Pemkot Semarang dan BRIN panen bawang merah
Jumat, 8 November 2024 20:05 WIB
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu didampingi Wakil Kepala BRIN Amarullah Octavian saat kegiatan panen bawang merah di lahan demplot Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Semarang, Jumat (8/11/2024). (ANTARA/HO-Pemkot Semarang)
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sukses membudidayakan hingga masa panen dua varietas bawang merah, yakni Lokananta dan Maserati.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Jumat, mengatakan budi daya bawang merah itu dilakukan di lahan demplot Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Semarang.
"Alhamdulillah, hari ini saya bersama dengan wakil ketua BRIN melakukan kegiatan yang sangat luar biasa. Kolaborasi ini sudah berlangsung sejak mulai penanaman, penyemaian benih sampai perawatan, dan juga sekarang panen," katanya, di sela kegiatan panen.
Menurut dia, keistimewaan kedua varietas bawang merah itu ditanam tidak menggunakan umbi seperti bawang pada umumnya, melainkan menggunakan sistem semai benih.
Meski demikian, kata dia, ukuran bawang yang dihasilkan juga relatif lebih besar dibandingkan dengan bawang merah yang ada di pasaran.
"Menurut riset BRIN ini adalah satu hektar bisa kalau istilahnya tuh Proliga (Produksi Lipat Ganda) gitu ya. Satu hektarenya ini (menghasilkan, red.) 20 ton di mana tentu akan memberikan keuntungan khususnya bagi petani," kata Ita, sapaan akrabnya.
Ia menjelaskan penanaman bawang Lokananta dan Maserati dengan menggunakan teknologi True Shallot Seed (TSS) juga terbukti menghemat biaya sekitar 5 juta per ha, sedangkan penanaman dengan umbi butuh biaya 50 juta per ha.
Ditegaskannya, Pemkot Semarang berkomitmen untuk terus mengembangkan sektor pertanian, sekaligus menjamin kesejahteraan para petani.
Ia juga mengajak kalangan perusahaan agar mengarahkan program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR-nya untuk mendukung pengembangan sektor pertanian.
"Kami juga akan mengeluarkan peraturan wali kota yang saat ini sedang dikaji untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak petani sehingga bapak-ibunya ini bisa lebih konsentrasi menghasilkan produk-produk pertanian," katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala BRIN Amarullah Octavian menyampaikan bahwa "smart farming" yang saat ini baru dimulai dari sistem pengairan ke depannya juga akan diterapkan pada aspek lainnya.
Penerapan pertanian dengan teknologi canggih, kata dia, dapat menjadi daya tarik untuk meningkatkan minat generasi muda agar mau berkecimpung di sektor pertanian sehingga terjadi regenerasi petani.
"Ya hasil riset sekarang kami coba untuk diterapkan di kerja sama dengan Pemkot Semarang. Jadi, misalnya tadi lahan satu ha, nanti bisa kita coba untuk tingkatkan bisa setara dengan 5 ha, 10 ha. Yang penting itu bagaimana teknologi yang diterapkan," katanya.
Sebelumnya, Pemkot Semarang berkolaborasi dengan BRIN juga telah sukses membudidayakan padi biosalin, yakni varietas padi yang tahan rob hingga panen.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Jumat, mengatakan budi daya bawang merah itu dilakukan di lahan demplot Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Semarang.
"Alhamdulillah, hari ini saya bersama dengan wakil ketua BRIN melakukan kegiatan yang sangat luar biasa. Kolaborasi ini sudah berlangsung sejak mulai penanaman, penyemaian benih sampai perawatan, dan juga sekarang panen," katanya, di sela kegiatan panen.
Menurut dia, keistimewaan kedua varietas bawang merah itu ditanam tidak menggunakan umbi seperti bawang pada umumnya, melainkan menggunakan sistem semai benih.
Meski demikian, kata dia, ukuran bawang yang dihasilkan juga relatif lebih besar dibandingkan dengan bawang merah yang ada di pasaran.
"Menurut riset BRIN ini adalah satu hektar bisa kalau istilahnya tuh Proliga (Produksi Lipat Ganda) gitu ya. Satu hektarenya ini (menghasilkan, red.) 20 ton di mana tentu akan memberikan keuntungan khususnya bagi petani," kata Ita, sapaan akrabnya.
Ia menjelaskan penanaman bawang Lokananta dan Maserati dengan menggunakan teknologi True Shallot Seed (TSS) juga terbukti menghemat biaya sekitar 5 juta per ha, sedangkan penanaman dengan umbi butuh biaya 50 juta per ha.
Ditegaskannya, Pemkot Semarang berkomitmen untuk terus mengembangkan sektor pertanian, sekaligus menjamin kesejahteraan para petani.
Ia juga mengajak kalangan perusahaan agar mengarahkan program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR-nya untuk mendukung pengembangan sektor pertanian.
"Kami juga akan mengeluarkan peraturan wali kota yang saat ini sedang dikaji untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak petani sehingga bapak-ibunya ini bisa lebih konsentrasi menghasilkan produk-produk pertanian," katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala BRIN Amarullah Octavian menyampaikan bahwa "smart farming" yang saat ini baru dimulai dari sistem pengairan ke depannya juga akan diterapkan pada aspek lainnya.
Penerapan pertanian dengan teknologi canggih, kata dia, dapat menjadi daya tarik untuk meningkatkan minat generasi muda agar mau berkecimpung di sektor pertanian sehingga terjadi regenerasi petani.
"Ya hasil riset sekarang kami coba untuk diterapkan di kerja sama dengan Pemkot Semarang. Jadi, misalnya tadi lahan satu ha, nanti bisa kita coba untuk tingkatkan bisa setara dengan 5 ha, 10 ha. Yang penting itu bagaimana teknologi yang diterapkan," katanya.
Sebelumnya, Pemkot Semarang berkolaborasi dengan BRIN juga telah sukses membudidayakan padi biosalin, yakni varietas padi yang tahan rob hingga panen.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Cabai kering dan bawang merah pasta solusi inovatif tekan inflasi di Jateng
03 December 2024 17:21 WIB