Semarang (ANTARA) - Bank Indonesia menargetkan penambahan sebanyak 2,3 juta pengguna baru Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Jawa Tengah yang merupakan standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari BI.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Jateng Rahmat Dwi Saputra di Semarang, Jumat, menyebutkan pada tahun 2022 tercatat penambahan sebanyak 2,2 juta pengguna baru QRIS di wilayah tersebut.

Dengan penambahan sebanyak itu, tercatat pertumbuhan sebesar 103 persen sehingga saat ini sudah ada 3 juta pengguna QRIS di Jateng dan akan terus diupayakan peningkatannya dari tahun ke tahun.

"Pada tahun 2023, kami akan dorong lagi penambahan pengguna QRIS mencapai target sebanyak 2,3 juta pengguna baru. Apalagi, sesudah pandemi ini bisnis 'online' kan meningkat ya," ujarnya.

Menurut dia, QRIS pertama kali dikenalkan BI secara bertahap, yakni menyebarluaskan melalui "merchant" atau gerai pedagang, kemudian bergeser dikenalkan kepada konsumen.

"QRIS tahun lalu kami target secara bertahap ya. Pertama kali, kami menyebarluaskan melalui 'merchant'. Setelah 'merchant' dianggap maksimal, kami target 'user' kayak kita begini," katanya.

Bahkan, kata Rahmat, kalangan perbankan melalui aplikasi "mobile banking" yang dimiliki sudah menyediakan fitur QRIS untuk memudahkan nasabah untuk menggunakan QRIS ketika bertransaksi.

"Jadi, apapun banknya, kita bisa pakai QRIS melalui 'm-banking'. Rencananya, target pengguna baru itu kami arahkan pembayaran (QRIS), kami perluas sampai ke pesantren," katanya.

Rahmat menambahkan bahwa penggunaan QRIS memang diarahkan kepada kalangan UMKM, dan saat ini sebagian besar penggunanya, terutama pelaku usaha berskala mikro dan ultra mikro.

Berdasarkan data BI, total "merchant" pengguna QRIS di Jateng dari kalangan UMKM tercatat sebesar 90,16 persen, terdiri atas 58,48 persen dari skala mikro dan ultra mikro, kemudian skala kecil 25,57 persen.

Kemudian, pengusaha skala menengah yang menggunakan QRIS tercatat 6,55 persen, sedangkan pengusaha besar hanya 3,99 persen.