Semarang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menggandeng Tim Penggerak PKK untuk memutus mata rantai penularan penyakit Tuberkulosis (TB) pada anak.
“Ini kami lakukan karena kader PKK yang menjangkau 'akar rumput', sehingga efektif dalam melakukan sosialisasi terhadap bahaya Tuberkulosis untuk memutus mata rantai penyebaran,” kata Pelaksana Harian Kepala Dinkes Jateng Riptieni Tri Lutiarsi di Semarang, Jumat.
Ia menyebut kolaborasi dengan PKK dilakukan seluruh pelosok Jateng dan nantinya para kader akan diedukasi bagaimana cara penularan dan memahami ciri-ciri anak yang terkena Tuberkulosis agar bisa melakukan deteksi dini.
Melalui deteksi dini, lanjutnya, penyakit Tuberkulosis bisa disembuhkan dengan konsumsi obat rutin yang tersedia gratis.
Jika konsisten, lanjut dia, Tuberkulosis bisa dieliminasi dari tubuh manusia dalam enam bulan. Tapi jika tidak terdeteksi, maka penderitanya bisa saja terinfeksi tanpa merasakan gejala, kemudian menularkannya kepada orang lain.
“Harapannya, mereka dapat mengedukasi, apabila ada yang terserang atau bergejala, segera diperiksakan ke layanan kesehatan,” ujarnya.
Selain menggandeng PKK, lanjut dia, Dinkes Jateng juga telah melakukan sosialisasi, pemberian terapi tuberkulosis dan skrining yang dilakukan di sekolah hingga pondok pesantren.
“Ketika penemuannya makin banyak, kita bisa mengobati. Jangan seperti fenomena gunung es yang kasusnya sedikit, tapi belum tentu tidak ada penularan Tuberkulosis,” katanya.
Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Provinsi Jateng Nawal Arafah mengapresiasi kolaborasi tersebut. Menurutnya, Tuberkulosis merupakan satu dari 10 penyakit yang menyebabkan kematian.
Ia mengungkapkan keseriusan Pemprov Jateng dalam memberantas Tuberkulosis yakni dengan Peraturan Gubernur Nomor 93 Tahun 2018 Tentang Rencana Aksi Daerah Menanggulangi Tuberkulosis, dan Komitmen Bebas Tuberkulosis pada 2028.
Karena itu ia mengajak kader PKK di pelosok Jateng menjadi duta pemberantas Tuberkulosis. Nawal menyebut keberhasilan pemberantasan Tuberkulosis bukan hanya tugas pemerintah, masyarakat punya andil dalam pemberantasan penyakit itu.
“Tim Penggerak PKK dan organisasi perempuan, seperti Aisyiyah dan Fatayat, organisasi profesi, harus terlibat dalam penanggulangan TB. Mereka harus menyebarkan informasi melalui berbagai media, media sosial, pesan WhatsApp penyuluhan. Kenali gejalanya, kalau ada, laporkan melalui posyandu atau RT. Kita jangkau untuk mengurangi kasus di Jateng,” ujarnya.