Anggota DPD: Jateng butuh tiga poros ekonomi akselerasi pembangunan
Jumat, 3 Juni 2022 5:56 WIB
General Manager Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap Sutopo, Kepala KPw BI Purwokerto Rony Hartawan, Anggota DPD RI Abdul Kholik, dan Wakil Rektor III Unsoed Kuat Puji Prayitno saat diskusi kelompok terpumpun di Gedung IAB, Unsoed Purwokerto, Kamis (2/6/2022). ANTARA/Sumarwoto
Purwokerto (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Abdul Kholik mengatakan Jawa Tengah membutuhkan tiga poros atau kawasan ekonomi untuk akselerasi keseimbangan dan pemerataan pembangunan.
"Tiga poros berbasis kolaborasi antardaerah dalam suatu kawasan tersebut meliputi Jateng utara, Jateng selatan, dan Jateng timur," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Kholik mengatakan hal itu dalam diskusi kelompok terpumpun "Pengembangan Perekonomian Kawasan Jawa Tengah Bagian Selatan" yang digelar secara daring dan luring di Gedung IAB Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dengan moderator Wakil Rektor III Unsoed Kuat Puji Prayitno.
Dalam hal ini, kata dia, poros ekonomi yang dapat dikembangkan di Jateng utara yang meliputi Pantura Jateng-Semarang berupa kawasan megapolitan, industri manufaktur, dan agromaritim.
Sementara di Jateng selatan yang meliputi wilayah Kedu dan Banyumas-Purwokerto berupa kawasan agropolitan, wisata, industri manufaktur, dan maritim pantai selatan.
Sedangkan di Jateng timur yang meliputi Soloraya-Surakarta berupa kawasan megapolitan, industri manufaktur, dan agrowisata.
"Urgensi tiga poros ekonomi itu sejalan dengan perspektif pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pengembangan kawasan/wilayah. Pengembangan kawasan merupakan sarana mengurangi kesenjangan maupun ketimpangan antarwilayah," kata Kholik.
Selain itu, kata dia, memfokuskan dan mengoptimalkan sumber daya manusia serta pengelolaan sumber daya dengan inovasi dan dukungan teknologi agar diperoleh nilai tambah.
"Adanya fokus kebijakan untuk penanganan masalah spesifik yang sesuai karakteristik kewilayahan, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan tata ruang sesuai daya dukung secara berkelanjutan," katanya.
Lebih lanjut, alumni Fakultas Hukum Unsoed itu mengatakan kawasan Jateng selatan (Jasela) yang meliputi wilayah eks Keresidenan Kedu dan Banyumas memiliki potensi wisata berupa Borobudur, Dieng, Baturraden, Karangsambung, dan pantai selatan Jawa serta potensi agro kawasan lahan basah maupun kering yang kaya dengan hasil pertanian hortikultura.
Menurut dia, kawasan Jasela juga memiliki potensi maritim laut selatan Jawa mulai dari Cilacap hingga Purworejo serta ketersediaan dukungan infrastruktur seperti bandara, pelabuhan, kereta api, dan sebagainya.
"Potensi yang ada di kawasan Jasela berpotensi diintegrasikan dengan pusat pertumbuhan ekonomi Yogyakarta dan Solo," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto Rony Hartawan mengatakan ekonomi di kawasan Jasela tumbuh positif pada tahun 2021.
Menurut dia, hal itu ditunjukkan dengan PDRB kawasan Jasela pada tahun 2021 yang tumbuh sebesar 3,53 persen (yoy) atau meningkat dari minus 1,56 persen (yoy) pada tahun 2020.
"Kabupaten penyumbang PDRB terbesar terhadap Jawa Tengah adalah Cilacap yang didukung oleh sektor minyak dan gas bumi. Namun sumbangan PDRB terhadap Jawa Tengah selain Kabupaten Cilacap dan Banyumas masih relatif rendah," katanya.
Lebih lanjut, Rony mengatakan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian, berbagai daya saing UMKM harus diintegrasikan dalam pembangunan di Jateng bagian selatan, antara lain membangun ekosistem UMKM digital untuk sektor utama agro, maritim, dan pariwisata yang terintegrasi lintas kawasan Jateng bagian Selatan.
Menurut dia, hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pembangunan berbagai proyek strategis daerah dan peningkatan aksesibilitas kabupaten/kota di Jateng bagian selatan, sehingga dapat meningkatkan kapasitas dan aktivitas ekonomi.
Selain itu, pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan UMKM Go Digital, salah satunya dapat dicapai dengan melakukan penguatan dan pemerataan sinyal komunikasi kawasan Jateng bagian selatan.
