Dua atlet tenis meja disabilitas siap menuju SOWSG Berlin 2023
Selasa, 4 April 2023 13:27 WIB
Atlet tenis meja disabilitas Prameswari Wahyu Kinanthi Septiana (kanan) berlatih untuk persiapan menuju Special Olympics World Summer Games (SOWSG) Berlin 2023 di PTM RF Solo. (ANTARA/HO)
Jakarta (ANTARA) - Dua atlet tenis meja disabilitas intelektual bersiap menuju Special Olympics World Summer Games (SOWSG) di Berlin Juni 2023 dengan menjalani program pelatnas desentralisasi.
Kedua atlet tersebut adalah Prameswari Wahyu Kinanthi Septiana di Solo dan Mohamand Zidan Fathoni Arafat di Malang, yang terpilih setelah memenangi Pekan Special Olympic Nasional (Pesonas) 2022 di Semarang.
Zidan disiapkan bermain di sektor tunggal putra, sedang Prameswari di tunggal putri, tetapi keduanya juga akan dipasangkan untuk berlomba di sektor ganda campuran. Namun, pemasangan itu nampaknya hanya tugas tambahan, sebab semenjak terpilih konsentrasi masih berlatih sektor tunggal.
Pada tahap desentralisasi di kota asal masing-masing pelatih menjalankan program yang diberikan oleh pelatih kepala tenis meja Usman Nawi. Menurut dia, keduanya memiliki sejumlah kelemahan yang mesti ditingkatkan.
"Pastinya kami ingin mereka meraih emas sehingga peningkatan kemampuan menjadi penting," kata Usman dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.
Hasil monitoring yang dilakukan Usman menunjukkan adanya peningkatan terutama skill pada kedua petenis meja. Selain itu, menurut dia, kelemahan umum kaum tunagrahita yakni fokus dan sifat mudah lupa juga secara perlahan bisa diatasi.
"Latihan di bawah pengawasan pelatih sejak Senin hingga Jum’at membawa banyak perubahan," ujar Usman.
Zidan yang berasal dari keluarga pecinta tenis meja berada dalam kondisi lingkungan latihan yang bagus. Menurut Usman, kakak dan adik Zidan juga seorang atlet sehingga komunikasi menjadi lebih enak.
Usman menilai kemampuan bermain Zidan sebagai anak disabilitas intelektual amat bagus sehingga harapan meraih emas pada divisi yang tinggi terbuka.
Sementara itu, Prameswari pada kondisi berbeda. Atlet asal Sukoharjo kelahiran 21 September 2003 itu tidak mengenal tenis meja sebagaimana Zidan. Menurut Sri Agustini, anak bungsunya itu tidak mengenal tenis meja di lingkungan keluarga, tetapi belajar dengan mengikuti ektrakulikuler di bangku SMP.
Delegasi Indonesia akan mengirim sebanyak 25 atlet ke ajang olahraga tertinggi disabilitas intelektual yang berlangsung tiap empat tahun itu.
Rinciannya 22 orang atlet disablitas intelektual dan 3 orang atlet pendamping untuk sector unified games. Selain tenis meja, cabang lain yang akan diikuti adalah atletik, bowling, bulutangkis, senam ritmik, senam artistik, dan renang.
Baca juga: INCCA Solo soroti pentingnya fasilitas disabilitas di sektor pariwisata
Kedua atlet tersebut adalah Prameswari Wahyu Kinanthi Septiana di Solo dan Mohamand Zidan Fathoni Arafat di Malang, yang terpilih setelah memenangi Pekan Special Olympic Nasional (Pesonas) 2022 di Semarang.
Zidan disiapkan bermain di sektor tunggal putra, sedang Prameswari di tunggal putri, tetapi keduanya juga akan dipasangkan untuk berlomba di sektor ganda campuran. Namun, pemasangan itu nampaknya hanya tugas tambahan, sebab semenjak terpilih konsentrasi masih berlatih sektor tunggal.
Pada tahap desentralisasi di kota asal masing-masing pelatih menjalankan program yang diberikan oleh pelatih kepala tenis meja Usman Nawi. Menurut dia, keduanya memiliki sejumlah kelemahan yang mesti ditingkatkan.
"Pastinya kami ingin mereka meraih emas sehingga peningkatan kemampuan menjadi penting," kata Usman dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.
Hasil monitoring yang dilakukan Usman menunjukkan adanya peningkatan terutama skill pada kedua petenis meja. Selain itu, menurut dia, kelemahan umum kaum tunagrahita yakni fokus dan sifat mudah lupa juga secara perlahan bisa diatasi.
"Latihan di bawah pengawasan pelatih sejak Senin hingga Jum’at membawa banyak perubahan," ujar Usman.
Zidan yang berasal dari keluarga pecinta tenis meja berada dalam kondisi lingkungan latihan yang bagus. Menurut Usman, kakak dan adik Zidan juga seorang atlet sehingga komunikasi menjadi lebih enak.
Usman menilai kemampuan bermain Zidan sebagai anak disabilitas intelektual amat bagus sehingga harapan meraih emas pada divisi yang tinggi terbuka.
Sementara itu, Prameswari pada kondisi berbeda. Atlet asal Sukoharjo kelahiran 21 September 2003 itu tidak mengenal tenis meja sebagaimana Zidan. Menurut Sri Agustini, anak bungsunya itu tidak mengenal tenis meja di lingkungan keluarga, tetapi belajar dengan mengikuti ektrakulikuler di bangku SMP.
Delegasi Indonesia akan mengirim sebanyak 25 atlet ke ajang olahraga tertinggi disabilitas intelektual yang berlangsung tiap empat tahun itu.
Rinciannya 22 orang atlet disablitas intelektual dan 3 orang atlet pendamping untuk sector unified games. Selain tenis meja, cabang lain yang akan diikuti adalah atletik, bowling, bulutangkis, senam ritmik, senam artistik, dan renang.
Baca juga: INCCA Solo soroti pentingnya fasilitas disabilitas di sektor pariwisata
Pewarta : Arindra Meodia
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Peparnas 2024: Petenis meja ganda campuran Jateng Aziz Mubarok-Martin menang
07 October 2024 17:53 WIB
Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang diadili dalam kasus korupsi dana pensiun
14 August 2024 21:49 WIB