BI perkirakan ekonomi Soloraya tumbuh hingga 5,5 persen
Rabu, 23 Februari 2022 12:04 WIB
Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo. ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Soloraya, Jawa Tengah, bergerak positif pada tahun ini menyusul optimisme dunia usaha yang terjadi di tengah pandemi COVID-19.
"Berdasarkan tren pertumbuhan ekonomi Soloraya yang lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Tengah maupun nasional, diproyeksikan pada tahun 2021 maupun 2022 perekonomian Soloraya akan bounce back, melebihi Jawa Tengah maupun nasional," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Jawa Tengah, Rabu.
Ia memproyeksikan PDRB 2021 Soloraya berada pada interval 3,70 persen dan 4,30 persen. Selanjutnya, untuk pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2022 diproyeksikan akan mencapai 4,7-5,5 persen.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dikatakannya, optimisme dunia usaha mengalami akselerasi pada akhir tahun 2021.
"Di samping itu, pemulihan konsumsi masyarakat tercermin dari tren kenaikan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang telah menunjukkan kenaikan optimisme selama lima bulan berturut-turut. Selain itu, indeks penjualan riil (IPR) Desember 2021 juga menunjukkan peningkatan," katanya.
Sementara itu, untuk kinerja dunia usaha di Soloraya pada triwulan IV tahun lalu mengalami akselerasi peningkatan sejalan dengan implementasi pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada momentum Natal dan tahun baru.
Menurut dia, kondisi tersebut diperkirakan akan tetap stabil pada triwulan I 2022 dan membaik sepanjang tahun 2022.
Ia mengatakan keputusan sejumlah negara yang menganggap pandemi COVID-19 menjadi endemi ini juga memberikan angin segar bagi dunia industri di dalam negeri yang selama ini banyak melakukan ekspor ke sejumlah negara baik Amerika maupun Eropa.
Dengan menjadikan penyebaran COVID-19 sebagai endemi, artinya sudah tidak ada lagi pembatasan-pembatasan yang sempat diberlakukan selama pandemi dan berdampak pada terkendalanya proses pengiriman barang.
"Dengan menjadi endemi ini artinya ekspor jalan terus. Kalau dulu garmen tidak bisa ekspor karena toko tutup di Amerika dan Eropa, ketika di sana sekarang buka kan artinya di sini produksi terus, artinya ekspor optimistis, investasi optimistis," katanya.
"Berdasarkan tren pertumbuhan ekonomi Soloraya yang lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Tengah maupun nasional, diproyeksikan pada tahun 2021 maupun 2022 perekonomian Soloraya akan bounce back, melebihi Jawa Tengah maupun nasional," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Jawa Tengah, Rabu.
Ia memproyeksikan PDRB 2021 Soloraya berada pada interval 3,70 persen dan 4,30 persen. Selanjutnya, untuk pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2022 diproyeksikan akan mencapai 4,7-5,5 persen.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dikatakannya, optimisme dunia usaha mengalami akselerasi pada akhir tahun 2021.
"Di samping itu, pemulihan konsumsi masyarakat tercermin dari tren kenaikan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang telah menunjukkan kenaikan optimisme selama lima bulan berturut-turut. Selain itu, indeks penjualan riil (IPR) Desember 2021 juga menunjukkan peningkatan," katanya.
Sementara itu, untuk kinerja dunia usaha di Soloraya pada triwulan IV tahun lalu mengalami akselerasi peningkatan sejalan dengan implementasi pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada momentum Natal dan tahun baru.
Menurut dia, kondisi tersebut diperkirakan akan tetap stabil pada triwulan I 2022 dan membaik sepanjang tahun 2022.
Ia mengatakan keputusan sejumlah negara yang menganggap pandemi COVID-19 menjadi endemi ini juga memberikan angin segar bagi dunia industri di dalam negeri yang selama ini banyak melakukan ekspor ke sejumlah negara baik Amerika maupun Eropa.
Dengan menjadikan penyebaran COVID-19 sebagai endemi, artinya sudah tidak ada lagi pembatasan-pembatasan yang sempat diberlakukan selama pandemi dan berdampak pada terkendalanya proses pengiriman barang.
"Dengan menjadi endemi ini artinya ekspor jalan terus. Kalau dulu garmen tidak bisa ekspor karena toko tutup di Amerika dan Eropa, ketika di sana sekarang buka kan artinya di sini produksi terus, artinya ekspor optimistis, investasi optimistis," katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024