Mahasiswa Unsoed manfaatkan rumput gajah sebagai anti-hiperkolesterol
Rabu, 4 Oktober 2023 15:56 WIB
Tim PKM Jurusan Kimia Unsoed Purwokerto melakukan penelitian pemanfaatan rumput gajah sebagai anti-hiperkolesterol di laboratorium. ANTARA/HO-Unsoed
Purwokerto (ANTARA) - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Jurusan Kimia Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang terdiri atas Ai Wanda Aprilia, Alyaa Humayra, Risca Nur Rahmawati, dan Tiara Apriani memanfaatkan ekstrak rumput gajah (Pennisetum pupureum) sebagai anti-hiperkolesterol.
"Berdasarkan data, penderita penyakit hiperkolesterolemia di Indonesia dapat dibilang cukup tinggi, yaitu mencapai 28 persen penderita, dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata terdapat 7,9 persen orang di dunia meninggal akibat penyakit ini," kata anggota Tim PKM Jurusan Kimia Unsoed Ai Wanda Aprilia di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.
Menurut dia, kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan berupa tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes, hingga memicu timbulnya penyakit seperti kardiovaskular dan aterosklerosis.
Oleh karena itu, dia bersama tiga rekannya melakukan inovasi berupa pemanfaatan rumput gajah sebagai agen antioksidan dan anti-hiperkolesterol dengan memadukannya bersama kitosan membentuk enkapsulasi nanopartikel.
"Dalam melakukan inovasi ini, kami dibimbing oleh Ibu Dr. Santi Nur Handayani, S.Si., M.Si.," jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan rumput gajah merupakan jenis rumput-rumputan yang dapat tumbuh dengan mudah di berbagai tempat karena berdasarkan data, Indonesia mampu memperoleh sekitar 2-10 ton per hektare bahan kering rumput gajah setiap tahunnya tanpa dipupuk.
Sementara jika dipupuk yang sedikit maupun yang menggunakan banyak pupuk nitrogen (N) dan fosfat (P), lanjut dia, hasilnya berkisar 6-40 ton/hektare.
"Produktivitas rumput gajah yang tinggi tersebut tidak diiringi dengan pemanfaatan secara maksimal. Sampai saat ini pemanfaatan rumput gajah digunakan sebagai pakan ternak," ungkapnya.
Menurut dia, ketersediaan bahan alam yang melimpah seperti rumput gajah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, salah satunya melalui penelitian untuk menguji apakah rumput gajah dapat berpotensi sebagai agen antioksidan dan anti-hiperkolesterol.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, kata dia, rumput gajah ternyata dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi.
Menurut dia, rumput gajah merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas antihiperlipidemia melalui mekanisme antioksidan, peningkatan sekresi kolesterol, dan trigliserida melalui sistem fekal serta meningkatkan absorpsi kolesterol sehingga dapat dimetabolisme kembali di hati.
Baca juga: Pakar pertanian: Mau atau tidak mau impor beras harus dilakukan
"Namun ternyata rumput gajah memiliki sifat yang mudah terdegradasi. Oleh karena itu, untuk melindungi senyawa aktif rumput gajah dari degradasi dapat dilakukan dengan memadupadankannya bersama kitosan yang termasuk ke dalam nanoenkapsulas dan dapat dibentuk dengan berbagai polimer," ungkapnya.
Menurut dia, paduan tersebut akan membentuk nanopartikel yang diharapkan mampu menjadi agen antioksidan dan anti-hiperkolesterol dengan stabilitas yang tinggi.
Ai mengatakan saat ini hiperkolesterolemia masih menjadi masalah kesehatan yang mengganggu metabolisme dalam tubuh.
Selain itu, kata dia, peningkatan kadar kolesterol diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian dan 29,7 juta kecacatan per tahun.
"Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit. Kadar kolesterol tinggi telah terbukti berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan obesitas," katanya.
Bahkan, kata dia, hiperkolesterolemia tidak hanya menjadi permasalahan orang dewasa karena dalam beberapa waktu terakhir, penyakit tersebut sudah banyak dijumpai pada remaja akibat pola hidup yang tidak sehat.
Menurut dia, hal itu terutama disebabkan oleh kemudahan dalam mendapatkan makanan yang tinggi kolesterol dan perkembangan teknologi informasi yang mendukung remaja untuk melakukan pola hidup sedenter.
Dia mengatakan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia pada pelajar sekitar 10-11 persen dan prevalensi tersebut meningkat sekitar 23-40 persen pada remaja yang obesitas.
"Hal itu menggugah kami untuk mencari solusi mengenai permasalahan tersebut dengan memanfaatkan bahan alam yang melimpah dan mudah ditemukan serta terjangkau, yaitu dengan menguji rumput gajah sebagai antioksidan dan anti-hiperkolesterol yang dimodifikasi dengan kitosan membentuk nanoenkapsulan," tegasnya.
Ia mengharapkan PKM tersebut dapat menghasilkan inovasi baru untuk mengatasi permasalahan hiperkolesterolemia dengan memanfaatkan bahan alam yang melimpah berupa rumput gajah.
"Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 yang lolos didanai oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi ini, kami berharap agar ide kreatif ini dapat menginspirasi generasi muda dan masyarakat lainnya untuk semakin inovatif," kata Ai.
