Semarang (ANTARA) - PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life) anak perusahaan dari PT Bank Central Asia Tbk meluncurkan produk yang dipasarkan melalui kanal digital mylifeguard.id yaitu BCA Life Pelindung Penyakit Kritis dengan premi mulai dari Rp20 ribuan/bulan dengan manfaat uang pertanggungan hingga Rp500 juta.

Christine Setyabudhi, Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) BCA Life mengatakan tren pola hidup yang kurang sehat namun sulit dihindari oleh sebagian masyarakat membuat asuransi penyakit kritis sebagai kebutuhan penting setelah asuransi kesehatan, untuk itu BCA Life menghadirkan BCA Life Pelindung Penyakit Kritis sebagai solusi jangka panjang bagi masyarakat agar dapat menjalani hidup dengan tenang dan nyaman tanpa harus memikirkan biaya medis yang setiap tahun selalu mengalami inflasi di atas rata-rata inflasi ekonomi

Melihat fenomena tersebut, lanjut dia, BCA Life menghadirkan produk proteksi penyakit kritis bernama BCA Life Pelindung Penyakit Kritis guna memberikan perlindungan finansial komprehensif bagi masyarakat Indonesia yang dapat dibeli semudah berbelanja online melalui portal penjualan resmi BCA Life di mylifeguard.id, dengan kecepatan dan kemudahan transaksi secara online, BCA Life memberikan pengalaman membeli produk asuransi yang praktis dan efisien bagi para calon nasabahnya di tengah mobilitas yang tinggi.

“Kami sangat antusias untuk memperkenalkan BCA Life Pelindung Penyakit Kritis, produk yang tidak hanya memberikan perlindungan finansial yang komprehensif, tetapi juga memudahkan masyarakat dalam mendapatkan perlindungan melalui platform digital kami mylifeguard.id. Ini adalah langkah kami dalam memastikan bahwa perlindungan asuransi jiwa dapat diakses oleh semua orang dengan cara yang mudah dan efisien," kata Christine.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskular atau penyakit
jantung menjadi penyakit kritis penyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia, yakni 35 persen disusul penyakit kanker berada pada posisi kedua, yakni 12 persen.

Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan menyajikan data bahwa sebanyak 21,8 persen orang dewasa mengalami obesitas; 29,3 persen memiliki kebiasaan merokok; 33,5 persen masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik; kemudian 95,5 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah.

Hasil survei dari medical trend summary Mercer Marsh Benefits pada 2021 hingga 2023 menyebutkan inflasi biaya medis di Indonesia meningkat 13,6 persen pada 2023 dari sebelumnya 12,3 persen pada 2022. Itu pun lebih tinggi dari rata-rata inflasi biaya kesehatan di Asia yang 11,5 persen. Ini berbeda jika dibandingkan dengan inflasi secara ekonomi yang sebesar 3,3 persen yang artinya, inflasi kesehatan beberapa kali lipat lebih tinggi dari inflasi secara umum.