Narasumber lainnya yang hadir dalam diskusi dengan tema "Pengembangan Perekonomian Kawasan Jawa Tengah Bagian Selatan" tersebut di antaranya General Manager Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap Sutopo, General Manager Yogyakarta International Airport Marsma TNI Agus Pandu Purnama, dan Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur Agus Rochiyardi.
"Tiga poros berbasis kolaborasi antardaerah dalam suatu kawasan tersebut meliputi Jateng utara, Jateng selatan, dan Jateng timur," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Kholik mengatakan hal itu dalam diskusi kelompok terpumpun "Pengembangan Perekonomian Kawasan Jawa Tengah Bagian Selatan" yang digelar secara daring dan luring di Gedung IAB Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dengan moderator Wakil Rektor III Unsoed Kuat Puji Prayitno.
Dalam hal ini, kata dia, poros ekonomi yang dapat dikembangkan di Jateng utara yang meliputi Pantura Jateng-Semarang berupa kawasan megapolitan, industri manufaktur, dan agromaritim.
Sementara di Jateng selatan yang meliputi wilayah Kedu dan Banyumas-Purwokerto berupa kawasan agropolitan, wisata, industri manufaktur, dan maritim pantai selatan.
Sedangkan di Jateng timur yang meliputi Soloraya-Surakarta berupa kawasan megapolitan, industri manufaktur, dan agrowisata.
"Urgensi tiga poros ekonomi itu sejalan dengan perspektif pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pengembangan kawasan/wilayah. Pengembangan kawasan merupakan sarana mengurangi kesenjangan maupun ketimpangan antarwilayah," kata Kholik.
Selain itu, kata dia, memfokuskan dan mengoptimalkan sumber daya manusia serta pengelolaan sumber daya dengan inovasi dan dukungan teknologi agar diperoleh nilai tambah.
"Adanya fokus kebijakan untuk penanganan masalah spesifik yang sesuai karakteristik kewilayahan, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan tata ruang sesuai daya dukung secara berkelanjutan," katanya.
Lebih lanjut, alumni Fakultas Hukum Unsoed itu mengatakan kawasan Jateng selatan (Jasela) yang meliputi wilayah eks Keresidenan Kedu dan Banyumas memiliki potensi wisata berupa Borobudur, Dieng, Baturraden, Karangsambung, dan pantai selatan Jawa serta potensi agro kawasan lahan basah maupun kering yang kaya dengan hasil pertanian hortikultura.
Menurut dia, kawasan Jasela juga memiliki potensi maritim laut selatan Jawa mulai dari Cilacap hingga Purworejo serta ketersediaan dukungan infrastruktur seperti bandara, pelabuhan, kereta api, dan sebagainya.
"Potensi yang ada di kawasan Jasela berpotensi diintegrasikan dengan pusat pertumbuhan ekonomi Yogyakarta dan Solo," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto Rony Hartawan mengatakan ekonomi di kawasan Jasela tumbuh positif pada tahun 2021.
Menurut dia, hal itu ditunjukkan dengan PDRB kawasan Jasela pada tahun 2021 yang tumbuh sebesar 3,53 persen (yoy) atau meningkat dari minus 1,56 persen (yoy) pada tahun 2020.
"Kabupaten penyumbang PDRB terbesar terhadap Jawa Tengah adalah Cilacap yang didukung oleh sektor minyak dan gas bumi. Namun sumbangan PDRB terhadap Jawa Tengah selain Kabupaten Cilacap dan Banyumas masih relatif rendah," katanya.
Lebih lanjut, Rony mengatakan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian, berbagai daya saing UMKM harus diintegrasikan dalam pembangunan di Jateng bagian selatan, antara lain membangun ekosistem UMKM digital untuk sektor utama agro, maritim, dan pariwisata yang terintegrasi lintas kawasan Jateng bagian Selatan.
Menurut dia, hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pembangunan berbagai proyek strategis daerah dan peningkatan aksesibilitas kabupaten/kota di Jateng bagian selatan, sehingga dapat meningkatkan kapasitas dan aktivitas ekonomi.
Selain itu, pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan UMKM Go Digital, salah satunya dapat dicapai dengan melakukan penguatan dan pemerataan sinyal komunikasi kawasan Jateng bagian selatan.
Narasumber lainnya yang hadir dalam diskusi dengan tema "Pengembangan Perekonomian Kawasan Jawa Tengah Bagian Selatan" tersebut di antaranya General Manager Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap Sutopo, General Manager Yogyakarta International Airport Marsma TNI Agus Pandu Purnama, dan Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur Agus Rochiyardi.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : M Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024