Purwokerto (ANTARA) - Pemerintah telah menetapkan cuti bersama Idul Fitri 1443 Hijriah selama empat hari, yaitu pada 29 April 2022, kemudian pada 4,5, dan 6 Mei 2022. Dengan demikian, sekitar dua pekan ke depan, gelombang arus mudik akan dimulai.

Mudik memang menjadi tradisi tahunan yang dinanti-nantikan sebagian besar masyarakat di Tanah Air menjelang Hari Raya Idul Fitri. 

Momentum berkumpul bersama keluarga besar, menuntaskan kerinduan pada orang-orang terkasih, menjadikan kampung halaman sebagai pusat gravitasi di hari yang suci.

Jarak, bukan lagi jadi persoalan dalam periode arus mudik. Karena kerinduan untuk kembali ke pelukan keluarga seakan melipat jarak. Menyatukan ruang, dan menyalakan semangat.

Kendati demikian, ada satu hal yang perlu tetap jadi perhatian yang hendak bepergian. Yaitu, perlunya mewaspadai potensi bencana saat perjalanan mudik.

Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr Indra Permanajati mengatakan di tengah euforia arus mudik, masyarakat perlu tetap memperhatikan jalur-jalur yang dilalui.

Terlebih lagi saat melewati daerah-daerah yang rawan bencana seperti longsor, banjir, angin kencang dan berbagai bencana lainnya. Tentu saja kondisi ini harus diwaspadai. Sikap kehati-hatian menjadi suatu keharusan dalam melakukan perjalanan.

Koordinator bidang bencana geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut menambahkan bahwa pada saat ini sejumlah wilayah di Indonesia masih masuk dalam periode musim hujan. Sehingga potensi bencana hidrometeorologi masih perlu diwaspadai

Bencana hidrometeorologi, kata dia, merupakan bencana yang dipengaruhi oleh perubahan musim dan juga curah hujan, termasuk fluktuasi keberadaan air yang ada di dalamnya.

Bencana hidrometeorologi yang dimaksud ini meliputi banjir, tanah longsor, dan juga angin kencang. Sebagai contoh, pada musim hujan biasanya terjadi peningkatan intensitas air. 

Ketika intensitas air yang melimpah masuk ke dalam tanah maka akan terjadi kejenuhan karena penambahan air. Hal ini lalu akan mengakibatkan air yang tidak bisa masuk ke bawah permukaan tanah mengalir di permukaan sebagai aliran permukaan atau "run off".

Intensitas "run off" yang meningkat akan mengakibatkan akumulasi air dalam jumlah besar yang terkumpul di sungai pada sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga terjadi banjir.

Contoh lainnya, intensitas air yang berlebihan juga bisa menyebabkan tekanan yang mengubah tanah menjadi plastis dan kehilangan kekuatannya untuk bertahan di lereng. Hal ini berpotensi menyebabkan bencana longsor. 

Karena itu, potensi bencana hidrometeorologi dapat meningkat saat musim hujan, seiring dengan intensitas air yang meningkat. Sehingga diperlukan langkah mitigasi untuk mengurangi risiko atau dampak yang ditimbulkan.

Menurutnya, upaya yang bisa dilakukan masyarakat yang sedang melakukan perjalanan mudik adalah dengan tetap berhati-hati dan terus mengikuti informasi prakiraan cuaca terkini pada wilayah yang sedang dilintasi.

Karena dengan mengikuti informasi prakiraan cuaca secara simultan maka diharapkan calon pemudik akan mengetahui secara rinci mengenai informasi terkait cuaca di jalur-jalur yang akan dilaluinya.

Selain itu, masyarakat juga perlu memperhatikan rambu-rambu atau peringatan dini yang terpasang di jalur mudik yang sedang dilalui.

Sementara itu, upaya yang perlu dilakukan pemerintah adalah terus memantau dan menginformasikan kepada masyarakat terkait kondisi curah hujan dan kebencanaan lainnya.

Kemudian memasang rambu-rambu peringatan pada wilayah-wilayah yang berpotensi atau rawan terjadinya bencana.

