Magelang (ANTARA) - Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah Sukardiyono mendorong pengembangan wisata Negeri Kahyangan di Kabupaten Magelang untuk menonjolkan potensi lokal.

Sukardiyono yang juga sering disapa Godres di Magelang, Rabu, mengatakan Negeri Kahyangan yang merupakan wisata alam baru di Kabupaten Magelang ini bisa memadukan dengan kebudayaan atau kesenian yang ada di daerah ini.

Ia menyampaikan hal tersebut usai Dialog Interaktif Kesenian Tradisional Kabupaten Magelang di Pelataran Negeri Kahyangan yang merupakan objek wisata alam di lereng Gunung Merbabu di Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan.

"Apalagi di Desa Wonolelo ini ada puluhan kesenian atau tarian lokal harus ditampilkan di Negeri Kahyangan ini untuk menarik wisatawan," katanya.

Godres menyampaikan Desa Wonolelo secara kultur mempunyai banyak kesenian daerah yang luar biasa. Secara geografis, Wonolelo ini berada di ketinggian sekitar 1.800 meter di atas permukaan laut dengan pesona alam yang indah.

Ia menyampaikan Negeri Kahyangan ini sebenarnya belum dibuka secara resmi, tetapi sudah banyak masyarakat berminat untuk datang ke sini.

"Di Negeri Kahyangan dalam sekejam gunung-gunung yang ada di sekitarnya seperti Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Sumbing bisa hilang semua karena tertutup awan dan dalam waktu sekejap juga ketika awan hilang maka gunung-gunung itu akan muncul lagi, jadi wisatawan benar-benar seperti di Negeri Kahyangan," katanya.

Ia meminta masyarakat Desa Wonolelo untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan dan juga melestarikan kesenian yang ada di desa ini untuk menarik wisatawan berkunjung ke Negeri Kahyangan.

Pemerhati kesenian Kabupaten Magelang, Umar mengatakan Desa Wonolelo yang terdiri atas 18 dusun, rata-rata setiap dusun minimal memiliki satu tari tradisional.

Ia menyebutkan di Desa Wonolelo ini ada sekitar 40 tari tradisional, karena di desa ini seni menjadi bagian hidup dari masyarakat.

"Jadi pelaku-pelaku seni di Desa Wonolelo itu agak berbeda dengan daerah lain karena mereka selain pelaku seni juga memiliki mata pencaharian sebagai petani," katanya.

Dengan demikian, ketika mereka menunjukkan kreasinya di dalam seni, itu bukan karena masalah finansial, tetapi masalah hati.

"Jadi kesenian di sini merupakan reaksi atau ekspresi dari suatu hati yang diungkapkan dalam suatu tarian di Desa Wonolelo," kata Umar.