Dinperindag Banyumas optimistis harga beras medium terkendali
Jumat, 20 Oktober 2023 14:16 WIB
Arsip foto - Penjabat Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro (kiri) berdialog dengan salah seorang pedagang dalam pemantauan ketersediaan beras untuk kegiatan SPHP di Pasar Manis, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (9/10/2023). ANTARA/Sumarwoto
Purwokerto (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, optimistis harga beras kualitas medium di wilayah itu terkendali seiring dengan gencarnya kegiatan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dilaksanakan bersama Perum Bulog Cabang Banyumas.
"Hasil rapat koordinasi TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) se-Jawa Tengah yang kami hadiri kemarin, harga beras memang posisinya belum turun seperti yang kita harapkan," kata Sekretaris Dinperindag Kabupaten Banyumas Gatot Eprie di Purwokerto, Banyumas, Jumat.
Bahkan dalam rakor tersebut, kata dia, TPID dari berbagai kabupaten/kota mengaku masih kesulitan untuk mengendalikan harga beras kualitas medium non-TPID
Ia mengakui harga beras kualitas medium secara umum di Banyumas pun sebenarnya masih tergolong tinggi namun lonjakannya dapat ditekan dengan beras medium SPHP yang saat ini didistribusikan setiap hari oleh Bulog ke pasar-pasar tradisional.
Menurut dia, beras kualitas medium untuk kegiatan SPHP tersebut dijual di pasaran dengan harga Rp10.900 per kilogram.
"Harga beberapa jenis beras medium yang banyak dikonsumsi masyarakat memang belum bisa diturunkan seperti sebelum terjadi kenaikan, namun dengan adanya beras SPHP paling tidak lonjakannya tidak signifikan," jelasnya.
Dalam hal ini, harga beras kualitas medium non-SPHP di Banyumas hingga sekarang masih bertahan pada kisaran Rp13.000-Rp14.000/kg.
Disinggung mengenai kenaikan harga komoditas cabai, Gatot mengatakan hal itu tidak terlalu signifikan, bahkan cenderung fluktuatif.
"Kadang hari ini harganya naik, tapi hari berikutnya turun lagi, fluktuatif. Belum sampai seperti yang terjadi di beberapa daerah," ungkapnya.
Sementara itu untuk kenaikan harga gula pasir di Banyumas yang saat ini mencapai kisaran Rp14.500/kg, dia menduga hal itu terjadi karena efek dari anomali cuaca yang hingga saat sekarang belum ada hujan, sehingga berpengaruh terhadap hasil panen di daerah-daerah sentra penghasil tebu.
Sebelumnya, Pimpinan Cabang Perum Bulog Banyumas Rasiwan mengatakan mulai hari Senin (9/10), pihaknya menambah kuota beras SPHP dari sebelumnya 20 sak per kios menjadi 25 sak per kios.
"Di sini, Pasar Manis ada 20 kios. Jadi kuota kami tambah agar ketersediaannya terjaga, kemudian konsumen mudah menjangkau, dan durasinya yang tadinya dua hari sekali, akan kita dropping setiap hari," jelasnya.
Menurut dia, hal itu dilakukan untuk menjaga ketersediaan beras khususnya di Pasar Manis dan Pasar Wage, Purwokerto.
Baca juga: Jateng gelontorkan 151 ton beras cadangan di daerah miskin ekstrem
"Hasil rapat koordinasi TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) se-Jawa Tengah yang kami hadiri kemarin, harga beras memang posisinya belum turun seperti yang kita harapkan," kata Sekretaris Dinperindag Kabupaten Banyumas Gatot Eprie di Purwokerto, Banyumas, Jumat.
Bahkan dalam rakor tersebut, kata dia, TPID dari berbagai kabupaten/kota mengaku masih kesulitan untuk mengendalikan harga beras kualitas medium non-TPID
Ia mengakui harga beras kualitas medium secara umum di Banyumas pun sebenarnya masih tergolong tinggi namun lonjakannya dapat ditekan dengan beras medium SPHP yang saat ini didistribusikan setiap hari oleh Bulog ke pasar-pasar tradisional.
Menurut dia, beras kualitas medium untuk kegiatan SPHP tersebut dijual di pasaran dengan harga Rp10.900 per kilogram.
"Harga beberapa jenis beras medium yang banyak dikonsumsi masyarakat memang belum bisa diturunkan seperti sebelum terjadi kenaikan, namun dengan adanya beras SPHP paling tidak lonjakannya tidak signifikan," jelasnya.
Dalam hal ini, harga beras kualitas medium non-SPHP di Banyumas hingga sekarang masih bertahan pada kisaran Rp13.000-Rp14.000/kg.
Disinggung mengenai kenaikan harga komoditas cabai, Gatot mengatakan hal itu tidak terlalu signifikan, bahkan cenderung fluktuatif.
"Kadang hari ini harganya naik, tapi hari berikutnya turun lagi, fluktuatif. Belum sampai seperti yang terjadi di beberapa daerah," ungkapnya.
Sementara itu untuk kenaikan harga gula pasir di Banyumas yang saat ini mencapai kisaran Rp14.500/kg, dia menduga hal itu terjadi karena efek dari anomali cuaca yang hingga saat sekarang belum ada hujan, sehingga berpengaruh terhadap hasil panen di daerah-daerah sentra penghasil tebu.
Sebelumnya, Pimpinan Cabang Perum Bulog Banyumas Rasiwan mengatakan mulai hari Senin (9/10), pihaknya menambah kuota beras SPHP dari sebelumnya 20 sak per kios menjadi 25 sak per kios.
"Di sini, Pasar Manis ada 20 kios. Jadi kuota kami tambah agar ketersediaannya terjaga, kemudian konsumen mudah menjangkau, dan durasinya yang tadinya dua hari sekali, akan kita dropping setiap hari," jelasnya.
Menurut dia, hal itu dilakukan untuk menjaga ketersediaan beras khususnya di Pasar Manis dan Pasar Wage, Purwokerto.
Baca juga: Jateng gelontorkan 151 ton beras cadangan di daerah miskin ekstrem
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB