Nilai tukar rupiah menguat tajam
Jumat, 13 Januari 2023 10:44 WIB
Ilustrasi: Petugas kasir menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta Pusat. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat tajam seiring ekspektasi pelaku pasar terhadap pengenduran kenaikan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), usai rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).
Rupiah pagi ini menguat 119 poin atau 0,77 persen ke posisi Rp15.220 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.339 per dolar AS.
"Rupiah berhasil melanjutkan penguatan didorong oleh laporan inflasi AS yang turun ke level 6,5 persen. Hal ini menguatkan sentimen pengenduran suku bunga The Fed," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Inflasi AS pada Desember 2022 melambat menjadi 6,5 persen (yoy) dari bulan sebelumnya 7,1 persen (yoy). Perlambatan itu sesuai dengan ekspektasi pasar. Selain itu inflasi inti juga melambat menjadi 5,7 persen (yoy) dibandingkan sebelumnya 6 persen (yoy).
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam kajiannya mengatakan di satu sisi perlambatan tersebut menumbuhkan optimisme investor terhadap potensi pembalikan arah kebijakan The Fed dari saat ini akan mempertahankan suku bunga di 5,25 persen hingga awal 2024 menjadi pemangkasan suku bunga mulai kuartal IV 2023.
Akan tetapi di sisi lain investor khawatir perlambatan tersebut dapat kehilangan momentum karena inflasi sektor jasa yang masih tinggi.
"Secara keseluruhan kami melihat perlambatan inflasi sebagai momentum bagi The Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi 25 bps pada 1 Februari mendatang dari 50 bps pada Desember 2022," ujar Lionel.
Rupiah pagi ini menguat 119 poin atau 0,77 persen ke posisi Rp15.220 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.339 per dolar AS.
"Rupiah berhasil melanjutkan penguatan didorong oleh laporan inflasi AS yang turun ke level 6,5 persen. Hal ini menguatkan sentimen pengenduran suku bunga The Fed," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Inflasi AS pada Desember 2022 melambat menjadi 6,5 persen (yoy) dari bulan sebelumnya 7,1 persen (yoy). Perlambatan itu sesuai dengan ekspektasi pasar. Selain itu inflasi inti juga melambat menjadi 5,7 persen (yoy) dibandingkan sebelumnya 6 persen (yoy).
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam kajiannya mengatakan di satu sisi perlambatan tersebut menumbuhkan optimisme investor terhadap potensi pembalikan arah kebijakan The Fed dari saat ini akan mempertahankan suku bunga di 5,25 persen hingga awal 2024 menjadi pemangkasan suku bunga mulai kuartal IV 2023.
Akan tetapi di sisi lain investor khawatir perlambatan tersebut dapat kehilangan momentum karena inflasi sektor jasa yang masih tinggi.
"Secara keseluruhan kami melihat perlambatan inflasi sebagai momentum bagi The Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi 25 bps pada 1 Februari mendatang dari 50 bps pada Desember 2022," ujar Lionel.
Pewarta : Citro Atmoko
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Grab salurkan 1 juta dolar untuk 33.000 pelaku sektor transportasi dan UMKM
20 December 2024 20:35 WIB
Nilai ekspor ekonomi kreatif hingga pertengahan 2024 capai 12,36 miliar dolar AS
11 September 2024 18:12 WIB
Terpopuler - Makro
Lihat Juga
Aerotrans dan Geotab kolaborasi tingkatkan keamanan, efisiensi, dan keberlanjutan sektor logistik
07 January 2025 14:54 WIB