Survei SMRC: Mayoritas warga tidak percaya PKI bangkit
Jumat, 1 Oktober 2021 18:55 WIB
Tangkapan layar Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad menerangkan hasil survei terkait persepsi publik terhadap Pancasila secara virtual sebagaimana disiarkan oleh kanal Youtube SMRC TV di Jakarta, Jumat (1/10/2021). ANTARA/Genta Tenri Mawangi
Jakarta (ANTARA) - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan hasil surveinya mengenai persepsi publik terhadap isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mayoritas responden tidak percaya terhadap rumor tersebut.
Hasil survei SMRC yang diumumkan di Jakarta, Jumat, menunjukkan 84 persen responden dari total 981 orang tidak setuju dengan pernyataan PKI bangkit di Indonesia.
"Yang setuju hanya 14 persen, yang tidak menjawab dua persen," kata Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad saat peluncuran hasil survei yang berlangsung secara virtual.
Dari kelompok yang percaya terhadap isu PKI bangkit, 49 persen di antaranya menilai itu jadi ancaman bagi negara, sementara 24 persen berpendapat kebangkitan PKI tidak terlalu mengancam keutuhan negara.
Walaupun demikian, merujuk pada penelitian SMRC dalam enam tahun terakhir sejak 2015-2021, isu kebangkitan PKI tidak banyak direspon oleh publik, kata Saidiman.
"Isu tentang kebangkitan PKI tidak banyak direspon warga. Dalam 6 tahun terakhir, Oktober 2015 sampai September 2021, yang percaya hanya berkisar 10 sampai 16 persen. Tidak banyak berubah," papar peneliti SMRC itu.
Terkait isu itu, SMRC lanjut meneliti persepsi publik terhadap isu Presiden RI Joko Widodo bagian dari PKI. Hasil survei menunjukkan 75 persen responden tidak percaya terhadap isu itu.
Namun, ada 8 persen responden yang percaya, sementara 16 persen sisanya memilih tidak menjawab.
“Yang percaya dengan isu tersebut tidak banyak berubah dari 2017 sampai 2021, hanya berkisar 3 sampai 8 persen,” ucap dia.
SMRC juga meneliti lebih detail kelompok mana yang percaya PKI bangkit di Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa persepsi publik terhadap isu itu terkait dengan pilihan politik pada Pemilihan Presiden 2019.
"Warga yang percaya sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI lebih banyak (ditemukan) pada massa pemilih Prabowo-Sandi (jumlahnya) sampai 27 persen. Dari sisi massa pemilih partai, yang percaya kebangkitan PKI lebih banyak datang dari massa pemilih PKS, Gerindra, dan Demokrat," tutur Saidiman Ahmad.
Setidaknya ada 34 persen responden pendukung PKS yang percaya isu kebangkitan PKI, kemudian ada 27 persen pendukung Gerindra, dan 26 persen pendukung Partai Demokrat.
Walaupun demikian, SMRC menganalisis bahwa komitmen warga negara terhadap Pancasila tidak terkait dengan persepsi terhadap isu kebangkitan PKI.
"Warga yang percaya maupun yang tidak percaya dengan isu kebangkitan PKI memiliki komitmen yang relatif sama terhadap negara yang dijalankan berdasarkan Pancasila," ujar Saidiman.
Hasil survei SMRC yang diumumkan di Jakarta, Jumat, menunjukkan 84 persen responden dari total 981 orang tidak setuju dengan pernyataan PKI bangkit di Indonesia.
"Yang setuju hanya 14 persen, yang tidak menjawab dua persen," kata Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad saat peluncuran hasil survei yang berlangsung secara virtual.
Dari kelompok yang percaya terhadap isu PKI bangkit, 49 persen di antaranya menilai itu jadi ancaman bagi negara, sementara 24 persen berpendapat kebangkitan PKI tidak terlalu mengancam keutuhan negara.
Walaupun demikian, merujuk pada penelitian SMRC dalam enam tahun terakhir sejak 2015-2021, isu kebangkitan PKI tidak banyak direspon oleh publik, kata Saidiman.
"Isu tentang kebangkitan PKI tidak banyak direspon warga. Dalam 6 tahun terakhir, Oktober 2015 sampai September 2021, yang percaya hanya berkisar 10 sampai 16 persen. Tidak banyak berubah," papar peneliti SMRC itu.
Terkait isu itu, SMRC lanjut meneliti persepsi publik terhadap isu Presiden RI Joko Widodo bagian dari PKI. Hasil survei menunjukkan 75 persen responden tidak percaya terhadap isu itu.
Namun, ada 8 persen responden yang percaya, sementara 16 persen sisanya memilih tidak menjawab.
“Yang percaya dengan isu tersebut tidak banyak berubah dari 2017 sampai 2021, hanya berkisar 3 sampai 8 persen,” ucap dia.
SMRC juga meneliti lebih detail kelompok mana yang percaya PKI bangkit di Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa persepsi publik terhadap isu itu terkait dengan pilihan politik pada Pemilihan Presiden 2019.
"Warga yang percaya sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI lebih banyak (ditemukan) pada massa pemilih Prabowo-Sandi (jumlahnya) sampai 27 persen. Dari sisi massa pemilih partai, yang percaya kebangkitan PKI lebih banyak datang dari massa pemilih PKS, Gerindra, dan Demokrat," tutur Saidiman Ahmad.
Setidaknya ada 34 persen responden pendukung PKS yang percaya isu kebangkitan PKI, kemudian ada 27 persen pendukung Gerindra, dan 26 persen pendukung Partai Demokrat.
Walaupun demikian, SMRC menganalisis bahwa komitmen warga negara terhadap Pancasila tidak terkait dengan persepsi terhadap isu kebangkitan PKI.
"Warga yang percaya maupun yang tidak percaya dengan isu kebangkitan PKI memiliki komitmen yang relatif sama terhadap negara yang dijalankan berdasarkan Pancasila," ujar Saidiman.
Pewarta : Genta Tenri Mawangi
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Komnas HAM ingatkan pelabelan PKI tanpa peradilan tidak boleh kembali terjadi
03 April 2022 13:04 WIB, 2022
Akademisi sebut Hari Kesaktian Pancasila, momentum aktualisasi nilai-nilai
01 October 2021 20:57 WIB, 2021
Moeldoko tanggapi mantan Panglima merasa dicopot karena film G30S/PKI
01 October 2020 13:29 WIB, 2020