Hama wereng masih jadi PR bagi petani di Kabupaten Klaten
Senin, 25 September 2023 21:55 WIB
Peluncuran produk Deladaxin di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin (25/9/2023). ANTARA/Aris Wasita
Klaten (ANTARA) - Hama wereng dan penggerek batang hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi sebagian petani di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mengingat di daerah tersebut mengenal tiga musim tanah sehingga makin berisiko terkena penyakit tanaman.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dwiyanto di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin mengatakan selain hama wereng dan sundep, saat ini yang menjadi keluhan petani adalah serangan hama tikus.
"Kalau hama wereng saat awal musim tanam, kalau sundep saat ini lebih bisa dikendalikan karena cuaca panas. Saat ini yang merajalela adalah hama tikus," katanya.
Ia mengatakan sekitar 50 dari 1.800 hektar lahan sawah di daerah tersebut berpotensi terkena hama tikus dan wereng.
Terkait hal itu, perusahaan pertanian multiglobal Corteva Agriscience membuat inovasi melalui bahan insektisida Deladaxin 50/90 SC yang efektif terhadap dua hama tersebut.
Country Leader Corteva Agriscience Indonesia Wahyu Indrawanto di sela peluncuran produk Deladaxin di Kecamatan Juwiring mengatakan perusahaan tersebut menghadirkan solusi yang bisa membantu petani untuk memerangi serangan hama sekaligus meningkatkan kuantitas produksi padi.
Ia mengatakan untuk penyemprotan insektisida tersebut cukup dilakukan sekali dalam satu musim tanam pada usia padi 21-28 hari.
Selain itu, dengan menggunakan produk yang sama, menurut dia tanaman padi akan tumbuh sehat dan batang kokoh dengan jumlah anakan lebih banyak.
"Dengan demikian hasil panen lebih optimal. Pertumbuhan malai dalam satu rumpun bisa 1-2 malai lebih banyak dibandingkan dengan produk lainnya," katanya.
Dengan kenaikan tersebut, menurut dia dalam satu hektar sawah jika dikonversikan bisa ada kenaikan hingga 0,5 ton gabah.
"Kalau dihitung dengan harga padi sekarang Rp7.000 harga gabahnya atau dengan harga Rp5.000 saja maka jika 0,5 ton bisa dapat kelebihan sekitar Rp2,5 jutaan," katanya.
Pada kesempatan yang sama Categorial Manager Corteva Agriscience Dwi Priyo Prabowo mengatakan inovasi tersebut difokuskan pada penggunaan di awal tanam.
"Karena dengan aplikasi di awal ada potensi untuk tanaman itu dapat berkembang lebih baik karena bebas dari serangan hama," katanya.
Ia mengklaim dengan penggunaan produk tersebut, hasil panen bisa 7-10 persen lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan produk lainnya.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dwiyanto di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin mengatakan selain hama wereng dan sundep, saat ini yang menjadi keluhan petani adalah serangan hama tikus.
"Kalau hama wereng saat awal musim tanam, kalau sundep saat ini lebih bisa dikendalikan karena cuaca panas. Saat ini yang merajalela adalah hama tikus," katanya.
Ia mengatakan sekitar 50 dari 1.800 hektar lahan sawah di daerah tersebut berpotensi terkena hama tikus dan wereng.
Terkait hal itu, perusahaan pertanian multiglobal Corteva Agriscience membuat inovasi melalui bahan insektisida Deladaxin 50/90 SC yang efektif terhadap dua hama tersebut.
Country Leader Corteva Agriscience Indonesia Wahyu Indrawanto di sela peluncuran produk Deladaxin di Kecamatan Juwiring mengatakan perusahaan tersebut menghadirkan solusi yang bisa membantu petani untuk memerangi serangan hama sekaligus meningkatkan kuantitas produksi padi.
Ia mengatakan untuk penyemprotan insektisida tersebut cukup dilakukan sekali dalam satu musim tanam pada usia padi 21-28 hari.
Selain itu, dengan menggunakan produk yang sama, menurut dia tanaman padi akan tumbuh sehat dan batang kokoh dengan jumlah anakan lebih banyak.
"Dengan demikian hasil panen lebih optimal. Pertumbuhan malai dalam satu rumpun bisa 1-2 malai lebih banyak dibandingkan dengan produk lainnya," katanya.
Dengan kenaikan tersebut, menurut dia dalam satu hektar sawah jika dikonversikan bisa ada kenaikan hingga 0,5 ton gabah.
"Kalau dihitung dengan harga padi sekarang Rp7.000 harga gabahnya atau dengan harga Rp5.000 saja maka jika 0,5 ton bisa dapat kelebihan sekitar Rp2,5 jutaan," katanya.
Pada kesempatan yang sama Categorial Manager Corteva Agriscience Dwi Priyo Prabowo mengatakan inovasi tersebut difokuskan pada penggunaan di awal tanam.
"Karena dengan aplikasi di awal ada potensi untuk tanaman itu dapat berkembang lebih baik karena bebas dari serangan hama," katanya.
Ia mengklaim dengan penggunaan produk tersebut, hasil panen bisa 7-10 persen lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan produk lainnya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kembangkan sektor industri dan pertanian, Forum Pusaka Jateng 2024 digelar
09 November 2024 22:33 WIB