Miniatur lokomotif uap terbesar dalam sejarah perkeretaapian Indonesia itu dihadirkan pada pameran di Hall Stasiun Purwokerto selama satu bulan, 2-31 Oktober 2023.
Saat ditemui seusai pembukaan pameran, Senin sore, Kepala PT KAI (Persero) Daop 5 Purwokerto Daniel Johannes Hutabarat mengatakan miniatur lokomotif uap terbesar di Indonesia itu telah tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada Juni 2023 di Semarang dan tercatat sebagai rekor ke-11.043.
"Alhamdulillah Purwokerto ketempatan sampai 30 hari ke depan," jelasnya.
Ia mengatakan dengan kehadiran miniatur lokomotif tersebut, pihaknya akan mengedukasi serta menyosialisasikan kepada masyarakat tentang sejarah kereta api agar semakin mencintai moda transportasi massal tersebut.
Menurut dia, pameran miniatur lokomotif uap seri DD52 tersebut diinisiasi oleh PT KAI (Persero), IRPS, dan Tridi Zaiku Indonesia.
Dalam hal ini, pengerjaan miniatur lokomotif uap DD52 menggunakan printer tiga dimensi (3D) dengan memiliki ukuran skala 1 banding 4.
Miniatur lokomotif uap DD52 tersebut memiliki panjang 580 centimeter, lebar 68 cm, dan tinggi 90 cm dengan total berat 200 kilogram.
"Lokomotif DD52 ini menurut sejarahnya dioperasikan tahun 1924. Jadi memang sudah sangat tua," ungkap Daniel.
Sementara itu, Ketua IPRS Ricky Dirjo mengatakan Purwokerto merupakan kota keempat yang disinggahi miniatur lokomotif uap seri DD52.
Sebelumnya, kata dia, miniatur lokomotif tersebut dipamerkan di Kota Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta.
"Nanti dua lagi, di Bandung pada bulan November dan Garut bulan Desember. Masing-masing kota selama satu bulan," jelasnya.
Menurut dia, Garut dipilih sebagai lokasi terakhir kegiatan pameran karena lokomotif uap seri DD53 mengakhiri kariernya di kota tersebut.
Sejarah lokomotif DD52
Berdasarkan informasi dari Humas PT KAI (Persero) Daop 5 Purwokerto, keberadaan lokomotif seri DD52 di Indonesia dimulai ketika lokomotif uap tersebut didatangkan dari pabrik Hartmann dan Hanomag di Jerman, serta Werkspoor di Belanda pada pada 1923.
Lokomotif tersebut mulai berdinas sejak tahun 1924 atau setelah operasional lokomotif seri DD50 dan seri DD51 buatan pabrik ALCO di Amerika Serikat.
Jika dibandingkan dengan seri DD50 dan DD51, lokomotif uap seri DD52 memiliki keunggulan berupa kecepatan maksimal yang bisa mencapai 50 kilometer per jam, sedangkan dua lokomotif pendahulunya hanya mampu mencapai kecepatan maksimal 40 km/jam.
Dengan ukurannya yang besar dan tenaga yang kuat, lokomotif uap seri DD52 memiliki tugas untuk menarik kereta barang melintasi pegunungan Priangan. Kendati demikian, lokomotif lokomotif tersebut juga untuk menarik kereta penumpang.
Oleh karena itu, masyarakat lokal Jawa Barat di sekitar jalur rel yang selalu dilewati lokomotif DD52 memberikan julukan "Si Gombar" terhadap lokomotif uap tersebut.
Lokomotif uap seri DD52 terakhir dioperasikan untuk melayani KA Lokal Bandung-Cibatu Garut, sedangkan alokasi lokomotifnya menyebar di beberapa Depo Lokomotif seperti Tasikmalaya, Purwakarta, dan Cibatu.
Lokomotif uap terbesar dalam sejarah perkeretaapian Indonesia itu mengakhiri kariernya pada 1974 ketika angkutan barang di jalur Tasikmalaya-Cicalengka menurun.
Baca juga: KAI Purwokerto promosikan batik khas Banyumas kepada pelanggan kereta