Perempuan yang terjun ke politik harus berani bersaing
Jumat, 13 Mei 2022 6:04 WIB
Webinar Pojok Pengawasan bertema "Kedudukan Perempuan dalam Pemilu" yang diselenggarakan Bawaslu Kudus di Kantor Bawaslu Kudus, Jawa Tengah, Kamis (12/5/2022). ANTARA/HO-Humas Pemkab Kudus.
Kudus (ANTARA) - Akademikus Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah, Sulistyowati menyatakan kaum perempuan yang berniat terjun ke dunia politik harus memiliki keberanian kuat bersaing dengan laki-laki.
"Bagi kaum perempuan yang berkarakter dan berani terlibat dalam organisasi partai atau politik, kami dorong terjun ke dunia politik karena perempuan yang berhasil sebagai pemimpin bisa menjadi sumber inspirasi bagi kaumnya," ujar Sulistyowati di Kudus, Kamis.
Sulistyowati yang merupakan Anggota DPRD Semarang periode 2009-2014 tersebut menyampaikan pendapatnya ketika menjadi narasumber pada Webinar Pojok Pengawasan bertema "Kedudukan Perempuan dalam Pemilu" yang diselenggarakan Bawaslu Kudus, Kamis.
Acara yang disiarkan secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube tersebut menghadirkan Ketua TP PKK Kabupaten Kudus Mawar Hartopo, akademikus Universitas Muria Kudus Sulistyowati, dan Anggota Bawaslu Provinsi Jateng Anik Sholihatun.
Dalam hal pembangunan, menurut Sulistyowati yang juga menjabat Wakil Rektor I UMK, figur perempuan yang berpolitik bisa mewakili dan mengangkat isu-isu kebijakan tentang kesetaraan gender.
Ia mendorong perempuan maju di dunia politik karena peran perempuan dalam dunia politik makin penting karena memengaruhi nasib perempuan.
Hanya saja, kata dia, bagi kaum perempuan harus ada komitmen bersama keluarga, karena kesibukan di dunia politik menyita banyak perhatian. Selain itu, regulasinya juga harus mendukung.
Ketua TP PKK Kabupaten Kudus Mawar Hartopo di tempat sama menyatakan masyarakat secara umum masih mengidentikkan dunia politik dengan kaum laki-laki. Padahal partisipasi Pemilu 2019 lebih didominasi kaum perempuan.
Hal tersebut menunjukkan tingginya kesadaran perempuan dalam demokrasi, namun belum banyak secara langsung yang terjun untuk menduduki kursi politik.
"Keterlibatan perempuan dalam demokrasi dan politik mulai tumbuh. Semoga pula banyak perempuan yang berani terjun ke dunia politik karena sudah ada aturan kuota keterwakilan perempuan 30 persen," ujarnya.
Perempuan di Indonesia khususnya dalam budaya Jawa masih lekat dikaitkan dengan urusan rumah tangga, katanya. Padahal, perempuan mempunyai kepekaan dan ketelitian terhadap segala sesuatu baik itu dalam rumah tangga maupun untuk urusan pekerjaan. Keunggulan tersebut bisa diaplikasikan perempuan dalam dunia politik untuk bisa mendengarkan suara hati masyarakat.
Ketua Bawaslu Kabupaten Kudus Moh Wahibul Minan mengatakan peran perempuan dalam dunia politik masih sangat lemah. Dalam pelaksanaan Pemilu 2019, di Kabupaten Kudus memiliki keanggotaan legislatif 45 kursi, hanya ada empat perempuan yang duduk di kursi dewan.
Padahal, imbuh dia, peran perempuan sama pentingnya dengan laki-laki baik dalam partisipasi politik maupun pengawasan.
"Bagi kaum perempuan yang berkarakter dan berani terlibat dalam organisasi partai atau politik, kami dorong terjun ke dunia politik karena perempuan yang berhasil sebagai pemimpin bisa menjadi sumber inspirasi bagi kaumnya," ujar Sulistyowati di Kudus, Kamis.
Sulistyowati yang merupakan Anggota DPRD Semarang periode 2009-2014 tersebut menyampaikan pendapatnya ketika menjadi narasumber pada Webinar Pojok Pengawasan bertema "Kedudukan Perempuan dalam Pemilu" yang diselenggarakan Bawaslu Kudus, Kamis.
Acara yang disiarkan secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube tersebut menghadirkan Ketua TP PKK Kabupaten Kudus Mawar Hartopo, akademikus Universitas Muria Kudus Sulistyowati, dan Anggota Bawaslu Provinsi Jateng Anik Sholihatun.
Dalam hal pembangunan, menurut Sulistyowati yang juga menjabat Wakil Rektor I UMK, figur perempuan yang berpolitik bisa mewakili dan mengangkat isu-isu kebijakan tentang kesetaraan gender.
Ia mendorong perempuan maju di dunia politik karena peran perempuan dalam dunia politik makin penting karena memengaruhi nasib perempuan.
Hanya saja, kata dia, bagi kaum perempuan harus ada komitmen bersama keluarga, karena kesibukan di dunia politik menyita banyak perhatian. Selain itu, regulasinya juga harus mendukung.
Ketua TP PKK Kabupaten Kudus Mawar Hartopo di tempat sama menyatakan masyarakat secara umum masih mengidentikkan dunia politik dengan kaum laki-laki. Padahal partisipasi Pemilu 2019 lebih didominasi kaum perempuan.
Hal tersebut menunjukkan tingginya kesadaran perempuan dalam demokrasi, namun belum banyak secara langsung yang terjun untuk menduduki kursi politik.
"Keterlibatan perempuan dalam demokrasi dan politik mulai tumbuh. Semoga pula banyak perempuan yang berani terjun ke dunia politik karena sudah ada aturan kuota keterwakilan perempuan 30 persen," ujarnya.
Perempuan di Indonesia khususnya dalam budaya Jawa masih lekat dikaitkan dengan urusan rumah tangga, katanya. Padahal, perempuan mempunyai kepekaan dan ketelitian terhadap segala sesuatu baik itu dalam rumah tangga maupun untuk urusan pekerjaan. Keunggulan tersebut bisa diaplikasikan perempuan dalam dunia politik untuk bisa mendengarkan suara hati masyarakat.
Ketua Bawaslu Kabupaten Kudus Moh Wahibul Minan mengatakan peran perempuan dalam dunia politik masih sangat lemah. Dalam pelaksanaan Pemilu 2019, di Kabupaten Kudus memiliki keanggotaan legislatif 45 kursi, hanya ada empat perempuan yang duduk di kursi dewan.
Padahal, imbuh dia, peran perempuan sama pentingnya dengan laki-laki baik dalam partisipasi politik maupun pengawasan.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024