Rambu-rambu yang berisi peringatan mengenai area rawan bencana sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan bagi para pengendara baik motor ataupun mobil. Dengan demikian, mereka akan makin berhati-hati saat melewati lokasi-lokasi berisiko.

Selain itu pengendara juga akan mengetahui potensi-potensi bencana yang ada di sekitar mereka dan mengetahui apa yang perlu dilakukan saat terjadi bencana. Salah satu contohnya adalah mengetahui jalur-jalur evakuasi.

Menurut Indra, rambu-rambu peringatan perlu dipasang pada jalur yang berada di wilayah rawan longsor seperti bukit-bukit yang terjal atau tebing yang curam serta pada jalur yang terdapat tebing-tebing sungai. Selain itu juga pada daerah rawan amblesan dan banjir. 

Rambu peringatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap para pemudik dan mendukung upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana pada periode arus mudik maupun arus balik.

Protokol Kesehatan
Selain meningkatkan kewaspadaan terkait potensi bencana hidrometeorologi saat melakukan perjalanan mudik, masyarakat juga masih tetap perlu mewaspadai potensi penyebaran COVID-19.

Karena bagaimanapun, saat ini masyarakat masih berada dalam kondisi pandemi COVID-19. Kendati kasus mulai melandai namun kewaspadaan masih tetap diperlukan. Perkuat protokol kesehatan, melengkapi diri dengan vaksinasi dan tetap menghindari kerumunan merupakan langkah bijak yang bisa dilakukan.

Ahli epidemiologi lapangan dari Unsoed dr Yudhi Wibowo mengingatkan masyarakat juga perlu memenuhi kebijakan pemerintah terkait syarat vaksinasi penguat atau "booster" bagi masyarakat yang ingin mudik.

Vaksinasi penguat memang dibutuhkan untuk memberikan perlindungan yang lebih optimal sehingga cakupannya perlu terus ditingkatkan. Terutama bagi kelompok lansia, ibu hamil, anak-anak dan juga mereka yang memiliki komorbid.

Menurutnya, kebijakan pemerintah terkait syarat vaksinasi penguat memang sangat baik dan sangat tepat, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan yang lebih optimal bagi masyarakat pada saat momentum mudik Lebaran.

Syarat vaksin booster untuk mudik secara tidak langsung akan 'memaksa' masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi dosis ketiga atau penguat, ini demi kebaikan bersama karena akan dapat memberikan perlindungan bagi masyarakat.

Hal ini dapat mendukung upaya mitigasi mencegah penyebaran COVID-19 di tengah potensi peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur Lebaran.

Cakupan vaksinasi dosis penguat harus ditingkatkan guna menurunkan angka hospitalisasi dan mencegah sakit dengan gejala yang berat.

Perbanyak lokasi vaksinasi
Sementara itu, pengamat kebijakan publik Unsoed Dr Slamet Rosyadi menambahkan perlunya memperbanyak lokasi layanan vaksinasi bagi masyarakat menjelang periode arus mudik dan arus balik.

Bila memungkinkan, pemerintah dapat menyiapkan layanan vaksin penguat di tempat-tempat strategi seperti stasiun kereta api, terminal, pelabuhan dan pusat-pusat keramaian lainnya.

Mendalami narasi di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan perlunya peran aktif masyarakat untuk mendukung upaya mitigasi bencana dan juga upaya mencegah penyebaran COVID-19 pada musim mudik dan libur Lebaran.

Melakukan perjalanan dengan hati-hati, meningkatkan disiplin penerapan protokol kesehatan dan melengkapi diri dengan vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk menciptakan momentum mudik yang aman dan nyaman.

Tujuan mudik adalah bernostalgia dengan kenangan dan menciptakan kenangan baru yang indah dan membahagiakan. Maka tetap sehat dan selamat merupakan ikhtiar yang perlu tetap lekat.

Baca juga: Pendaftaran mudik gratis tahap kedua dibuka 18 April
Baca juga: Jasa Raharja tinjau kesiapan angkutan mudik Lebaran 2022