Chicago (ANTARA) - Harga emas merosot pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), mencatat penurunan untuk sesi kedua berturut-turut, tetapi masih bertahan di atas level psikologis 1.900 dolar AS setelah data menunjukkan inflasi AS meningkat untuk bulan kedua berturut-turut yang dapat mengubah prospek suku bunga bank sentral.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 2,60 dolar AS atau 0,13 persen menjadi ditutup pada 1.932,50 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.938,40 dolar AS dan terendah di 1.927,20 dolar AS.

Emas berjangka merosot 12,10 dolar AS atau 0,62 persen menjadi 1.935,10 dolar AS pada Selasa (12/9/2023), setelah bertambah 4,50 dolar AS atau 0,23 persen menjadi 1.947,20 dolar AS pada Senin (11/9/2023), dan terdongkrak 20 sen atau 0,01 persen menjadi 1.942,70 dolar AS pada Jumat (8/9/2023).

Emas merosot karena harga konsumen AS, didorong oleh harga bahan bakar yang lebih tinggi, naik dalam dua bulan berturut-turut hingga mencapai pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 3,7 persen, menurut data Departemen Tenaga Kerja pada Rabu (13/9/2023) yang memberikan tekanan baru pada perjuangan melawan inflasi di Federal Reserve.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember merosot 22,10 sen atau 0,94 persen, menjadi ditutup pada 23,181 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober terpangkas 7,60 dolar AS atau 0,83 persen, menjadi menetap pada 905,20 dolar AS per ounce.