Reisa: Kekebalan kelompok lindungi ibu hamil-menyusui dari COVID-19
Selasa, 26 Januari 2021 16:07 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro: Pakai masker jangan asal-asalan. ANTARA/Katriana/am
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan dengan terciptanya kekebalan kelompok (herd immunity), dapat membantu melindungi para ibu hamil dan menyusui dari COVID-19.
"Kekebalan kelompok ini keuntungan lainnya adalah bisa melindungi orang-orang di sekitarnya yang belum bisa mendapatkan akses vaksin," kata Reisa saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Saat ini ada 17 kriteria kelompok masyarakat yang tidak bisa diberikan vaksin COVID-19 dari Sinovac, antara lain yang sudah pernah menderita COVID-19, ibu hamil atau menyusui, sedang mendapatkan terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah, menderita penyakit Autoimun Sistemik (SLE/Lupus, Sjogren, vaskulitis, dan autoimun lainnya), mengidap penyakit ginjal, menderita penyakit diabetes melitus, dan penyakit paru.
Selain itu, anak-anak dan lanjut usia juga belum bisa diberikan vaksin COVID-19 yang tersedia sekarang.
Diharapkan secepatnya ada vaksin COVID-19 yang bisa masuk ke Indonesia untuk dikonsumsi anak-anak dan lanjut usia untuk membangun respons kekebalan tubuh mereka terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
"Orang-orang ini lah yang nanti akan dilindungi oleh orang-orang yang punya kekebalan," tutur Reisa.
Dengan vaksinasi COVID-19, kekebalan spesifik terhadap virus penyebab COVID-19 bisa tercapai. Makin banyak yang diberikan vaksin COVID-19, makin banyak orang yang punya kekebalan spesifik tersebut, sehingga seolah membentuk "perisai perlindungan" untuk sebagian penduduk yang belum bisa mengakses vaksin COVID-19.
Kekebalan spesifik itu biasanya hanya bisa didapatkan dengan dua cara, yakni terinfeksi langsung atau karena diberikan vaksin.
"Vaksinasi COVID-19 ini tujuannya adalah membentuk imunitas. Imunitas yang dihasilkan dari vaksin adalah imunitas spesifik," ucapnya.
"Kekebalan kelompok ini keuntungan lainnya adalah bisa melindungi orang-orang di sekitarnya yang belum bisa mendapatkan akses vaksin," kata Reisa saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Saat ini ada 17 kriteria kelompok masyarakat yang tidak bisa diberikan vaksin COVID-19 dari Sinovac, antara lain yang sudah pernah menderita COVID-19, ibu hamil atau menyusui, sedang mendapatkan terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah, menderita penyakit Autoimun Sistemik (SLE/Lupus, Sjogren, vaskulitis, dan autoimun lainnya), mengidap penyakit ginjal, menderita penyakit diabetes melitus, dan penyakit paru.
Selain itu, anak-anak dan lanjut usia juga belum bisa diberikan vaksin COVID-19 yang tersedia sekarang.
Diharapkan secepatnya ada vaksin COVID-19 yang bisa masuk ke Indonesia untuk dikonsumsi anak-anak dan lanjut usia untuk membangun respons kekebalan tubuh mereka terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
"Orang-orang ini lah yang nanti akan dilindungi oleh orang-orang yang punya kekebalan," tutur Reisa.
Dengan vaksinasi COVID-19, kekebalan spesifik terhadap virus penyebab COVID-19 bisa tercapai. Makin banyak yang diberikan vaksin COVID-19, makin banyak orang yang punya kekebalan spesifik tersebut, sehingga seolah membentuk "perisai perlindungan" untuk sebagian penduduk yang belum bisa mengakses vaksin COVID-19.
Kekebalan spesifik itu biasanya hanya bisa didapatkan dengan dua cara, yakni terinfeksi langsung atau karena diberikan vaksin.
"Vaksinasi COVID-19 ini tujuannya adalah membentuk imunitas. Imunitas yang dihasilkan dari vaksin adalah imunitas spesifik," ucapnya.
Pewarta : Martha Herlinawati S
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kasus COVID-19 ditemukan di Batang, pemkab imbau warga terapkan protokol kesehatan
24 December 2023 14:44 WIB