Baca juga: Tim PKM Unsoed latih warga olah daging ayam jadi nuget
Baca juga: Tim PPK Ormawa Carya Bhuana Unsoed kenalkan sistem hidroponik DFT dan aquaponik
"Berdasarkan data, penderita penyakit hiperkolesterolemia di Indonesia dapat dibilang cukup tinggi, yaitu mencapai 28 persen penderita, dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata terdapat 7,9 persen orang di dunia meninggal akibat penyakit ini," kata anggota Tim PKM Jurusan Kimia Unsoed Ai Wanda Aprilia di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.
Menurut dia, kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan berupa tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes, hingga memicu timbulnya penyakit seperti kardiovaskular dan aterosklerosis.
Oleh karena itu, dia bersama tiga rekannya melakukan inovasi berupa pemanfaatan rumput gajah sebagai agen antioksidan dan anti-hiperkolesterol dengan memadukannya bersama kitosan membentuk enkapsulasi nanopartikel.
"Dalam melakukan inovasi ini, kami dibimbing oleh Ibu Dr. Santi Nur Handayani, S.Si., M.Si.," jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan rumput gajah merupakan jenis rumput-rumputan yang dapat tumbuh dengan mudah di berbagai tempat karena berdasarkan data, Indonesia mampu memperoleh sekitar 2-10 ton per hektare bahan kering rumput gajah setiap tahunnya tanpa dipupuk.
Sementara jika dipupuk yang sedikit maupun yang menggunakan banyak pupuk nitrogen (N) dan fosfat (P), lanjut dia, hasilnya berkisar 6-40 ton/hektare.
"Produktivitas rumput gajah yang tinggi tersebut tidak diiringi dengan pemanfaatan secara maksimal. Sampai saat ini pemanfaatan rumput gajah digunakan sebagai pakan ternak," ungkapnya.
Menurut dia, ketersediaan bahan alam yang melimpah seperti rumput gajah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, salah satunya melalui penelitian untuk menguji apakah rumput gajah dapat berpotensi sebagai agen antioksidan dan anti-hiperkolesterol.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, kata dia, rumput gajah ternyata dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi.
Menurut dia, rumput gajah merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas antihiperlipidemia melalui mekanisme antioksidan, peningkatan sekresi kolesterol, dan trigliserida melalui sistem fekal serta meningkatkan absorpsi kolesterol sehingga dapat dimetabolisme kembali di hati.
Baca juga: Pakar pertanian: Mau atau tidak mau impor beras harus dilakukan
"Namun ternyata rumput gajah memiliki sifat yang mudah terdegradasi. Oleh karena itu, untuk melindungi senyawa aktif rumput gajah dari degradasi dapat dilakukan dengan memadupadankannya bersama kitosan yang termasuk ke dalam nanoenkapsulas dan dapat dibentuk dengan berbagai polimer," ungkapnya.
Menurut dia, paduan tersebut akan membentuk nanopartikel yang diharapkan mampu menjadi agen antioksidan dan anti-hiperkolesterol dengan stabilitas yang tinggi.
Ai mengatakan saat ini hiperkolesterolemia masih menjadi masalah kesehatan yang mengganggu metabolisme dalam tubuh.
Selain itu, kata dia, peningkatan kadar kolesterol diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian dan 29,7 juta kecacatan per tahun.
"Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit. Kadar kolesterol tinggi telah terbukti berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan obesitas," katanya.
Bahkan, kata dia, hiperkolesterolemia tidak hanya menjadi permasalahan orang dewasa karena dalam beberapa waktu terakhir, penyakit tersebut sudah banyak dijumpai pada remaja akibat pola hidup yang tidak sehat.
Menurut dia, hal itu terutama disebabkan oleh kemudahan dalam mendapatkan makanan yang tinggi kolesterol dan perkembangan teknologi informasi yang mendukung remaja untuk melakukan pola hidup sedenter.
Dia mengatakan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia pada pelajar sekitar 10-11 persen dan prevalensi tersebut meningkat sekitar 23-40 persen pada remaja yang obesitas.
"Hal itu menggugah kami untuk mencari solusi mengenai permasalahan tersebut dengan memanfaatkan bahan alam yang melimpah dan mudah ditemukan serta terjangkau, yaitu dengan menguji rumput gajah sebagai antioksidan dan anti-hiperkolesterol yang dimodifikasi dengan kitosan membentuk nanoenkapsulan," tegasnya.
Ia mengharapkan PKM tersebut dapat menghasilkan inovasi baru untuk mengatasi permasalahan hiperkolesterolemia dengan memanfaatkan bahan alam yang melimpah berupa rumput gajah.
"Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 yang lolos didanai oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi ini, kami berharap agar ide kreatif ini dapat menginspirasi generasi muda dan masyarakat lainnya untuk semakin inovatif," kata Ai.
Baca juga: Tim PKM Unsoed latih warga olah daging ayam jadi nuget
Baca juga: Tim PPK Ormawa Carya Bhuana Unsoed kenalkan sistem hidroponik DFT dan aquaponik
Pewarta : KSM
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
UMP targetkan terima 6.000 mahasiswa baru program reguler pada tahun 2025
03 November 2024 14:03 WIB
Dukung agrowisata berkelanjutan, Tim Dosen Unsoed beri pelatihan produk olahan stroberi
31 October 2024 15:26 WIB
Akademisi Unsoed: Kampung Cibun siap menjadi ikon Kampung Cinta Budaya Nusantara Banyumas
29 October 2024 17:41 WIB