tersebut, antara lain berasal dari Magelang, Temanggung, Boyolali, Purworejo, Kendal, dan Wonosobo.

Ia menyampaikan festival ini dijadwalkan berlangsung pada Februari hingga April 2020 terbagi dalam rayon Grabahan, Pasanggrahan, Windusari, Temanggung, dan rayon Borobudur, namun terpaksa ditunda karena pandemi COVID-19.

"Karena ada pandemi baru terlaksana untuk rayon Grabahan dan Windusari, kemudian untuk sisanya kita lanjutkan secara virtual dan hari ini memasuki babak final dilaksanakan di Pendapa Balai Konservasi Borobudur," katanya.

Eri menyampaikan panitia sudah menyeleksi secara virtual dan hari Selasa ini ada 16 kesenian yang masuk babak final, tetapi yang mengumpulkan rekaman video hanya 14 kelompok kesenian.

"Tujuan festival ini lebih ke pelestarian kesenian tradisional yang ada di Magelang dan sekitarnya, pelestarian ini sebagai wujud dari visi kami komunitas Warung Info Brayat Panangkaran untuk menyelaraskan kebudayaan karena di sini ada Candi Borobudur dan ada kesenian maka kami lestarikan dalam Ruwat Rawat Borobudur, salah satunya kegiatannya festival kesenian rakyat ini," katanya.

Tokoh yang juga inisiator kegiatan ini, Sucoro mengatakan, RRB merupakan acara budaya yang lahir sebagai bagaian dari masyarakat yang kebetulan lahir dan tinggal tidak jauh dari monumen warisan budaya Borobudur.

Ia menuturkan keberadaan Borobudur yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat telah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu sejak Borobudur dikembangkan menjadi tujuan pariwisata pada tahun 1980, peran masyarakat pun dibutuhkan tanah dan bangunan milik warga Dusun Ngaran, Kenayan, sebagian Gendingan, Sabrangrawa dan Gopalan dibebaskan.

Dalam perjalanan waktu, katanya Borobudur kini benar-benar telah menjadi tujuan wisata dunia yang tentunya telah memberikan kontribusi ekonomi terhadap negara dan masyarakat.

"Namun demikian, saya sebagai warga tergusur, mohon kepada pengelola dan tentunya Pemerintah jangan abaikan peran masyarakat Karena, masyarakat sekitar juga menjadi elemen penentu untuk menyukseskan rencana pemerintah yang akan mengembangkan Borobudur sebagai destinasi pariwisata kelas dunia," katanya.

Menurut dia sebagus apa pun destinasi pariwisata, jika masyarakat sekitar tidak memiliki kemampuan untuk mendukung maka tidak akan berhasil.

"Oleh karena itu saya yang selama ini menemani Borobudur dalam suka maupun duka, sejak tahun 2003 secara terus-menerus, mencoba membuat ruang komunikasi budaya bertajuk Ruwat Rawat Borobudur," katanya. ***3***