BMKG: Hujan ringan masih berpotensi di Jateng selatan
Jumat, 6 September 2024 9:06 WIB
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo. ANTARA/Dokumentasi Pribadi
Cilacap (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan dengan intensitas ringan masih berpotensi di wilayah Jawa Tengah (Jateng) bagian selatan dalam beberapa hari ke depan.
"Musim kemarau memang masih berlangsung hingga saat ini. Namun sejak Rabu (4/9) kemarin terjadi hujan ringan yang bersifat sporadis di sejumlah wilayah Jateng, khususnya bagian selatan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jumat.
Menurut dia, hujan dengan intensitas ringan yang terjadi sejak Rabu (4/9) bukan sebagai penanda datangnya masa pancaroba atau transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Ia mengatakan jika dilihat dari gradien angin, hingga saat ini masih dominan angin timuran yang erat kaitannya dengan musim kemarau.
Akan tetapi, kata dia, suhu udara pada awal bulan September sudah mulai mengalami peningkatan dibandingkan bulan Agustus. "Namun tanda-tanda masa transisi belum terdeteksi. Potensi masa transisi pada akhir September," katanya.
Baca juga: Prakiraan cuaca Semarang hari ini
Terkait dengan hujan ringan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, dia mengatakan hal itu dipengaruhi oleh adanya Madden Julian Oscillation (MJO), yakni aktivitas intra-seasonal di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
Menurut dia, MJO yang saat ini berada pada fase 4 berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
"Kondisi ini diprakirakan masih akan berlangsung hingga pekan depan," katanya.
Baca juga: Prakiraan cuaca Semarang hari ini
Kendati belum ada tanda-tanda datangnya masa transisi, dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana yang biasa terjadi saat pancaroba seperti angin puting beliung.
Oleh karena itu, kata dia, pepohonan yang berpotensi tumbang sebaiknya dipangkas untuk mengurangi risiko bencana.
"Bagi warga yang bermukim di daerah rawan longsor, diimbau untuk menutup rekahan tanah yang terjadi akibat kemarau agar tidak berisiko ketika kemasukan air hujan," kata Teguh.
Baca juga: BPBD Cilacap siapkan langkah antisipasi bencana musim hujan
"Musim kemarau memang masih berlangsung hingga saat ini. Namun sejak Rabu (4/9) kemarin terjadi hujan ringan yang bersifat sporadis di sejumlah wilayah Jateng, khususnya bagian selatan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jumat.
Menurut dia, hujan dengan intensitas ringan yang terjadi sejak Rabu (4/9) bukan sebagai penanda datangnya masa pancaroba atau transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Ia mengatakan jika dilihat dari gradien angin, hingga saat ini masih dominan angin timuran yang erat kaitannya dengan musim kemarau.
Akan tetapi, kata dia, suhu udara pada awal bulan September sudah mulai mengalami peningkatan dibandingkan bulan Agustus. "Namun tanda-tanda masa transisi belum terdeteksi. Potensi masa transisi pada akhir September," katanya.
Baca juga: Prakiraan cuaca Semarang hari ini
Terkait dengan hujan ringan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, dia mengatakan hal itu dipengaruhi oleh adanya Madden Julian Oscillation (MJO), yakni aktivitas intra-seasonal di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
Menurut dia, MJO yang saat ini berada pada fase 4 berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
"Kondisi ini diprakirakan masih akan berlangsung hingga pekan depan," katanya.
Baca juga: Prakiraan cuaca Semarang hari ini
Kendati belum ada tanda-tanda datangnya masa transisi, dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana yang biasa terjadi saat pancaroba seperti angin puting beliung.
Oleh karena itu, kata dia, pepohonan yang berpotensi tumbang sebaiknya dipangkas untuk mengurangi risiko bencana.
"Bagi warga yang bermukim di daerah rawan longsor, diimbau untuk menutup rekahan tanah yang terjadi akibat kemarau agar tidak berisiko ketika kemasukan air hujan," kata Teguh.
Baca juga: BPBD Cilacap siapkan langkah antisipasi bencana musim hujan
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024