Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, memfokuskan penanganan kasus kekerdilan di 25 desa dari 7 kecamatan karena dinilai banyak kasus stunting yang terjadi di wilayah itu.

Wakil Bupati Batang Suyono di Batang, Rabu, mengatakan bahwa pemenuhan gizi dan vitamin menjadi perhatian utama, khususnya ibu hamil dari keluarga kurang mampu untuk mencegah terjadinya kasus kekerdilan.

"Jangan sampai cuma program, selain anggaran juga harus ada tindakan. Program itu harus jalan sampai bawah, selain ada sosialisasi juga harus diwujudkan dengan pemenuhan makanan sehat," katanya.

Baca juga: BKKBN bantu Rp11 miliar untuk penurunan tengkes di Purbalingga

Selain itu, kata dia, perlu adanya kolaborasi bersama lintas sektor lainnya berperan aktif dalam penanganan kasus kekerdilan.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Batang Supriyono mengatakan seluruh instansi terkait akan membentuk tim percepatan penurunan stunting (TPPS) hingga tingkat desa.

Kemudian, kata dia, pihaknya juga akan mengiventarisasi daerah-daerah yang membutuhkan perhatian lebih untuk penurunan stunting.

"Ada 25 desa di tujuh kecamatan yang perlu mendapat perhatian dalam penanganan kasus kekerdilan, di antaranya desa yang berada di Kecamatan Blado," katanya.

Ia menyebutkan sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya kasus stunting antara lain sebagian warga tidak mengetahui menu-menu yang bergizi dan tidak berperilaku hidup sehat.

"Sebetulnya di desa itu banyak menu sehat yang harganya murah seperti telur dan ayam. Akan tetapi terkadang mereka kurang perhatian terhadap nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi," katanya.

Baca juga: Cegah kekerdilan dengan memantau tumbuh kembang anak
Baca juga: Tekan kekerdilan, RSUD Kudus siapkan poliklinik tumbuh kembang anak