DI Solo, Wahid Foundation sebarkan konsep Sekolah Damai
Senin, 24 Oktober 2022 22:10 WIB
Direktur Wahid Fondation Yenny Wahid menyampaikan paparan terkait program Sekolah Damai di SMAN 4 Surakarta, Senin (24/10/2022). ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Organisasi Wahid Foundation menyebarkan konsep Sekolah Damai di Solo, Jawa Tengah demi menciptakan lingkungan yang ramah kebinekaan bagi para siswa.
"Program skala kami ada 60 sekolah dan akan kami tingkatkan jadi 70. Harapannya program Sekolah Damai terus berlanjut," kata Direktur Wahid Fondation Yenny Wahid pada peluncuran Sekolah Damai di SMAN 4 Surakarta di Solo, Senin.
Ia berharap ke depan Sekolah Damai bisa menjadi peraturan bersama.
Terkait dengan hal itu, dalam waktu dekat ia akan audiensi dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
"Harapannya semua sekolah bisa ramah kebinekaan. Sekolah bisa menjadi tempat anak-anak tidak dibebani dengan sekat-sekat yang memisahkan mereka. Biarkan anak-anak bebas jadi dirinya sendiri," katanya.
Baca juga: Yenny Wahid terima Lima Gunung Award 2022
Termasuk persoalan keyakinan, menurut dia, tetap harus dikuatkan tanpa harus mendiskriminasi hak orang lain dalam melaksanakan ajaran beragama.
Ia mengatakan untuk beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut, di antaranya menyelenggarakan forum pelatihan guru agama, pelatihan siswa, dan kunjungan lapangan.
"Bahkan seperti guru agama mengucapkan terima kasih karena difasilitasi, diberikan pelatihan, dan dibantu menjawab kegelisahan siswa. Ada juga penguatan kapasitas semua pihak yang terlibat, guru, anak didik, dan organisasi kemahasiswaan," katanya.
Menurut dia, penguatan guru penting dilakukan karena guru menjadi pembimbing anak-anak di sekolah, guru jadi tempat anak-anak bertanya, dan jadi tempat curhat anak-anak.
"Dalam banyak kasus radikalisme banyak dilakukan anak-anak yang gelisah, cemas akan masa depannya, melihat ada ketidakadilan pada dirinya. Lalu nggak punya teman curhat, begitu mau curhat ke mentor yang salah lalu diradikalisasi, biasanya menggunakan bahasa agama atau bahasa politik yang sifatnya provokatif," katanya.
Oleh karena itu, katanya, penting bagi sekolah untuk menyediakan ruang di sekolah, menyediakan aktor-aktor untuk menjadi tempat curhat anak-anak yang gelisah ini dengan harapan para siswa bisa diarahkan dengan baik.
Baca juga: Cegah intoleransi di Solo, Wahid Foundation deklarasi Desa Damai
Baca juga: Wahid Foundation: generasi muda perlu kritis hadapi disrupsi teknologi
Baca juga: Wahid Foundation ajak generasi milenial perkuat toleransi
"Program skala kami ada 60 sekolah dan akan kami tingkatkan jadi 70. Harapannya program Sekolah Damai terus berlanjut," kata Direktur Wahid Fondation Yenny Wahid pada peluncuran Sekolah Damai di SMAN 4 Surakarta di Solo, Senin.
Ia berharap ke depan Sekolah Damai bisa menjadi peraturan bersama.
Terkait dengan hal itu, dalam waktu dekat ia akan audiensi dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
"Harapannya semua sekolah bisa ramah kebinekaan. Sekolah bisa menjadi tempat anak-anak tidak dibebani dengan sekat-sekat yang memisahkan mereka. Biarkan anak-anak bebas jadi dirinya sendiri," katanya.
Baca juga: Yenny Wahid terima Lima Gunung Award 2022
Termasuk persoalan keyakinan, menurut dia, tetap harus dikuatkan tanpa harus mendiskriminasi hak orang lain dalam melaksanakan ajaran beragama.
Ia mengatakan untuk beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut, di antaranya menyelenggarakan forum pelatihan guru agama, pelatihan siswa, dan kunjungan lapangan.
"Bahkan seperti guru agama mengucapkan terima kasih karena difasilitasi, diberikan pelatihan, dan dibantu menjawab kegelisahan siswa. Ada juga penguatan kapasitas semua pihak yang terlibat, guru, anak didik, dan organisasi kemahasiswaan," katanya.
Menurut dia, penguatan guru penting dilakukan karena guru menjadi pembimbing anak-anak di sekolah, guru jadi tempat anak-anak bertanya, dan jadi tempat curhat anak-anak.
"Dalam banyak kasus radikalisme banyak dilakukan anak-anak yang gelisah, cemas akan masa depannya, melihat ada ketidakadilan pada dirinya. Lalu nggak punya teman curhat, begitu mau curhat ke mentor yang salah lalu diradikalisasi, biasanya menggunakan bahasa agama atau bahasa politik yang sifatnya provokatif," katanya.
Oleh karena itu, katanya, penting bagi sekolah untuk menyediakan ruang di sekolah, menyediakan aktor-aktor untuk menjadi tempat curhat anak-anak yang gelisah ini dengan harapan para siswa bisa diarahkan dengan baik.
Baca juga: Cegah intoleransi di Solo, Wahid Foundation deklarasi Desa Damai
Baca juga: Wahid Foundation: generasi muda perlu kritis hadapi disrupsi teknologi
Baca juga: Wahid Foundation ajak generasi milenial perkuat toleransi
Pewarta : Aris Wasita
Editor : M Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Raih predikat "Unggul", UIN Walisongo bertekad wujudkan pendidikan bermutu
14 November 2024 14:15 WIB