Pantauan ANTARA di Solo, sebelum pusaka dikeluarkan dari dalam keraton, seorang abdi dalem wanita keluar. Tepat di depan pintu utama keraton atau yang disebut Kori Kamandungan, abdi dalem tersebut terlihat menyalakan dupa yang dibakar di atas tungku sembari berdoa.
Usai makan ubi yang sebelumnya sudah disiapkan, pada pukul 24.00 WIB bertepatan dengan dibunyikannya lonceng sebanyak 12 kali, kerbau mulai jalan untuk memimpin kirab sekaligus mengawal pusaka.
Terlihat putra mahkota Keraton Surakarta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purboyo bersama dengan kerabat keraton juga mengikuti kirab atau topo bisu.
Di belakang rombongan terlihat satu per satu pusaka mulai dikeluarkan. Setiap pusaka dikawal oleh rombongan peserta kirab sekaligus abdi dalem yang membawa oncor serta payung keraton.
Kirab tersebut mengambil rute Supit Urang, Jalan Pakubuwana, Gapura Gladag, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi dan kembali ke Keraton Solo.
Mengenai ritual malam 1 Sura di Keraton Surakarta, Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta Kanjeng Raden Aryo Dani Nur Adiningrat mengatakan prosesi dimulai dengan tradisi wilujengan pada pukul 19.00 WIB. Selanjutnya ada peringatan haul Pakubuwono X yang meninggal pada malam 1 Sura.
Selanjutnya pusaka yang disimpan di gedong pusaka dikeluarkan satu per satu. Sesampainya di pelataran, pembawa pusaka didampingi oleh abdi dalem yang membawa tombak dan oncor.
Ia menambahkan ketika iring-iringan kirab berangkat, ada ritual doa di kawasan sakral keraton yang disebut bandengan. Selain itu, juga dilakukan shalat hajat dan shalat malam di masjid dalam keraton. "Jadi, ada yang berdoa lewat kirab, meditasi," tambahnya.