"Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sampah berpotensi mengurangi jumlah sampah yang dikelola di TPA serta tanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan," kata Arief di Semarang, Jumat.
Ia menjelaskan pengelolaan sampah konvensional dengan pola kumpul angkut buang membutuhkan TPA yang luas untuk dapat menampung semua sampah yang dihasilkan.
Oleh karena itu, menurut dia, dibutuhkan pengelolaan sampah yang tidak hanya berfokus pada pemanfaatan sumber daya di lokasi pembuangan akhir, namun juga menekan pengelolaan material dimulai dari sumbernya.
Baca juga: Jogo Kali digencarkan antisipasi penumpukan sampah di sungai
Persoalan sampah di negara berkembang, kata dia, menjadi sangat kompleks seiring dengan tingginya jumlah penduduk.
Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 3,4 miliar ton pada 2050.
"Tanpa pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan, sampah berpotensi menjadi bencana nasional dan global yang dapat mengancam keberlangsungan kehidupan manusia," tambahnya.
Oleh karena itu, kata dia, pelibatan masyarakat dengan internalisasi prinsip ekonomi sirkular pada pengelolaan sampah akan dapat pula mendukung pertumbuhan ekonomi.
Adapun 10 prinsip ekonomi sirkular yang mendukung pengelolaan sampah secara berkelanjutan meliputi pemulihan, mendaur ulang, menggunakan untuk tujuan lain, membuat ulang, membarui, memperbaiki, menggunakan kembali dengan fungsi yang sama, mengurangi, memikirkan kembali, dan menolak penggunaan kembali.
Baca juga: Perusahaan swasta ambil bagian pada Gerakan Sukoharjo Bebas Sampah