"Kami ingin mengajak bagaimana mengurangi konsumsi beras. Masih banyak variasi makanan yang bisa dihadirkan di rumah," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Minggu.
Pada Festival Pendamping Beras, dikenalkan 10 bahan makanan alternatif nonberas dan nonterigu, yakni jagung, sukun, pisang, singkong, talas, ubi, porang, sagu, hanjeli, dan sorgum.
Menurut Ita, sapaan akrab Hevearita, sepuluh bahan pangan alternatif itu bisa dijadikan masakan atau sajian utama, misalnya roti yang dibuat dari sorgum, dan ternyata rasanya juga sama-sama enak.
Melalui festival itu yang menyajikan setidaknya 45 menu makanan yang berbahan dasar nonberas dan nonterigu, ia berharap masyarakat bisa mengenal dan menjadikannya sebagai alternatif makanan.
Selain lebih menyehatkan, perempuan pertama yang menjadi Wali Kota Semarang itu mengatakan bahwa konsumsi makanan pendamping beras juga lebih hemat seiring dengan harga beras yang naik.
"Harga beras seringkali mengalami kenaikan. Apalagi saat fenomena El Nino yang sedang terjadi. Intinya, tidak menghilangkan beras tapi mengurangi konsumsinya, karena makan bahan pendamping beras juga mengenyangkan dan menyehatkan," katanya.
Festival Pendamping Beras melibatkan sebanyak 114 komunitas, yang masing-masing minimal membuat 50 porsi makanan alternatif yang selanjutnya dibagikan kepada masyarakat.
Sementara itu, Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia (PPJI) Kota Semarang mendukung kampanye makanan alternatif berbahan nonberas dan nonterigu, salah satunya melalui festival tersebut.
Ketua DPC PPJI Kota Semarang Yanti M Sakoer menyatakan kesiapannya mempromosikan makanan pengganti beras untuk menyiasati harga komoditas pangan tersebut yang terus mengalami kenaikan.
Pada festival itu, para anggota PPJI Kota Semarang membuat aneka macam menu makanan alternatif, di antaranya nasi jagung, nasi tela, bubur sumsum, aneka kue dan sebagainya.
"Kami juga berharap ini bisa terus disosialisasikan, termasuk dari pihak produsen-produsen non-beras agar turut menggalakkan," ujarnya.
Yanti optimistis bahwa terobosan para pengusaha penyedia jasa boga untuk menyediakan makanan alternatif nonberas bisa diterima masyarakat, dan masyarakat pun perlu mulai diedukasi berkenaan makanan nonberas.
"Selain sebagai pilihan, juga menyehatkan dan mengenyangkan. Pengusaha katering sangat menyambut baik. Beberapa dari anggota kami sudah mulai menyesuaikan, dan mengalami kenaikan permintaan," pungkasnya.
Di sisi lain, penyelenggaraan kegiatan itu juga mencatatkan rekor di Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) sebagai pemrakarsa rekor festival pendamping beras dengan varian terbanyak.